Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karim Santoso
"Pendidikan di Indonesia saat ini masih mengalami masalah yang kompleks salah satunya adalah kinerja kepala sekolah hingga kualitas terdidik yang dihasilkan. Studi di 13 negara maju dan 14 negara berkembang yang dilakukan oleh Heineman dan Loxely (1988) menunjukkan, bahwa sekitar sepertiga dari varians mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas untuk mengelola manajerial sekolah. Melihat betapa krusialnya peran kepala sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang menunjang kinerjanya. Sabar merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Selain sabar, hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah motivasi untuk berprestasi. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sabar, motivasi berprestasi dan kinerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sabar sabar terhadap kinerja, pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja, dan pengaruh sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Sabar adalah kemampuan jiwa (hati) dan raga (lisan dan perbuatan) untuk menerima segala kepahitan hidup (musibah) yang menimpanya, untuk menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang dilarang agama, dan untuk melaksanakan segala yang diperintahkan agama. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing. Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan itu.
Penelitian ini dilakukan pada 30 sampel kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Banten Barat dengan dilakukan ujicoba instrumen penelitian terlebih dahulu kepada 8 orang kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Jakarta sebagai sampel yang dikenal dengan baik oleh peneliti yang mempunyai tingkat kesabaran, motivasi berprestasi dan kinerja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, uji coba instrumen ini menggunakan metode objektifitas.
Hasil penelitian di Banten Barat diolah menggunakan SPSS 13.0. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisa korelasi bivariat untuk mengetahui hubungan antara sabar dan motivasi berprestasi dengan kinerja; Juga menggunakan analisa regresi linier berganda untuk menggambarkan sumbangsih kedua variabel 'yakni sabar dan motivasi berprestasi-secara bersamaan dalam menjelaskan varian variabel kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 hipotesa yang diketengahkan diterima semuanya. Hipotesis pertama yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar terhadap kinerja', maka hipotesis pertama diterima dengan indeks korelasi 0.638.. Sedangkan rumusan hipotesis kedua yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara motivasi berprestasi dan kinerja', maka hipotesisi kedua diterima dengan indeks korelasi 0.746. Rumusan hipotesis ketiga adalah 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja', maka berdasarkan hasil penelitian hipotesis ketiga diterima dengan indeks korelasi 0.753.
Dari semua dimensi sabar hanya kekuatan dalam melaksanakan perintah yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja dengan indeks korelasi 0.663. Dari semua dimensi motivasi berprestasi hanya kreatif-inovatif dan dimensi waktu menyelesaikan tugas saja yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja. Sumbangan efektif dimensi kreatif-inovatif terhadap variabel kinerja sebesar 57.1%. Sumbangan efektif dimensi waktu menyelesaikan tugas terhadap variabel kinerja sebesar 6%.

Nowadays, education in Indonesia still encounters many complex problems, they are among others school principal performance and quality of educated students resulting therefrom. Study in 13 advanced countries and 14 developing countries performed by Heineman and Loxely (1988) reveals that approximately one-third of education quality variant at school is determined by the quality of the school principal leadership.
The Principal is the one who is assigned to manage school administration. Taking into consideration the crucial role of the principal, a Principal should have certain competencies supporting his/her performance. Patience constitutes competence that should be possessed by a school principal. Besides, the other thing that should be possessed by a principal is motivation for achievement. Therefore, variables in this study are patience, motivation for achievement and principal performance.
This study is aimed at identifying and analyzing influence of patience, motivation for achievement to school principal performance. This study applies quantitative method.
Patience is capability of soul (heart) and physic (talks and actions) to receive calamity that he/she suffers from, prevent from committing any unfavorable acts prohibited by religious values, and perform anything as directed by his/her religion. Motivation for achievement is a motivation encouraging individual to win a certain competition. Performance is achievement attained by any individuals in performing tasks or works pursuant to standard and criteria already stipulated for the tasks or works.
This Study is performed in 30 samples of Integrated Islamic Elementary School Principal in Banten Barat through instrument test made to 8 Principals of the Integrated Islamic School in Jakarta as samples known well by evaluators to be having patience, motivation for achievement and different performances. Therefore, this instrument test applies objectivity method.
