Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177384 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astika Kurniawati
"Paint, salah satu jenis organic coating, merupakan zat yang dapat digunakan untuk melindungi baja dari lingkungannya sehingga dapat mencegah proses korosi. Perkembangan teknologi membuat paint dapat diaplikasikan di lingkungan air laut, seperti glass flake epoxy coating yang mengandung pigmen micro glass flake. Namun keberhasilan proteksi dari paint sangat ditentukan oleh preparasi permukaan yang baik. Sehingga diperlukan sistem pelapisan dan preparasi permukaan yang baik.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ketahanan korosi, kekuatan adesi, dan ketahanan termal dari glass flake epoxy coating pada substrat baja karbon. Preparasi permukaan dilakukan dengan pengamplasan dengan variasi grit amplas 100, 150, dan 180. Rasio pencampuran volum antara base dan activator yang digunakan ialah sebesar 2,5:1, 3,5:1, dan 4,5:1.
Ketahanan korosi dari lapisan diketahui melalui pengujian sembur garam selama 96 jam. Sedangkan kekuatan adesi lapisan dengan substrat diketahui melalui pulloff adhesion test (dengan kekuatan tarik maksimal alat sebesar 3,5 N/mm²). Untuk mengetahui ketahanan termal lapisan dilakukan pemanasan pada temperatur 150°C selama 15 menit. Pengamatan metalografi juga dilakukan untuk mengetahui struktur dari lapisan film dan juga lapisan interface antara lapisan film dan substrat baja.
Dari pengujian sembur garam didapat nilai peringkat lebar goresan pada semua sampel uji menurun dari 10 menjadi 9 dengan meningkatnya waktu pemaparan. Sedangkan dari pengujian adesi didapat hasil bahwa kekuatan adesi dari lapisan ialah lebih besar dari 3,5 N/mm² karena tidak ada lapisan film yang terangkat dari substrat baja hingga kekuatan tarik maksimal 3,5 N/mm². Secara visual, lapisan film tidak mengalami kerusakan setelah proses pemanasan.

Paint, one type of organic coatings, is a substance can be used to protect steel from its environment so that corrosion can be prevented. Technology development makes paint can be used in marine environment, like glass flake epoxy coating containing micro glass flake pigment. However, good surface preparation has strong effect in producing successful paint protection. So, there must be a good painting system and a good surface preparation to create a good protection.
This research was conducted to evaluate corrosion resistance, adhesion strength, and thermal resistance of glass flake epoxy coating in steel substrate. Surface preparation was performed by grinding using grinding grit of 100, 150, and 180. Mix ratios of volume between base and activator used were 2,5:1, 3,5:1, and 4,5:1.
The corrosion resistance was known by salt spray test with 96 hours of exposure. The adhesion strength was acquired from pull-off adhesion test (with 3,5 N/mm² maximum tensile strength). The coating was heated in 150°C temperature for 15 minutes to get thermal resistance value of the coating. Metallographic examination was also performed to observe the structure of the coating film and interface layer between the coating film and the substrate.
From the salt spray test, the value of rating number decreased from 10 to 9 with increasing exposure time. The adhesion strength of the coatings was higher than 3,5 N/mm², because there were no failure of all film until 3,5 N/mm² maximal tensile load were applied to the coating. From visual examination, there were no film degradation after heating."
