Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakian Bre Ananta Aji
"Pengembangan energi alternatif yang tidak habis pakai telah lama menjadi perhatian utama, khususnya pemanfaatan energi matahari dengan menggunakan sel surya. Berbagai isu mengenai ketersediaan bahan bakar yang semakin berkurang dan pentingnya kelestarian lingkungan, membuat para pengusaha mencoba mengembangkan sel surya melalui proyek-proyek dengan investasi yang sangat besar. Sebagai gantinya, sel surya yang memiliki sumber energi tak terbatas dan tidak ada polusi, terus dikembangkan. Satu hal yang dicoba untuk selalu ditingkatkan hingga saat ini adalah efisiensi sel surya dalam mengubah energi sinar matahari menjadi energi yang dapat langsung dikonsumsi.
Disain dasar dari perancangan sel surya kali ini, dibuat untuk mendukung modul berefisiensi tinggi menurut dasar-dasar perancangan yang sudah ada, seperti surface texturing. Disain modul berefisiensi tinggi memanfaatkan concentrator dan cahaya yang dibagi menjadi dua tingkatan energi spektrum cahaya yaitu spektrum cahaya rendah dan spektrum cahaya menengah. Program simulasi yang digunakan adalah perangkat lunak PC1D.
Concentrator berguna untuk mengkonvergensi cahaya matahari sehingga daya yang dihasilkan menjadi lebih besar, menurut perbandingan luas concentrator dan luas permukaan sel surya. Spektrum cahaya dibagi menjadi dua tingkatan energi menggunakan sebuah prisma dan dikonversi dengan sel surya yang berbeda. Dengan demikian, perlu mempelajari sifat-sifat meterial dan karakteristik cahaya untuk mendisain kedua buah sel surya. Sel surya level energi menengah lebih mengoptimalkan penyerapan cahaya biru pada kedalaman persambungan sebesar 0,65 µm, sedangkan untuk sel surya level energi rendah lebih mengoptimalkan penyerapan cahaya merah pada kedalaman persambungan sebesar 4 µm. Dari hasil uji coba, akan diperoleh efisiensi total yang merupakan penjumlahan efisiensi dari kedua buah sel surya, yaitu sebesar 46,18 %.

The development of unlimited resources has become hot topics specifically for solar energy use employing solar cells. The world's energy crisis and environmental issues have been a headline in this present. It makes the developers invest their funds in solar cells research programs. The result is the device that can convert solar irradiation into other energy and without pollution. One of the most important measurements for solar cells is the efficiency.
Basic concept for the designs refers to the existing standard designs, such as surface texturing. Solar cells design equips the high efficiency modul. Further, the standard designs are combined with high efficiency modul using concentrator to absorp light more effective. The light spectrums are divided into two levels those are called middle energy spectrums and low energy spectrums. Solar cells are designed using modified PC1D software.
Concentrator is used for collecting solar irradiation and to produce higher power output from the ratio of concentrator?s width and solar cell?s surface area. The energy spectrums are splitted using prism and converted by different cell materials. Studying the material properties and light characteristics is needed to design both solar cells. Middle energy solar cell optimizes blue spectrum absorption with 0,65 µm of junction depth. Low energy solar cell optimizes red spectrum absorption with 4 µm of junction depth. The total efficiency which is the sum efficiency from both solar cells is 46,18 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40507
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Agustino
"Perkembangan teknologi telah mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat. Keterbatasan suplai energi pada suatu rumah dari pembangkit listrik yang ada menyebabkan pencarian energi alternatip lainnya. Sel surya merupakan pilihan yang sesuai sebagai sumber tenaga alternatif. Sel surya menggunakan matahari sebagai sumber energi dan mengubahnya menjadi energi listrik, karena menggunakan energi matahari penggunaan sel surya pun sangat ramah terhadap lingkungan, dapat digunakan dimana saja selama terdapat sinar matahari dan biaya perawatan yang rendah.
