Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Veronika Yuliani
"Laktosa merupakan disakarida dengan struktur yang polihidroksi, sehingga dari laktosa dapat dibuat ester, yaitu bila direaksikan dengan asam vanilat yang memiliki gugus karboksilat. Di samping itu, asam vanilat juga memiliki gugus fenolik yang dapat bersifat sebagai antioksidan. Esterifikasi asam vanilat dengan laktosa dilakukan untuk memperbanyak gugus fenolik. Dalam penelitian ini, senyawa ester laktovanilat berhasil disintesis dari laktosa dan asam vanilat. Asam vanilat diperoleh dari oksidasi vanili dengan oksidator Ag2O yang terbentuk dari AgNO3 dengan NaOH berlebih, dengan rendemen 75,94%. Reaksi esterifikasi dilakukan dengan perbandingan mol laktosa: asam vanilat = 1:3, dibantu DCC sebagai aktivator dan DMAP sebagai katalis serta aseton sebagai pelarut. Reaksi dilakukan dalam sistem refluks pada suhu 60 ºC selama 24 jam. Dihasilkan ester laktovanilat dengan rendemen sebesar 76,82%. Asam vanilat dan ester laktovanilat di uji aktivitas antioksidannya dengan metode peredaman radikal DPPH, diperoleh nilai IC50 asam vanilat standar dan ester laktovanilat adalah 379,85 ppm dan 1314,33 ppm."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Andria Amanda
"ABSTRAK
Diare telah menjadi salah satu penyebab meningkatnya kesakitan dan kematian pada anak. Diare biasanya disebabkan oleh infeksi. Sindrom Malabsorpsi dan beberapa enteropatogen bisa menyebabkan diare. Studi ini dilaksanakan untuk mencari prevalensi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi pada pasien anak dengan diare dan mencari asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi. Studi ini menggunakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Jenis studi ini dipilih untuk mengetahui asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi. Data yang dibutuhkan akan diperoleh dari profil analisis tinja dan rekam medis pasien anak yang dirawat di RSCM. Penelitian ini menemukan prevalensi malabsorpsi laktosa di pasien anak dengan diare sebanyak 18,2 . Prevalensi malnutrisi di pasien anak dengan diare sebanyak 38 . Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat asosiasi malabsorpsi laktosa dengan status nutrisi p>0.05 . Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi dengan sampel yang lebih besar.

ABSTRACT
Diarrhea remains as a leading cause of childhood morbidity and mortality in Indonesia. Diarrhea in children is usually caused by infection . However, numerous disorders could also result in diarrhea. It includes a malabsorption syndrome and various enteropathies. The study that we conduct is aimed to determine the prevalence of lactose malabsorption and malnutrition in pediatric patients with diarrhea and the association between lactose malabsorption. and malnutrition. The research design used for this study is a cross sectional using secondary data. This study is chosen to know the association between lactose malabsorption and malnutrition. The data in this study will be obtained from stool analysis profile and the medical record of pediatric patients that are treated in Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM . This study found that the prevalence of lactose malabsorption in pediatric patients with diarrhea is 18.2 . This study also found that the prevalence of malnutrition is 38 .Moreover, the result of the study revealed that there is no association between lactose malabsorption and nutritional status P 0.05 . A further study is required to explored the association between lactose malabsorption and nutritional status with larger sample size "
2016
S70361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Ferera
"Glukosa merupakan monosakarida dengan struktur yang polihidroksi, sehingga glukosa dapat dibuat ester, yaitu bila direaksikan dengan asam vanilat yang memiliki gugus karboksilat. Selain itu, asam vanilat juga memiliki gugus fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan. Esterifikasi asam vanilat dan glukosa dilakukan untuk memperbanyak gugus fenolik dan diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang tingggi. Dalam penelitian ini, senyawa ester glukovanilat disintesis dari asam vanilat dan glukosa. Asam vanilat diperoleh dari oksidasi vanili dengan oksidator Ag2O yang terbentuk dari AgNO3 dan NaOH berlebih, dengan rendemen 79,68%. Reaksi esterifikasi ini dilakukan dengan perbandingan mol glukosa: asam vanilat = 1:5,dengan menggunakan katalis H2SO4 sebagai katalis serta DMF sebagai pelarut. Reaksi dilakukan dalam oven gelombang mikro selama 3,5,7, dan 9 menit dengan temperatur yang sama tiap variasi waktu. Penggunaan gelombang mikro dalam sintesis senyawa organik adalah untuk meningkatkan efisiensi waktu reaksi dengan cara mengurangi waktu reaksi dan meningkatkan rendemen produk. Dihasilkan ester glukovanilat dengan rendemen sebesar 40,58% pada waktu 7 menit. Ester glukovanilat diuji aktivitas antioksidannya dengan metode peredaman radikal DPPH, diperoleh nilai IC50 ester glukovanilat sebesar 270,426 ppm."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30364
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fitrianti
"Gelombang mikro merupakan gelombang elektromagnetik yang
mempunyai kemampuan untuk memanaskan suatu senyawa ionik atau yang memiliki momen dipol. Penggunaan gelombang mikro dalam sintesis
senyawa organik adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan efesiensi reaksi dengan cara mengurangi waktu reaksi dan meningkatkan rendemen produk. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester fruktovanilat dengan waktu reaksi yang relatif singkat menggunakan metode gelombang mikro serta menentukan kondisi (waktu pemanasan) optimumnya.