2008
S41721
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Taruna Mukti
"Baja ASTM A36 merupakan mild carbon steel yang banyak digunakan pada sektor infrastruktur, namun demikian baja karbon memiliki ketahanan korosi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis baja lainnya, yang menyebabkan material ini rentan terhadap korosi dalam lingkungan atmosferik. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan ketahanan korosinya, baja ASTM A36 dapat dilapisi dengan glass flake epoxy. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan metode surface cleaning terhadap kekuatan adhesi glass flake epoxy yang diaplikasikan pada substrat baja tersebut dan ketahanan korosi yang dihasilkannya. Dalam penelitian ini diterapkan 5 (lima) jenis metode surface cleaning yaitu: (i) solvent cleaning, (ii) hand tool cleaning, (iii) power tool cleaning, (iv) power tool to bare metal cleaning, serta (v) abrasive blast cleaning. Selanjutnya, dilakukan proses pengukuran kekasaran permukaan dari masing-masing sampel baja ASTM A36 menggunakan metode field test, sebelum diaplikasikan cat dilakukan pengecekan kondisi lingkungan terlebih dahulu (dry and wet temperature, steel temperature, dew point temperature, serta relative humidity), kemudian glass-flake epoxy diaplikasikan pada permukaan substrat baja menggunakan roller paint brush. Setelah itu, dilakukan pengukuran wet dan dry film thickness. Metode analisis data dilakukan per lima sampel dari masing-masing pengujian yang dilakukan yakni pengujian salt spray, pengujian electrochemical impedance spectroscopy, serta dua pengujian adhesi yaitu pull off adhesion dan tape test test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan organic coating dipengaruhi oleh perbedaan metode surface cleaning yang diterapkan. Abrasive blast cleaning memiliki ketahanan korosi yang paling baik dengan rata-rata pelebaran (creepage) korosi paling rendah yakni 0.49 mm yang termasuk ke dalam rating number 9, dan kekuatan adhesi rata-rata tertinggi yaitu 3.16 MPa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ketahanan korosi dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, sementara kekuatan adhesi dipengaruhi oleh tingkat kekasaran.

ASTM A36 steel is a mild carbon steel that is widely used in the infrastructure sector; however, carbon steel has a lower corrosion resistance compared to other types of steel, which makes this material susceptible to corrosion in atmospheric environments. Therefore, to improve its corrosion resistance, ASTM A36 steel can be coated with glass flake epoxy. This research aims to study the effect of different surface cleaning methods on the adhesion strength of glass flake epoxy applied to the steel substrate and the resulting corrosion resistance. In this research, five types of surface cleaning methods were applied, namely: (i) solvent cleaning; (ii) hand tool cleaning; (iii) power tool cleaning; (iv) power tool to bare metal cleaning; and (v) abrasive blast cleaning. Subsequently, the surface roughness measurement process for each ASTM A36 steel sample was carried out using the field test method. Prior to applying the paint, environmental conditions were checked first (dry and wet temperature, steel temperature, dew point temperature, and relative humidity), and then glass-flake epoxy was applied to the surface of the steel substrate using a roller paint brush. Afterward, wet and dry film thickness measurements were taken. The data analysis method was carried out on five samples from each test carried out, namely salt spray testing, electrochemical impedance spectroscopy testing, and two adhesion tests, namely pull-off adhesion and tape test tests. The results show that the organic coating ability is influenced by the different surface cleaning methods applied. Abrasive blast cleaning has the finest corrosion resistance with the lowest average corrosion creepage of 0.49 mm, which is included in rating number 9. In addition, the resulting average adhesion strength is also high at 3.16 MPa. It can be concluded that corrosion resistance is influenced by the degree of cleanliness, while adhesion strength is influenced by the degree of roughness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqu Qolbi
"Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan teknik pelapisan permukaan oleh industri manufaktur telah mengalami peningkatan secara signifikan, terutama pada industri manufaktur katup (valve). Salah satu teknik pelapisan permukaan yang dipakai adalah pengerasan permukaan (hardfacing). Proses pengerjaan logam ini menggunakan bahan yang lebih keras untuk diterapkan pada permukaan logam dasar agar terjadi peningkatan ketahanan terhadap abrasi, korosi, dan benturan maupun jenis keausan lainnya, terutama yang berkaitan dengan pencegahan bagian-bagian mesin terhadap kekuatan destruktif pada kilang dan pabrik kimia, tenaga uap dan pembangkit nuklir. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan aus permukaan baja A216 WCB menggunakan pelapis berbahan Stellite 6. Pada penelitian ini parameter pelapisan permukaan menggunakan pelapis material Stellite 6 and penambahan pelapis antara (stainless steel ER309) sebelum pelapisan dengan stellite 6. Proses pelapisan permukaan baja karbon A216 WCB dilakukan dengan 2 layer kawat las stellite yang menggunakan proses pengelasan Tungsten Inert Gas (TI atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Sifat mekanis dan struktur mikro dilakukan pada produk pelapisan tersebut yaitu uji kekerasan, uji ketahanan aus dan pengamatan struktur mikro lapisan permukaan menggunakan mikroskop optic dan Scanning Electron Microscop (SEM) serta analisis presipitat serta fasa yang terbentuk diamati dan dievalusi menggunakan EDS. Hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu struktur mikro hasil pengelasan pada bagian logam las stellite 6 menghasilkan struktur yang lebih mengarah ke kolumnar. Nilai kekerasan tertinggi dihasilkan oleh stellite double layer, yaitu sebesar 443 HV, nilai uji aus tertinggi juga didapatkan pada benda uji stellite  double layer, yaitu sebesar 0.281 x 10-6 mm3/mm. buttering 309 dipilih untuk menurunkan nilai kekerasan sehingga tidak rawan terjadinya retak pada benda uji.