Pada tugas akhir ini dilakukan rancang bangun sistem daya sel surya yang memanfaatkan energi matahari pada aplikasi rumah berdaya 500 W. Pada rancangan ini, digunakan modul SAPC-123 berdaya maksimal 123 W sebanyak 16 modul untuk kondisi irradiance rata-rata 285 W/m², dan kapasitas baterai 3600 Ah. Proses perancangan menggunakan perangkat lunak PSPICE9.1 untuk simulasi rangkaian. Rangkaian kendali baterai menggunakan dua buah IC (Integrated Circuit) LM324 sebagai kendali untuk memutuskan hubungan modul sel surya dengan baterai dan inverter dengan beban. Penyetelan level tegangan 14,5 V untuk memutuskan hubungan modul sel surya dengan baterai dan tegangan 11V untuk memutuskan hubungan inverter dengan beban.
Rangkaian inverter 500 W memiliki tegangan keluaran 220 VAC dengan arus maksimum 2A dan frekwensi kerja 50Hz. Arus maksimum beban dibatasi oleh circuit breaker 2A. Untuk perlindungan rangkaian terhadap arus hubung singkat digunakan dua fuse masing-masing 30 A. Rancang bangun sistem daya sel surya yang memanfaatkan energi matahari pada aplikasi rumah berdaya 500 W berupa sebuah inverter 500 W yang dilengkapi dengan sistem kendali baterai.

Growth of technology have resulted requirement of energy progressively mount. Limitation of supply of energy at one particular house of existing power station cause seeking of other alternatip energy. Sollar cell is appropriate choice as alternative source of power. Sollar cell use sun as source of energy and alter him become electrics energy, because using sun energy usage of cell of surya gracious even also to environment, can be used just where during there are low treatment expense and sunshine.
At this final assignment done by scheme of power system exploiting of sun energy at powered house application 500 W. This device, is used SAPC-123 module maximal powered 123 W counted 16 modules to the condition of mean irradiance 285 W / m², and battery capacities 3600 Ah. Process scheme use software of PSPICE 9.1. Network conduct battery use two IC(Integrated Circuit) LM324 as conducting to drop the ball cell module of surya with and battery of inverter with burden. Tuning of tension level 14,5 V to drop the ball cell module of surya with tension and battery 11 V to drop the ball inverter with burden.
Network of Inverter 500 W have output tension 220 VAC with maximum current 2A and frequency work 50Hz. Maximum current burden limited by breaker cirecuit 2A. For protection of network to current link to shorten to be used two fuse each 30 A. Design system of solar cell exploiting sun energy at powered house application 500 W in the form of a inverter 500 W provided with battery control system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Danastri
"Energi matahari merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak potensinya di muka bumi. Sel surya mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik yang kemudian dikenal sebagai fotovoltaik (PV). Saat ini, bifacial pv menjadi sesuatu yang menjanjikan untuk digunakan karena memiliki konversi yang lebih tinggi dari monofacial PV. adanya 2 sisi pada bifacial PV (atas-bawah) akan menghasilkan daya energi yang lebih tinggi, namun permasalahan saat ini konversi energi dari bifacial PV belum maksimal, bagaimanapun penelitian ini tetap penting untuk diteliti lebih jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bifacial PV membutuhkan desain reflektor yang tepat dengan mengukur sudut kemiringan dari panel surya, jarak antara panel dan reflektor serta warna dari reflektor. Alat ukur seaward PV 200 yang merupakan alat ukur parameter kelistrikan sistem panel surya yang memenuhi standar IEC 62446 dan IEC 61829 juga digunakan agar dapat mengukur daya yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan mendesain modul reflektor untuk panel surya jenis bifacial supaya dapat meningkatkan dan mengoptimalkan performa yang diakibatkan dari pantulan reflektor yang ada di bagian bawah solar panel bifacial.