Asam vanilat yang digunakan berasal dari vanili yang telah dioksidasi oleh Ag2O yang dibentuk dari hasil reaksi AgNO3 dengan NaOH berlebih. Asam vanilat yang dihasilkan dari percobaan seberat 2,5128 g dengan rendemen sebesar 82,37%mol. Esterifikasi dilakukan dengan mereaksikan asam vanilat dan fruktosa dalam pelarut aseton dan katalis H2SO4 menggunakan gelombang mikro. Pada metode ini waktu reaksi divariasikan 4, 6, 8, 10, dan 12 menit. Ester pertama dibuat dengan menggunakan perbandingan mol fruktosa terhadap asam vanilat 1:3, dengan menggunakan aseton sebagai pelarut dan variasi waktu reaksi 4, 6, 8, dan 10 menit. Sedangkan ester kedua dibuat dengan menggunakan perbandingan mol fruktosa terhadap asam vanilat 1:5, menggunakan aseton sebagai pelarut dan variasi waktu
reaksi 6, 8, 10, dan 12 menit. Dari percobaan yang telah dilakukan, rendemen tertinggi untuk ester pertama diperoleh melalui pemanasan
gelombang mikro selama 8 menit sebesar 44,31%(mmol) dengan berat
0,1061 g sedangkan ester kedua sebesar 46,12%(mmol) dan berat 0,2241 g dengan waktu reaksi 10 menit. Kedua ester yang diperoleh diuji dengan KLT, FTIR, serta dilakukan pula uji aktivitas antioksidan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30473
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penetapan aktivitas laktase usus secara langsung dilakukan dengan mengukur laktase di epitel usus halus. Cara ini merupakan cara yang invasif dan secara etis tidak dapat dilakukan pada bayi sehat. Secara tidak langsung, penetapan aktivitas laktase, yang dinyatakan sebagai rasio ekskresi dan konsumsi laktosa dan laktulosa, memerlukan waktu 30 jam observasi di rumah sakit. Tujuan penelitian ini ialah mencari metoda penetapan aktivitas laktase yang tidak invasif dan tidak memerlukan waktu observasi yang lama. Bayi diberikan laktosa dan laktulosa sekaligus setelah 2 jam puasa, kemudian kadar laktosa dan laktulosa dalam urin diukur dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas laktase dinyatakan dengan rasio ekskresi urin konsumsi laktulosa dan laktosa. Penelitian ini membuktikan bahwa cara pemberian laktosa dan laktulosa satu kali setelah puasa 2 jam dapat dipakai untuk penetapan aktivitas laktase dan bayi hanya perlu pengawasan selama 7 jam. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)

Determination of intestinal lactase activity is directly done by measuring its activity in intestinal epithelium. This is an invasive method and ethically can not be done in healthy infants. Indirectly, determination of lactase activity, stated as excretion and ingestion ratio of lactose and lactulose, needs 30 hours hospitalized infants. The aim of this study was to look for a method for determination of lactase activity which is not invasive and not necessary hospitalized. Using this method lactose and lactulose were given as a single oral load after 2 hours fasting. Urine were collected for 5 hours starting from consuming sugar solution and then lactose and lactulose concentration in the urine were measured by High Performance Liquid Chromatography. The results showed single oral load of lactose and lactulose can be used for determination of lactase activity in infant and the infants were observed only for 7 hours. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 8-12, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silviana
"ABSTRAK