Over the past few years, the use of surface coating techniques by the manufacturing industry has increased significantly, especially in the valve manufacturing industry. One of the surface coating techniques used is surface hardening (hardfacing). This metalworking process uses harder materials to be applied to the surface of the base metal to increase resistance to abrasion, corrosion, and other types of wear and tear, especially those related to preventing machine parts from destructive forces at refineries and chemical plants, power steam and nuclear power plants. This study aims to improve the wear resistance of A216 WCB steel surfaces using Stellite 6 coating. In this study the surface coating parameters use Stellite 6 material coatings and the addition of intermediate coatings (stainless steel ER309) before coating with stellite 6. The process of coating A216 carbon steel surfaces performed with 2 layers of stellite welding wires using the Tungsten Inert Gas (TI) welding process Mechanical properties and microstructure are carried out on these coating products namely hardness test, wear resistance test and observation of microstructure of surface layers using a microscope optics and Scanning Electron Microscop (SEM) as well as precipitate analysis and formed phases are observed and evaluated using EDS The results obtained from the study are the microstructure of welding results on the stellite 6 weld metal section produces a structure that is more directed to the columnar.The highest hardness value in ih produced by double layer stellite, which is equal to 443 HV, the highest wear test value is also obtained on the double layer stellite test object, which is equal to 0.281 x 10-6 mm3/mm. 309 buttering was chosen to reduce the value of hardness so that it is not prone to cracking in the test specimens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Bayu Widyoseno
"Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kekerasan baja karbon rendah SS400 terhadap kecepatan dan atenuasi gelombang ultrasonik. Kekerasan berhubungan dengan dua faktor yaitu kehadiran fasa tertentu dan ukuran dari butir. Sebuah sampel tipis disiapkan dari baja karbon rendah SS400/AISI 1010. Perlakuan panas diberikan untuk menghasilkan variasi ukuran butir dan fasa dengan variasi pada temperatur austenisasi 800°C, 900°C, 1000°C ,1100°C dan variasi media quenching yaitu air dan brine water. Mikrostruktur yang dihasilkan dipreparasi dengan metalografi kemudian dilakukan metalografi kuantitatif untuk menghitung ukuran butir dan fraksi volume fasanya dengan bantuan software image tool. Hasil perlakuan panas juga diuji dengan pengukuran kekerasan brinell. Hasil pengujian ini dihubungkan dengan kecepatan dan atenuasi gelombang ultrasonik yang menggunakan frekuensi 2,25 MHz dan 5 MHz dengan metode Pulse Echo Method. Hasil penelitian ini mendapatkan variasi fasa yang sedikit namun bervariasi pada ukuran butir, kekerasan pada fasa baja yang hampir sama namun berbeda ukuran butir akan menunjukkan kekerasan yang paling besar terdapat pada butir terkecil dan memiliki kecepatan gelombang ultrasonik yang tercepat dan atenuasi yang terkecil. Sehingga didapatkan hubungan berbanding lurus antara kekerasan dan kecepatan gelombang ultrasonik dan hubungan berbanding terbalik antara kekerasan dan atenuasi pada baja karbon rendah SS400/AISI 1010.