Dari hasil dan analisis pengukuran didapatkan desain modul reflektor dengan sudut kemiringan 5° , jarak antar panel surya dan reflektor 10 cm (panel surya-reflektor tidak sejajar), dengan warna menggunakan warna putih menghasilkan daya terbaik dari pantulan iradiasi matahari, sehingga bisa didapatkan desain yang dapat meningkatkan dan mengoptimalkan panel surya jenis bifacial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayat Achmad
"Energi surya dipancarkan dalam bentuk radiasi elektromagnetik dapat diubah menjadi energi listrik dapat menggunakan sistem photovoltaik (PV). Namun paparan energi surya menyebabkan suhu sistem meningkat mengakibatkan efisiensinya berkurang dan berpengaruh terhadap produksi energi listrik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi energi listrik dengan menjaga suhu PV tetap rendah agar sel surya dapat bekerja maksimal. Sel surya yang digunakan merupakan jenis polycrystalline 50 WP sebanyak 4 unit untuk menerapkan 4 metode. Satu sel surya dikondisikan normal tanpa modifikasi, satu sel surya dipasang filter cahaya, satu sel surya dipasang pendinginan pasif, sementara satu sel lain dipasang kombinasi filter cahaya serta pendinginan pasif. Hasil penelitian menunjukkan metode filter cahaya tidak efektif dilakukan. Sementara itu, metode pendinginan pasif mampu menghasilkan energi yang lebih baik ketika cuaca cerah hingga 5,2% dan ketika cuaca mendung di bawah 3% dibandingkan sel surya standar. Untuk mengoptimalkan pendinginan pasif maka dilakukan pengujian 3 jenis variasi heatsink untuk mengetahui pengaruh besar kapasitas kalor terhadap energi listrik yang dihasilkan. Sel surya dengan kapasitas kalor 3,9 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 3,48% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC. Sel surya dengan kapasitas kalor 4,7 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 6,37% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC.

Solar energy, emitted as electromagnetic radiation, can be converted into electrical energy using photovoltaic (PV) systems. However, exposure to solar energy causes an increase in system temperature, reducing efficiency and affecting electricity production. This study aims to enhance electricity production by maintaining a low PV temperature to ensure optimal solar cell performance. The solar cells used in this research are polycrystalline type with a capacity of 50 WP, consisting of four units to apply four different methods. One solar cell is kept in normal condition without modification, one is equipped with a light filter, another employs passive cooling, and the last combines a light filter with passive cooling. The results indicate that the light filter method is ineffective. Meanwhile, the passive cooling method produced better energy output, with an increase of up to 5.2% under clear weather conditions and below 3% under cloudy conditions compared to standard solar cells. To optimize passive cooling, tests were conducted using three heatsink variations to analyze the impact of heat capacity on electricity production. A heatsink with a capacity of 3.9 Wh/°C improved energy output by approximately 3.48% compared to one with 3.3 Wh/°C. Additionally, a heatsink with a capacity of 4.7 Wh/°C increased energy output by approximately 6.37% compared to the 3.3 Wh/°C heatsink."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramawidya Kirana
"ABSTRAK
Nanoemulsi memiliki peran penting dalam industri kosmetik, farmasi, dan makanan, seperti untuk mengenkapsulasi senyawa bioaktif yang berkhasiat terhadap kesehatan. Salah satu senyawa bioaktif yang bersifat lipofilik dan memiliki solubilitas rendah dalam air adalah mangostin. Mangostin merupakan turunan xanthones yang terkandung pada kulit manggis Garcinia mangostana L. dengan sifat antioksidan, antibakteri, hingga kemopreventif yang baik. Untuk memaksimalkan aplikasi mangostin, maka dibuatlah dalam suatu sistem nanoemulsi, yang berperan sebagai penghantar senyawa bioaktif. Dalam penelitian ini, sediaan nanoemulsi dengan ekstrak mangostin dipreparasi dengan metode energi tinggi ET high shear stirring dan energi rendah ER emulsifikasi spontan yang bertujuan untuk aplikasi topikal. Nanoemulsi yang stabil tercapai saat rasio massa minyak-air-surfaktan adalah 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi tinggi dan rendah, serta 1: 2,28: 4,03 untuk metode energi tinggi dan 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi rendah dengan penambahan 0,1 xanthan gum. Sampel yang dipreparasi dengan kedua metode tersebut memiliki estimasi stabilitas sebesar 46,7 ndash; 93 , atau kurang dari 1 tahun setelah uji akselerasi. Selain itu, sampel nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang berkisar antara 220 ndash; 353nm serta dan efisiensi enkapsulasi mangostin antara 42 ndash; 57 . Untuk aplikasi topikal, pengamatan dilakukan dengan sel difusi Franz untuk mengamati kemampuan sediaan emulsi mempenetrasi lapisan kulit. Hasil menunjukkan bahwa sampel emulsi ET dan ER dengan penambahan xanthan gum memiliki laju dan jumlah mangostin terpenetrasi yang paling tinggi.