Asam vanilat merupakan senyawa fenolik derivat asam benzoat yang memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Akan tetapi, penggunaannya masih kurang luas karena efek yang masih kurang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan senyawa baru turunan asam vanilat yang diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Sintesis dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama ialah sintesis asam vanilat dengan mereaksikan vanilin dengan campuran basa kuat KOH dan NaOH pada suhu 160 C. Sedangkan pada tahap kedua dilakukan sintesis derivat Mannich asam vanilat dengan mereaksikan asam vanilat dengan campuran larutan formaldehida dan dietilamin. Dari hasil reaksi tahap 1 diperoleh nilai rendemen sebesar 91,41 , sedangkan nilai rendemen hasil senyawa murni tahap 2 yang diperoleh sebesar 12,26 . Kemurnian senyawa hasil sintesis tahap 1 diuji menggunakan kromatografi lapis tipis dan penetapan jarak lebur. Sedangkan uji kemurnian senyawa hasil sintesis tahap 2 dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Struktur senyawa hasil sintesis dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, spektrometri 1H-NMR dan 13C-NMR. Senyawa derivat Mannich asam vanilat terbukti memiliki aktivitas antioksidan IC50 = 19,51 ? ? ? ? M dengan kemampuan 9,8 kali lebih tinggi daripada senyawa pemulanya yakni asam vanilat IC50 = 191,95 M.

ABSTRACT
Vanillic acid is phenolic compound derived from benzoate acid that has good antioxidant effects. However, it rsquo s still not commonly used because of the less efficacy. The purpose of this research is to synthesize new vanillic acid derivative compound projected to have better antioxidant activity. The synthesis is done in 2 phases. The first phase is the synthesize of vanillic acid by reacting vanillin with a mixture of strong base KOH and NaOH at 160 C. In the second phase, vanillic acid Mannich derivative synthesize is carried by reacting vanillic acid with a mixture of formaldehyde and diethylamine solution. From the first phase reaction, the yield value is 91.41 , whereas, the yield value of the pure compound in phase 2 is 12.26 . The purity of phase 1 synthesis compound result is tested with thin layer chromatography and melting point determination. On the other hand, purity test of phase 2 synthesis compound result is done with thin layer chromatography. The structure of the resulting synthesis compound is then analyzed with UV Vis spectrophotometer, FTIR,1H NMR and 13C NMR spectrometry. The compound derived from vanillic acid Mannich proved to be having 9.8 times higher antioxidant activity IC50 19.51 M than its starting compound which is vanillic acid IC50 191.95 M."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rashad Fatiha Vonna
"Penggunaan antioksidan diperlukan untuk mencegah penyakit degeneratif yang semakin meningkat. Asam vanilat asam 4-hidroksi-3-metoksi benzoat adalah senyawa fenolik yang memiliki aktifitas farmakologis antioksidan dan merupakan bentuk oksidasi dari vanilin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh senyawa baru turunan asam vanilat yang diharapkan mempunyai efek farmakologis lebih baik.
Sintesis dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembuatan Asam vanilat dari senyawa vanilin yang dioksidasi dengan NaOH dan KOH pada temperatur 160 C. Kemudian tahap selanjutnya adalah merekasikan asam vanilat dalam etanol dengan formaldehid dan senyawa amin pirolidin. Senyawa hasil sintesis diuji kemurniannya menggunakan kromatografi lapis tipis dan jarak lebur. Proses selanjutnya adalah elusidasi struktur dilakukan dengan spektrofotometri FT-IR, spektrometri 1H-NMR dan spektrometri 13C-NMR.