This study is performed in order to find correlation between hardness of low carbon stell SS400 with ultrasonic wave velocity and atenuation. Hardness correlate with two factors, the presents of phase and grain size. A thin sample were prepared from low carbon steel SS400/AISI 1010. Heat Treatment was applied to produce variations in phases and grain size with variations at austenizing temperature at 800°C, 900°C, 1000°C, 1100°C and quenching media with water and brine water. Microstructure were characterized with metallography preparations then quantitative metallography were done to calculate grain size and phases volume fraction with assist by image tool software. Results of treatment also obtained with brinell hardness measurement. Result of metallography and hardness testing were correlated with ultrasonic wave velocity in frequency 2,25 MHz and 5 MHz with Pulse Echo Method. As a result, less variations of phase was produce but have variations in grain size. The hardness of almost resemble phases that have variations in grain size shown the smallest grain have the biggest hardness and the fastest propagate ultrasonic wave velocity also the smallest attenuation value. The conclusion is when comparing the hardness values of SS400/AISI 1010 with ultrasonic wave velocities, a proportionate relation is observed and when comparing with attenuation, an inverse relation is observed."
2008
S41728
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Suharno
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Afi Ganafi
"Dalam aplikasinya tabung gas LPG harus mempunyai sifat mekanis tertentu seperti kekerasan, ketangguhan, dan sifat ketahanan korosi. Sifat mekanis kekerasan diperlukan karena tabung baja LPG ini sering menerima gesekan dari tabung baja lain atau benda lain yang lebih keras. Oleh karena itu diperlukan peningkatan sifat kekerasan dari tabung baja ini. Salah satu jenis proses peningkatan kekerasan adalah proses pengerasan (hardening). Proses ini dilakukan dengan memanaskan sampel tabung baja ke temperatur austenisasi dan kemudian dicelup dalam media celup tertentu.
Temperatur austenisasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 900ºC, 925ºC, dan 950ºC serta media celup yang digunakan adalah minyak dengan volume media celup diatur dengan perbandingan berat sampel, yaitu 3 ml, 5 ml, 10 ml dan 15 ml banding 1 gram sampel. Dari hasil penelitian didapat bahwa kekerasan relatif meningkat setelah proses pengerasan dan dengan meningkatnya temperatur austenisasi, akan menurunkan nilai kekerasan yang dihasilkan, serta meningkatnya volume media celup akan meningkatkan nilai kekerasan yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Riastuti
"ABSTRAK
Proses lapis listrik paduan merupakan salah satu pengembangan dari sistem lapis listrik yang sudah ada.
Prinsip dari lapis listrik paduan yaitu mengendapkan ion-ion atau unsur logam dari larutan elektrolitnya secara bersamaan di katoda.
Pada proses lapis listrik paduan Sn-Ni, kenaikan rapat arus pelapisan (0.10 ; 0.37 ; 0.64 A/dmz) pada dua konsentrasi SnC12.2H20 (35 dan 45 gpl} dalam larutan elektrolit menghasilkan penampakkan visual yang sama baik (mengkilap), tetapi masih terdapat goresan untuk rapat arus 0.10 A/dmz dan terbentuk sumuran pada kondisi 0,64 A/dmz untuk konsentrasi 45 gpl SnClz.2H2U.
Meningkatnya rapat arus pelapisan menjadikan persentase kandungan ion Sn menurun, sedangkan dengan meningkatnya konsentrasi SnCI2.2H20 dalam elektrolit menjadikan persentase kandungan Sn dalam lapisan meningkat. Kekerasan mikro lapisan meningkat seiring dengan meningkatnya rapat arus pelapisan dan konsentrasi Sn 02.2H2U."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Oktadinata
"Proses pembentukan logam dikenal luas di bidang manufaktur. Salah satu produk pembentukan adalah welded eye bolt yang dibentuk pada temperatur tinggi. Beberapa masalah ditemui pada welded eye bolt dimana terjadi kegagalan berupa retak maupun ukuran penampang yang tidak merata sepanjang daerah pembentukan panas. Pada penelitian ini diuji keuletan temperatur tinggi baja karbon batangan ASTM A36 sebagai bahan dasar welded eye bolt, agar diperoleh hubungan antara temperatur terhadap mampu bentuk material sebagai bahan masukan dalam proses pembentukan panas berikutnya.