The Study findings in Banten Barat are processed using SPSS 13.0. Hypothetical test of this study applies Bavaria correlation analysis to identify relation between patience and motivation for achievement and school principal performance, dual linear regression analysis is also applied to describe contribution of the two variables namely patience and motivation for achievement jointly in explaining variable variant of school principal performance.
Study finding reveals that 3 presented hypothesis are accepted in its entirety. The first hypothesis reading 'There is direct influence between patience and school principal performance', is accepted with correlation index of 0.638. While the second hypothesis reading 'There is direct influence between motivation for achievement and school principal performance' is accepted with correlation index of 0.746. The third hypothesis reading 'There is direct influence between patience and motivation for achievement jointly to school principal performance' is accepted with correlation index of 0.753.
From all dimensions of patience, it is only strength in performing instructions which gives effective contribution to performance variable with correlation index of 0.663. From all dimensions of motivation for achievement, it is only creative-innovative and time dimension in accomplishing any task which gives effective contribution to performance variable. Effective contribution of creative-innovative dimension to performance variable is 57.1%. Effective contribution of time dimension in accomplishing tasks to performance variable is 6%."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Annisa Meidina
"Motivasi belajar menjadi hal riskan bagi mahasiswa tingkat akhir yang memiliki banyak tuntutan dan tekanan untuk menyelesaikan masa perkuliahan dengan baik dan lulus menjadi seorang sarjana. Keseimbangan dalam motivasi belajar juga melibatkan kondisi kesejahteraan individu sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kesejahteraan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa tingkat akhir. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional pada 95 responden mahasiswa tingkat akhir di Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Spiritual Well-Being Scale untuk mengukur kondisi kesejahteraan spiritual dan Motivated Strategies for Learning Questionnaire untuk mengukur motivasi belajar.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51,6 mahasiswa memiliki tingkat kesejahteraan spiritual rendah dan 50,5 memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi. Namun hasil uji statistik Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan p = 0,605 > 0,05 antara kesejahteraan spiritual dengan motivasi belajar dan nilai OR dalam penelitian ini sebesar 1,346 yang memiliki arti bahwa mahasiswa dengan kesejahteraan spiritual tinggi mempunyai peluang 1,3 kali untuk memiliki motivasi belajar tinggi dibandingkan mahasiswa yang kesejahteraan spiritualnya rendah. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi institusi pendidikan agar lebih mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai spiritual dalam konteks pembelajaran bagi mahasiswa.

Learning motivation become a risk case for final year college students who have many demands and pressures to finish their college lifes and become scholars. Balance in learning motivation will involve one rsquo s spiritual well being as one of human basic needs. This study aim to identify the relationship of spiritual well being and learning motivation in final year students. The design used in this study is the cross sectional with 95 respondents of final year students in Health Sciences Cluster Universitas Indonesia, which uses consecutive sampling technique. The instruments used in this study are Spiritual Well Being Scale to measure the spiritual well being level and Motivated Strategies for Learning Questionnaire to measure the learning motivation.
This study shows 51,6 respondents have low spiritual well being level and 50,5 respondents have high learning motivation level. However the result with Chi square test shows that there is no significant relationship p 0,605 0,05 between spiritual well being and learning motivation and OR value 1,346 which means students with high spiritual well being level have a chance 1,3 to have high learning motivation level than other students with low spiritual well being level. This study can be a recommendation for the institution of education in order to develop and engraft the spiritual in learning context for students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunanto
"Ada tiga permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu (a) Adakah perbedaan motivasi berprestasi antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (b) Adakah perbedaan kebiasaan belajar antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (c). Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan pada kelas unggulan di SMU Negeri Jakarta 48. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta.
Cara mengumpulkan data mengenai Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar siswa berdasarkan kuesioner tertutup dengan one-shot model, sedangkan data prestasi belajar diperoleh dari kantor Tata Usaha sekolah dengan melihat lager ( daftar nilai rapor) caturwulan satu tahun ajaran 2001-2002. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa skor dalam bentuk skala interval. Analisa data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang digunakan adalah penyajian nilai rata rata (mean) yang berupa tabel dan grafik garis. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dengan tujuan ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi.