Hasil reaksi tahap 1 diperoleh Asam vanilat berupa serbuk kecokelatan dengan rendemen 91,41, sedangkan hasil reaksi tahap 2 diperoleh asam vanilat tersubstitusi basa Mannich pirolidin pada posisi orto dari gugus hidroksi AVMP berupa granul kecokelatan dengan rendemen sebesar 31,19. Hasil uji aktivitas antioksidan metode DPPH menunjukan IC50 asam vanilat 191,95 M, IC50 AVMP 3,016 M, dan senyawa standar kuersetin 11,95 M.

The use of antioxidants is needed to prevent degenerative diseases that are increasing frequently. Vanillic acid 4 hydroxy 3 methoxy benzoic acid is a phenolic compound having antioxidant pharmacological activity and is an oxidation form of vanillin. The purpose of this study was to obtain new compounds derived vanilic acid which is expected to have better pharmacological effects.
Synthesis is carried out in two stages, namely the manufacture of vanilic acid from vanillin compounds oxidised with NaOH and KOH at 160 C. Then the next step is to identify the vanilic acid in ethanol with formaldehyde and the amin pyrrolidine compound. The compound of the synthesis was tested for purity using thin layer chromatography and melting point. Elucidation is proceed by FT IR spectrophotometry, 1H NMR spectrometry and 13C NMR spectrometry.
The result of phase 1 reaction was obtained by vanilic acid in the form of brown powder with yield of 91,41, while the result of reaction of stage 2 was obtained by substitution of Mannich pyrolidine vanilic acid at orthose position of hydroxy group AVMP in the form of brown granule with yield of 31,19. The antioxidant activity test of DPPH method showed IC50 vanilic acid 191,95 M, IC50 AVMP 3,016 M, and standard compound quercetin 11,95 M.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa
"Karbonidrat, merupakan senyawa organik yang ditemukan di alam dengan unsur utama penyusunnya karbon, nidrogen, dan oksigen. Salah satu jenis senyawa karbonidrat yang paling sering dijumpai adalan sukrosa. Sukrosa memiliki banyak gugus nidroksil seningga sukrosa dapat membentuk senyawa ester apabila direaksikan dengan senyawa yang memiliki gugus karboksilat Salan satu conton senyawa yang memiliki gugus karboksilat ialan senyawa asam vanilat yang terbentuk dari reaksi oksidasi senyawa vanilin. Pada penelitian ini senyawa ester bernasil disintesis dari sukrosa dan asarn vanilat. Asarn vanilat yang digunakan berasal dari vanilin yang telan dioksidasi olen Ag2O yang terbentuk dari reaksi AgNO3 dengan NaOH yang berlebin Asam vanilat yang dinasilkan pada percobaan seberat 2,8866 g dengan rendemen sebesar 85,89%. Kemudian esteritikasi sukrosa dengan asam vanilat pada percobaan ini sama-sama dilakukan dengan menggunakan DCC dan D|\/IAP sebagai aktivator dan katalis, tetapi keduanya dibuat dengan Cara berbeda. Selain itu jumlan sukrosa dan asam vanilat yang digunakan pada masing-masing reaksi pun berbeda pula. Ester pertama dibuat dengan menggunakan perbandingan mol sukrosa ternadap asam vanilat satu banding delapan, menggunakan D|\/IF sebagai pelarut, serta melalui proses pengadukan 24 jam pada temperatur ruang. Sedangkan ester kedua dibuat dengan menggunakan perbandingan mol sukrosa ternadap asam vanilat satu banding tiga, menggunakan piridin sebagai pelarut, serta melalui proses refluks 24 jam pada temperatur 6O°C. Ftendemen ester yang diperoleh sebesar 9,22% untuk ester pertama dan 15,03% untuk ester kedua. Kedua ester yang diperoleh diuji dengan KLT dan FTIFL"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfiroh Inzaniyah Latifah
"Asam vanilat atau asam 4-hidroksi-3-metoksi benzoat merupakan derivat senyawa fenolat terhidroksilasi yang merupakan bentuk teroksidasi dari vanilin. Senyawa asam vanilat biasa digunakan sebagai agen penyedap rasa yang dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Namun aktivitas antioksidan tersebut masih kurang kuat apabila dibandingkan dengan senyawa antioksidan standar, sehingga diperlukan modifikasi struktur. Sehingga pada penelitian ini dilakukan modifikasi struktur melalui reaksi Mannich atau aminoalkilasi dengan menggunakan senyawa amin N-metilpiperazin. Tujuan dari sintesis ini adalah untuk memperoleh senyawa baru sebagai alternatif antioksidan.