ABSTRACT
Nanoemulsions have an important role in cosmetics, pharmaceutical, and food industries, especially for encapsulating bioactive compounds for wellness. An example of a lipophilic bioactive compound with low water solubility is mangostin. Mangostins are derivatives of xanthones, which are isolated from mangosteen rind Garcinia mangostana L. that shows good antioxidant, antibacterial, and chemopreventive properties. To maximize the applications of mangostins, a nanoemulsion acting as a bioactive carrier was made to encapsulate mangotsins. In this research, nanoemulsions containing mangostin extract was prepared by high energy HE method using high shear stirring and low energy LE method using spontaneous emulsification for topical applications. Stable nanoemulsions were obtained when the oil surfactant water mass ratios are 1 1,42 6,34 for high and low energy method as well as 1 2,28 4,03 for high energy method and 1 1,42 6,34 for low energy method, both added with 0,1 xanthan gum. Samples prepared with both methods have an estimated stability of 46,7 ndash 93 , or less than 1 year after evaluated by accelerated stability testing. Moreover, nanoemulsion samples have droplet size between 220 ndash 353nm and encapsulating efficiency between 42 ndash 57 . For topical applications, observations of nanoemulsions rsquo ability to penetrate the skin membrane were performed with Franz diffusion cell. The results show that emulsions prepared with HE and LE method containing xanthan gum have the highest cumulative penetration and flux rates of mangostin. "
2017
S68139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Putranto
"Sel surya (Solar Cell) merupakan sebuah divais yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Penggunaannya sebagai sumber energi alternatif semakin banyak digunakan. Diperkirakan sel surya akan memainkan peranan penting dalam menghadapi permasalahan energi dimasa yang akan datang, karena merupakan sumber energi yang berlimpah, biaya operasional yang rendah dan ramah lingkungan.
Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan sebuah model sel surya dan pembuatan rangkaian pengendali baterai pada sistim penyiraman tanaman otomatis menggunakan sel surya sebagai sumber energinya. Beban terdiri dari mikrokontroler, sensor, motor DC (Direct Current) sebagai pompa dan valve sebagai actuator. Perancangan modul sel surya berdasarkan simulasi dengan Pspice 9.1 menghasilkan daya sebesar 110 Watt menggunakan sel Photowatt Photo Cells - 6? sebanyak 33 buah yang disusun secara seri. Tegangan maksimum yang dihasilkan adalah 15,4 V dan arus maksimum 7,14A.
Rangkaian pengendali baterai menggunakan empat buah operational amplifier dalam satu rangkaian integrated circuit (IC) LM 324. Masing-masing op-amp digunakan sebagai pembanding tegangan batas atas dan bawah baterai, pembatas arus dan pembangkit pulsa persegi. Batas tegangan baterai yang digunakan adalah 14,2 V untuk batas atas dan 11,2 V untuk batas bawah. Rangkaian kontroler memiliki batas arus beban maksimum 8 A, dan rangkaian pelindung tegangan terbalik pada terminal modul sel surya dan baterai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Utomo Putra
"Atap rumah menjadi salah satu tempat terbaik untuk meletakan panel surya, tetapi energi matahari yang didapatkan akan sangat bergantung pada sudut azimuth panel Azs dan sudut kemiringan panel terhadap matahari. Sehingga perlunya perhitungan secara matematis untuk mendapatkan energi maksimal pada sudut azimut dan sudut kemiringan yang diinginkan. Metode explanatory digunakan untuk mengetahui hubungan antara sudut matahari pada koordinat 6,2o lintang selatan dengan energi matahari yang diterima panel. Penelitian dilakukan dengan menghitung energi yang diterima pada masing ndash; masing desain atap rumah. Hasil dari perhitungan menampilkan bahwa, pada luas atap 38,31 m2, desain atap rumah berbentuk pelana dengan Azh = 90o,270o dan = 20o mendapatkan rata-rata energi matahari sebesar 4.411 W.jam/m2/hari. Sehingga desain atap rumah pelana akan mendapatkan energi listrik 20.548 W.jam/hari.