Data tersebut dihitung dengan rumus t-test untuk uji beda mean dan diperoleh temuan sebagai berikut : (1) kelompok siswa kelas unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan, (2) kelompok siswa kelas satu unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan, (3) kelompok siswa kelas dua unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan. Oleh karena itu berdasarkan pengolahan data dapat disimpulkan terdapat perbedaan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas dua unggulan dengan bukan unggulan di SMU 48 Jakarta
Sedangkan untuk signifikansi data diperoleh temuan sebagai berikut : (I) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar yang signifikan antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta . (2) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi dan Prestasi belajar lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi dan Prestasi belajar yang signifikan antara kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. Sedangkan untuk kebiasaan belajar nilai P-value sebesar 0,209 nilai ini lebih besar dari 0,05 maka Ho gagal ditolak atau tidak ada perbedaan Kebiasaan Belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. (3) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar yang signifikan antara siswa kelas dua unggulan dengan siswa kelas dua bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta.
Atas dasar hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (2) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi dan prestasi belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. Sedangkan untuk kebiasaan belajar, tidak ada perbedaan Kebiasaan Belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. (3) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas dua unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Azis
"Untuk meningkatkan motivasi belajar anak didiknya, SMP XYZ di Solo bermaksud untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak didiknya, antara lain pengaruh pola asuh orangtua, pengaruh kepuasan siswa pada guru dan pengaruh beberapa faktor lainnya terhadap motivasi belajar. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak-didiknya, SMP XYZ akan dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak didiknya.
Dengan metode TwoStep Cluster Komponen-komponen pola asuh orang tua membentuk 3 tipe pola asuh orang tua siswa SMP XYZ Solo yaitu neglect, otoriter dan demokratis. Dan dengan pohon klasifikasi yang diperoleh dari metode CHAID dapat diketahui faktor yang paling mempengaruhi motivasi belajar siswa SMP XYZ Solo diantara tipe pola asuh, kepuasan pada guru dan beberapa fakror lainnya.
Ternyata kepuasan pada guru memegang peranan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu orang tua perlu meningkatkan responsiveness (menanggapi kebutuhan emosi anak) dan autonomy granting (tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua terhadap kebebasan anak mengambil keputusan sendiri) kepada anak-anaknya sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S27650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen. Kinerja dosen merupakan aspek yang penting dalam melaksanakan pendidikan; karena kualitas pendidikan akan banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas kependidikannya. Politeknik sebagai salah satu bentuk pendidikan tinggi mengemban tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga tingkat madya yang handal dan profesional. Perbaikan kinerja dosen dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada budaya organisasi dan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi sebagai salah satu indikator, merupakan dimensi yang penting untuk meningkatkan kinerja dosen. Penelitian ini dilakukan di Politeknik Universitas Indonesia yang pada awal tahun akademik 2001-2002 akan resmi berubah nama menjadi Politeknik Negeri Jakarta. Populasi dan sampel meiiputi seluruh dosen dari lima jurusan yang ada?(Abstrak tidak lengkap ter-scan)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhatin Ladia
"In the last few years, people?s attention on the performance of public sector arise. Nowadays, people are more open and brave to critize on public sector performance. At the same time the government also start to realize the importance of doing some innovations on public organization management, especially in the terms of achieving their better performance as the people`s wanted to.
The main objective is to study how are motivation and organizational culture could effect employee?s performance, separately or simultaniously. The study use the definition of motivation as stated by David Mclelland, while the definition of organizational culture as stated by Stephen P. Robbins definition, and the definition of performance as stated by Furtwengler. The research is explanative with quantitative approach, using processing technique of questionnaire with total sampling method. Descriptive analysis is carried out to characterized the respondent.