Sintesis dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pembuatan asam vanilat dari vanilin, dan kemudian asam vanilat yang diperoleh disubstitusi dengan basa Mannich N-metilpiperazin.Senyawa asam vanilat yang dihasilkan merupakan serbuk putih kecoklatan dengan rendemen 91,41. Sedangkan hasil akhir reaksi tahap 2 merupakan kristal putih kecoklatan berbentuk jarum dengan rendemen sebesar 36,58.
Kemurnian dari senyawa ini diuji dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan titik lebur. Kemudian elusidasi senyawa dilakukan dengan spektrofotometri FT-IR, spektrometri 1H-NMR dan spektrometri 13C-NMR. Hasil uji aktivitas antioksidan metode DPPH memberikan hasil IC50 asam vanilat 191,954 M, IC50 AV-MP 14,806 M., dan senyawa standar kuersetin 11,950 M.

Vanillic acid or 4 hydroxy 3 methoxy benzoic acid is a derivatives of hydroxylated phenolic compunds which is an oxidized form of vanilllin. Vanillic acid compounds commonly used as flavoring agent which is also reported to also act as an antioxidant. However, that antioxidant activity is still less than optimal when compared to standard antioxidant compounds. Therefore structural modification of vanilic acid is required. Structural modification which can be done through Mannich reaction or alminoalkylation using amin N metilpiperazin. An object of this synthesis research was to obtain new discovered compound as alternative antioxidant.
The researched method was divided by 2 phase. The first phase was to manufacture vanilat acid from vanillin, and then vanillic acid obtained was substituted with 1 methyl piperazine compound. Vanillic acid compound produced with this method is a brownish white powder with rendement of 91,41. And the final result of phase 2 reaction is a needle shaped brownish white crystalline with rendement of 36,58.
The purity of this compound tested by using thin layer chromatography and melting point. Then elucidation of the compound performed with FT IR spectrophotometry, 1H NMR spectrometry and 13C NMR spectrometry. Antioxidant activity result by DPPH method is IC50 vanilic acid 191,954 M , IC50 AV MP 14,806 M., and standard compound quersetin 11,950 M.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athiyyah Maudy Untoro
"Pada penelitian ini, asam laurat diesterifikasi dengan dengan senyawa antioksidan butil hidroksi anisol (BHA) dan butil hidroksi toluen (BHT). Sintesis ester asam laurat-BHA dan ester asam laurat-BHT dilakukan melalui reaksi esterifikasi Steglich menggunakan reagen kopling DCC dan katalis DMAP. Sebelum digunakan sebagai agen antibakteri, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji toksisitas pada produk ini dilakukan dengan menggunakan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap larva Artemia salina L. dan diperoleh nilai LC50 dari ester asam laurat-BHA sebesar 104,91 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan bersifat toksik sedang pada ester asam laurat-BHA. Ester asam laurat-BHA dan ester asam laurat-BHT yang terbentuk tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif, Straphylococcus aureus. Adapun pada bakteri gram negatif, Escherichia coli, menunjukkan kemampuan inhibisi dengan efektivitas sedang, sehingga berpotensi sebagai agen antibakteri.

In this study, lauric acid was esterified with antioxidant compounds BHA and BHT. Synthesis of lauric acid-BHA ester and lauric acid-BHT ester was carried out through the Steglich esterification reaction using DCC coupling reagent and DMAP catalyst. Before being used as an antibacterial agent, this ester product needs to be tested for toxicity. Toxicity test on this product was carried out using brine shrimp lethality test (BSLT) on Artemia salina L. larvae and obtained LC50 values of lauric acid-BHA esters of 104,91 ppm. These results indicated that the resulting product had medium toxic for the lauric acid-BHA ester. Lauric acid-BHA ester and lauric acid-BHT ester formed did not show any antibacterial activity on gram-positive bacteria, Straphylococcus aureus. As for the gram-negative bacteria, Escherichia coli, it showed an inhibitory activity with moderate effectiveness so it might be an antibacterial agent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>