Roof becomes one of the best places to install solar panels, but the solar energy obtained will depend on the angle of the azimuth panel Azs and the tilt angle of the panel against the sun. Mathematical calculation is needed to obtain the maksimum energy with spesific azimuth angle and tilt angle. The explanatory method is used to determine the relationship between the sun angle at latitude angle of 6.2o with solar energy received by the panel. Research is done by calculating the energy received at each roof design. The results of the calculations show that, on the roof area of 38,31 m2, the design of a saddle roof with Azh 90o, 270o and 20o obtains an average solar energy of 4.411 Wh m2 day. So, the saddle roof design will get electrical energy of 20.548 Wh day. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Muhammad Reza
"ABSTRAK
Lampu PJU bertenaga surya sering sekali ditemukan dalam keadaan tidak berfungsi. Penyebab tidak berfungsinya lampu PJU tersebut antara lain disebabkan oleh kerusakan dari komponen atau hilangnya komponen akibat pencurian. Di samping itu, penanganan dari lampu yang tidak berfungsi tidak bisa dilakukan sesegera mungkin karena tidak adanya sistem pemantau lampu secara langsung. Sistem Wireless Sensor Network WSN adalah solusi untuk memantau lampu PJU secara langsung. WSN adalah sistem jaringan sensor yang digunakan untuk memantau kondisi fisis secara langsung dari jarak jauh. Node-node WSN yang terdiri dari sensor-sensor saling terhubung dalam satu jaringan secara nirkabel. Data yang dikumpulkan untuk memonitor lampu PJU tenaga surya antara lain daya keluaran modul PV; tegangan dan State of Charge baterai; arus pada beban. Dengan adanya sistem pemantau lampu PJU dari jarak jauh, kondisi masing-masing lampu PJU bisa dimonitor secara langsung sehingga maintenance bisa dilakukan sesegera mungkin. Dalam penelitian ini, sistem WSN pemantau lampu PJU bertenaga surya yang didesain menggunakan WiFi untuk berkomunikasi. Node dari sistem WSN yang didesain terdiri atas Arduino Uno, sensor arus dan modul ESP8266-01. Data yang dikumpulkan oleh node akan dikirimkan ke sebuah API webserver bernama ThingSpeak. ThingSpeak akan menyajikan data yang diunggah dalam bentuk grafik. Penelitian ini juga membahas percobaan-percobaan untuk mempelajari jarak komunikasi dan kinerja dari sistem WSN ini.