Finally, the effect of motivation and organizational culture to employee`s performance is measured employing multiple correlation. During May to June 2008, as many as 77 employee?s of The Directorate of Madrasah Education are selected as respondent, to know employee?s opinion. The result shows that in employee?s performance is effected by motivation and organizational culture. According to this result, in order to achieve their employee?s best performance, The Directorate of Madrasah Education needs to continuously improve the existing motivation and organizational culture factor.

Dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang perhatian masyarakat terhadap kinerja oganisasi sektor publik di Indonesia dirasakan semakin tinggi. Masyarakat semakin berani mengkritisi kinerja sektor publik. Pemerintah pun kini semakin menyadari pentingnya melakukan inovasi di tubuh birokrasi dalam pengelolaan organisasi publik khususnya untuk mencapai kinerja sektor publik yang lebih baik dan sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Dalam penelitian ini definisi motivasi yang digunakan adalah berdasarkan teori motivasi (kebutuhan) David Mclelland dengan tiga indikator, yaitu motivasi berprestasi, motivasi beraifiliasi, dan motivasi berkuasa. Kemudian definisi budaya organisasi yang digunakan adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Stephen P. Robbins. Sedangkan definisi kinerja yang dipakai adalah definisi kinerja menurut Furwengler. Penelitian ini bersifat eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan kuesioner dengan metode total sampling. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum dan karakteristik responden. Kemudian pengaruh motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai diukur dengan menggunakan multiple correlation. Selama bulan Mei sampai dengan Juni 2009, sebanyak 77 pegawai Direktorat Pendidikan Madrasah diambil sebagai sampel untuk mengetahui pendapat mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan budaya organisasi baik secara terpisah maupun secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Merujuk pada hasil penerlitian ini, Direktorat Pendidikan Madrasah perlu terus melakukan upaya peningkatan motivasi para pegawainya dan penanama budaya organisasi yang semakin kuat sehingga dapat mendorong tercapainya kinerja pegawai yang lebih baik dan optimal."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26403
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hercarmina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara disiplin kerja dan iklim sekolah, masing-masing sebagai variabel bebas, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dengan motivasi kerja guru sebagai variabel terikat. Lebih lanjut, penelitian ini juga untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas tersebut berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan, usia, golongan .kepangkatan, dan masa kerja, dapat meramalkan motivasi kerja guru. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengetahui berapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dari bulan Oktober hingga Desember 1998. Populasi penelitian ini adalah guru SMU unggulan dan pendamping unggulan negeri di DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional dengan sampel berjumlah 185 orang guru. Sampel tersebut diambil dengan tiga teknik yaitu proportional, stratified, random sampling. Tiga buah instrumen penelitian yang digunakan adalah 1) instrumen pengukur disiplin kerja yang mencakup dimensi ketaatan, kesadaran, dan tanggung jawab; 2) instrumen pengukur iklim sekolah yang mencakup dimensi kerja sama, keterbukaan, dan keakraban; dan 3) instrumen pengukur motivasi kerja yang mencakup dimensi kerja keras, kegairahan, dan kesabaran; ketiga instrumen ini berbentuk kuesioner dan menggunakan skala likert. Instrumen disiplin kerja memiliki 36 butir soal, instrumen iklim sekolah memiliki 22 butir soal, sedangkan instrumen motivasi kerja guru memiliki 23 butir soal. Ketiga instrumen tersebut telah memenuhi syarat sebagai alat pengukur, baik validitas maupun reliabilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi, sederhana dan ganda atau jamak, pada taraf signifikansi cc = q, 05. Seluruh analisis di dalam penelilian inimenggunakan perangkat program komputer SPSSIPC-+.