Metode penelitian meliputi karakterisasi material melalui analisis kimia dan pengujian tarik pada temperatur ruang dan temperature tinggi (T600, T700, T800). Kemudian dilakukan pembentukan welded eye bolt berdiameter 16, 20, 24 mm pada T600, T700, T800. Sampel proses pembentukan kemudian diuji kekerasan dan dilakukan pengamatan struktur mikro dengan menggunakan SEM.
Hasil pengujian tarik bahan dasar welded eye bolt pada temperatur ruang, T600, T700, T800 memperlihatkan bahwa kekuatan tarik dan luluh turun dengan naiknya temperatur. Pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa ukuran butir pada T600 dan T700 relatif sama, namun pada T800 ukuran butir lebih besar. Pengamatan struktur mikro juga menunjukkan terdapatnya inklusi. Hasil optimal pembentukan menunjukkan bahwa T600 dan T700 lebih baik dibandingkan pada T800.. Sedangkan keuletan T700 lebih baik daripada T600. Jadi pembentukan komponen welded eye bolt pada T700 lebih direkomendasikan.

Metal forming is applied widely in the field of manufacturing. One forming component is the welded eye bolt which is formed at a high temperature. Some problems have been found during forming which include cracks and the cross section not being uniform along the forming area. This research investigated the high temperature ducility of round bar carbon steel ASTM A36, which will be formed into welded eye bolts, so that we can establish the relationship between the forming temperature and formability of the material as an input in next hot forming process.
The method of this research consist of characterizing the material by chemical analysis and conducting the tensile test at room temperature and high temperatures (T600, T700, T800). The forming process was then continued for the welded eye bolt components which have 16, 20, and 24 mm diameter at T600, T700, T800. Samples of the forming process were hardness tested and microstructure was observed by using SEM.
The tensile testing results of the welded eye bolt material at room temperature and T600, T700, T800 showed that the tensile strength and yield strength decreased at higher temperatures. Microstructure analysis showed that the grain size at T600 and T700 are similar, but the grain size at T800 is bigger. Inclusions were also observed. Optimum result show forming at T600 and T700 are better than T800, and ductility of T700 is better than T600. From these results T700 is recommended for the forming process of welded eye bolt components.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41139
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subowo
"ABSTRAK
Dalam industri perakitan bodi kendaraan (otomotif), Las Tahanan Titik (Resistance Spot Welding) banyak dipakai untuk penyambungan komponen bodi, Yaitu dengan cara pemanasan disertai penekanan. Demikian pula yang difakukan di PT. Toyota Astra Motor, dimana pengambilan spesimen dan pengelasan dari penelilian ini dilakukan.
Kahan komponen yang banyak dipakai pada bodi kendaraan Kijang adalah plat baja karbon rendah SPCD (Cold Rolled Steel Sheet) dengan ketebalan 0,8mm, sedang peralatan las yang dipakai adalah model Portebel Type YR-500 SAZ-1 DY 9. Spesimen di las dengan parameter pengelasan dibuat samal konstan seperti yang dilakukan dalam perakitan bodi kijang. Pengelasan dilakukan pada satu titk dan dua titik, untuk yang dua titik jarak antar titik las dibuat variasi (it-12 - f3).
Pengaruh sikius termal akibat laku panas dari proses las, secara metalurgi daerah hasii sambungan las mengalami perubahan, makin dekat dengan Manik Las/ Nugget, butiran semakin besar, begitu pula dengan Kekerasannya semakin tinggi.
Pengaruh jarak antar nugget terhadap uji tank, terjadi peningkatan seiring dengan semakin lebarjarak antar nugget.
Terhadap uji fatik terjadi peningkatan siklus seiring dengan penurunan tegangan (0.7 ou, , = 0.3 c I? h) dan terjadi batas limit pada pembebanan 0.3 a, .,10,
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>