ABSTRACT
Broken solar street lights are really often found. The main causes of the broken street lights are damaged or robbed components. In addition, the maintenance cannot be done immediately because there is no real time street light monitoring system. A Wireless Sensor Network WSN System is a solution to monitor the actual street light condition. A WSN is a sensor network system that is used to sense actual physical conditions remotely. The WSN Nodes that consist of sensors are connected in the network wirelessly to collect and send the data to be processed later. The data that is needed in order to monitor solar street lights are the output power of the PV module the open circuit voltage and the state of charge the battery the load current. Using a remote solar street light monitoring system, the condition of each solar street light can be monitored so the maintenance can be done immediately if a fault happens. In this research, the designed WSN for solar street light monitoring system uses WiFi for communication. The node of this WSN system consists of an Arduino Uno board, two current sensors and an ESP8266 01 module. The data which is collected by the node are sent to an API webserver called ThingSpeak. ThingSpeak will display the data in graph. This research includes some experiments to study the maximum distance of the communication and the performance of this WSN systems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vadio Putradeiv Noor
"Sebagai negara tropis, Indonesia mendapat sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun. Energi matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik menggunakan fotovoltaik. Namun, untuk menggunakan fotovoltaik sebagai sumber utama listrik untuk penggunaan bangunan Residential, perlu untuk merancang PV yang cocok untuk kebutuhan penggunaan Bangunan Residential dan disesuaikan dengan daya yang dikonsumsi oleh bangunan, serta penyinaran dalam daerah. Karena sinar matahari yang dapat dipanen hanya pada siang hari, baterai juga diperlukan sebagai sistem penyimpanan energi listrik. Penelitian ini menggunakan simulasi pada aplikasi PVsyst dan menggunakan data irrradiansi dari Meteonorm. Aplikasi PVsyst dapat mensimulasikan kinerja sistem PLTS yang telah ditentukan serta menghitung kemiringan dan arah peletakan PV dari data irradiansi yang telah didapatkan. Dengan metode ini, jumlah PV, baterai, dan inverter yang optimal akan diperoleh sebagai pembangkit utama energi listrik untuk penggunaan bangunan residential.

As a tropical country, Indonesia gets sunlight that shines throughout the year. The solar energy can be converted into electrical energy using photovoltaics. However, to use photovoltaic (PV) as the main source of electricity for Residential building usage, it is necessary to design a PV that is suitable for the needs of Residential Building usage and adjusted to the power consumed by the building, as well as the irradiance in the area. Due to the sunlight that can be harvested only during the daytime, batteries are also needed as an electrical energy storage system. This study uses simulations on the PVsyst application and uses irradiance data from Meteonorm. The PVsyst application can simulate and determine the number of series and parallel PV for certain power usage specifications and the irradiance data obtained. With this method an optimal amount of PV and batteries will be obtained as the main generator for residential building usage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla
"Tesis ini bertujuan untuk mengukur kecepatan broadband yang optimal terhadap PDB per Kapita di negara negara pendapatan tinggi, menengah, dan rendah. Indikator ekonomi makro yang dikumpulkan pada peneltian ini berasal dari database Worldbank dan International Telecommunication Union ITU, kecuali data kecepatan broadband terukur yang dikumpulkan daari Ookla, sebuah perusahaan yang menyediakan pengujian broadband dan data aplikasi diagnostic jaringan berbasis web setiap hari. Data yang digunakan adalah data panel dari 84 negara pendapatan tinggi, menengah, dan rendah selama periode 20102017. Penelitian ini menemukan bahwa 10% kecepatan broadband meningkatkan PDB per kapita di negara pendapatan tinggi, menengah, dan rendah masing masing sebesar 0.260, 0.364, dan 0.307 persen. Lebih lanjut, kecepatan broadband dalam meningkatkan PDB per Kapita tidak memiliki titik optimal/titik jenuh. Peningkatan kecepatan broadband secara terus menerus akan menghasilkan pertambahan (imbal hasil) PDB per kapita dengan skala yang semakin meningkat (increasing rate of return to scale). Tingkat kecepatan broadband optimal tidak stabil, sehingga tidak dapat ditemukan. Titik optimal kecepatan broadband merupakan tingkat kecepatan broadband dimana PDB per kapita suatu negara berada pada titik maksimum

This thesis aims to find the optimal broadband speed that maximize GDP per capita in high, middle and low income countries. The macroeconomic indicators collected in this research come from the Worldbank and International Telecommunication Union (ITU) databases, except measurable broadband speed data collected from Ookla, a company that provides web-based broadband testing and diagnostic network application data every day. The data used are panel data from 84 high, middle and low income countries during the period of 2010 - 2017. This study found that 10% broadband speed positively affects GDP per capita in high, middle and low income countries of 0.260, 0.364, dan 0.307 percent. Furthermore, there are not found the optimal broadband speed that creates the maximum GDP per capita, or there are not found an optimal point/saturation point. In other words, a continuous increase in broadband speed will have an impact on an increasing of GDP per capita or an increasing rate return to scale.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>