Penelitian menemukan terdapat hubungan positif antara disiplin kerja dan motivasi kerja guru. Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi disiplin kerja guru maka semakin tinggi pula motivasi kerja mereka. Di pihak lain, juga terdapat hubungan positif yang bermakna antara iklim sekolah dengan motivasi kerja guru. Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik atau kondusif iklim sekolah maka akan semakin tinggi pula motivasi kerja guru. Selain itu, juga ditemukan terdapat hubungan positif yang bermakna disiplin kerja dan iklim sekolah secara bersama-sama dengan motivasi kerja guru. Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi disiplin kerja guru dan semakin baik iklim sekolah maka semakin tinggi pula motivasi kerja guru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhien Citra Ganeshty
"Mahasiswa di perguruan tinggi menemui tantangan maupun kemunduran akademik sehari-hari yang harus mereka hadapi. Tantangan dan kesulitan akademik di perguruan tinggi berbeda dari jenjang pendidikan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan perspektif Self-Determination Theory dan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kontribusi dari motivasi external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan motivasi intrinsik dalam memprediksi academic buoyancy. Sampel penelitian adalah 463 mahasiswa S1 Universitas Indonesia perempuan = 75. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis statistik Regresi Berganda.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi yakni menggunakan The Academic Self-Regulation Scale Vansteenkiste, Sierens, Soenens, Luyckx, Lens, 2009, sedangkan untuk mengukur academic buoyancy digunakan alat ukur Academic Buoyancy Scale Martin Marsh, 2008. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi introjected regulation, maka semakin rendah academic buoyancy. Selain itu, semakin tinggi motivasi identified regulation dan motivasi intrinsik, maka semakin tinggi pula academic buoyancy. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri individu dapat memprediksi perilaku yang adaptif dalam menghadapi tantangan dan kemunduran akademik sehari-hari.

College students meet academic challenges and setbacks on a daily basis that they have to face. Those academic challenges and difficulties are different than the previous education levels. This research is using Self Determination Theory perspective and aimed to examine the contibution of motivation external regulation, introjected regulation, identified regulation, and intrinsic motivation to predict academic buoyancy. The sample of this study is 463 undergraduate college students in University of Indonesia female 75 The research method of this study is quantitative method, with statistical analyses of Multiple Regression.
The measurement of motivation was using The Academic Self Regulation Scale Vansteenkiste, Sierens, Soenens, Luyckx, Lens 2009, and the measurement of academic buoyancy was using Academic Buoyancy Scale Martin Marsh, 2008. The results indicate that the higher introjected regulation, the lower academic buoyancy. Furthermore, the higher identified regualtion and intrinsic motvation, the higher academic buoyancy. The implication of this study is that intrinsic motivation which derived from within oneself can predict adaptive behavior in the face of everyday academic challenges and setbacks.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarisa Syifa Az-zahra, authir
"Nilai rata-rata siswa Indonesia dalam pelajaran Matematika cenderung rendah. Mereka pun kerap mengalami kesulitan dan mudah bosan saat proses pembelajaran Matematika berlangsung, terutama para siswa SMA. Hal ini mencirikan bahwa mereka kurang terlibat dalam pelajaran Matematika. Adapun salah satu faktor yang berperan terhadap keterlibatan siswa adalah motivasi akademik, karena merupakan prasyarat dan elemen yang dibutuhkan dari keterlibatan itu sendiri. Karenanya, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran motivasi akademik terhadap keterlibatan siswa SMA dalam pelajaran Matematika. Variabel motivasi akademik dalam penelitian ini akan diukur menggunakan Academic Motivation Scale (AMS)-Short Indonesian Language Version (Natalya, 2018), dan keterlibatan siswa dalam Matematika akan menggunakan University Student Engagement Inventory (USEI) (Maroco et al., 2016). Pengambilan data penelitian dilakukan secara daring dengan menyebarkan kuesioner kepada partisipan penelitian, yakni siswa SMA di Jabodetabek yang menjalani sistem PTM. Data penelitian kemudian diolah menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi akademik mampu memprediksikan dan dapat menjelaskan 18.9% varians pada keterlibatan siswa dalam Matematika. Oleh karena itu, para guru dan sekolah di Indonesia dapat merancang metode pembelajaran yang mempertimbangkan motivasi akademik terhadap proses pembelajaran agar keterlibatan siswa mengalami peningkatan, terutama dalam pelajaran Matematika.

The average score of Indonesian students in Mathematics tends to be low. They also often experience difficulties and get bored easily during the Mathematics learning process, especially high school students. This characterizes that they are less engaged in Mathematics. One of the factors that contribute to student engagement is academic motivation, because it is a precursor and an element needed from the engagement. Therefore, this study aims to see the role of academic motivation on high school students’ engagement in Mathematics. The academic motivation variable in this study will be measured using the Academic Motivation Scale (AMS) - Short Indonesian Language Version (Natalya, 2018), and student engagement in Mathematics will using the University Student Engagement Inventory (USEI) (Maroco et al., 2016). Research data collection was carried out online by distributing questionnaires to research participants, which are high school students in Jabodetabek that use the PTM system. Then the research data was processed using a simple linear regression analysis technique. The result showed that academic motivation could predict and explain 18.9% of the variance in student engagement in Mathematics. Therefore, teachers and schools in Indonesia could design learning methods that consider academic motivation in the learning process to increase student engagement, especially in Mathematics"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jubaedi
"Berdasarkan data hasil survei dalam rangka uji coba instrumen EALAS dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengkaji aspek-aspek psikometris menggunakan pendekatan Teori Tes Mastic, Teori Response Item yang diwakili Rasch Model, dan Analisis Faktor; serta ada tidaknya hubungan structural antar variabel . Motivasi dan kebiasaan belajar siswa dijadikan sebagai variabel babas, sedangkan kemampuan matematika, Bahasa Indonesia, dan life skill menjadi variabel terikat.
Angket untuk mengukur motivasi belajar yang terdiri dari 6 item dan kebiasaan belajar siswa yang terdiri dari 9 item diberikan kepada 2966 siswa kelas 4 dan 6 ssekolah dasar di Kabupaten Serang. Empat item dari angket motivasi belajar dan 6 item dari kebiasaan belajar terpilih sebagai item-item yang baik untuk mengukur masing-masing hal yang akan diukurnya.
Untuk mengukur aspek kemampuan (ability) diberikan kepada 815 siswa kelas 6 masing-raasing 40 item soal matematika pilihan ganda 4 opsi jawaban, 60 soal life skill berbentuk pilihan ganda dan jawaban singkat, serta 40 soal Bahasa Indonesia berbentuk pilihan ganda dan juga jawaban singkat. Jumlah item yang sama juga diberikan kepada siswa kelas 4, kecuali soal matematika yang terdiri dari 30 item. Dari analisis yang dilakukan dengan criteria harga ptbis> 0,200, infit statistic 0,75 - 1,30, dan factor loading untuk validitas konstruk yang signifikans diperoleh item-item yang dikategorikan baik,
(1) Untuk paket soal kelas 6, 24 item (60%) soal matematika, 17 item (42,5%) soal Bahasa Indonesia, dan 33 item (55%) soal life skill;
(2) Untuk paket soal kelas 4, 16 item (53,3%) soal matematika, 21 item (52,5%) soal Bahasa Indonesia, dan 37 item (61,7%) soal life skill.
Item-item soal terpilih ini digunakan untuk mengestimasi kemampuan masing-masing siswa pada matematika, Bahasa Indonesia, dan life skill. Hubungan antara variabel motivasi dan kebiasaan bealajar dan kemampuan matematika, Bahasa Indonesia, dan life skill dianalisis menggunakan pendekatan confirmatory factor Analysis. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada taraf kepercayaan 5% diperoleh hasil-hasil: (1) Hubungan antara variabel-variabel tersebut ditentukan oleh kategori kelas siswa; (2) Pada siswa kelas 4, model hubungan antar variabel pada tingkat observed fit dengan data yang ditunjukkan dengan harga-harga goodness of fit statistics chi-square 3,91 (df = 3), p = 0,27, CFI = 1,00, dan RMSEA 0,021. dari harga t-statistics yang didapat terbukti pula bahwa ada hubungan kausal yang signifikan antara motivasi dan kebiasaan belajar dengan kemampuan matematika dan Bahasa Indonesia;(3) Pada siswa kelas 6, model hubungan antar variabel pada tingkat laten juga fit dengan data dengan harga chi-square 19,27 (df = 10), p = 0,1 1, CFI = 1,00, dan RMSEA=0,024. Dengan demikian, motivasi dan kebiasaan belajar merupakan predictor yang baik bagi variabel kemampuan matematika, Bahasa Indonesia, dan life skill."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>