Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Febriantara
"Sifat laju pemanasan mandiri pada batubara merupakan suatu hal yang sangat rumit karena banyaknya faktor yang berperan, baik ekstrinsik maupun intrinsik. Berbagai metode untuk memprediksi sifat pembakaran spontan batubara telah banyak dilakukan, mulai dari teori klasik Frank Kamenetsky hingga metode secara adiabatik. Pada dasarnya, tujuan pengujian dari setiap metode tersebut adalah mencari nilai parameter kinetik oksidasi yang mampu menunjukkan karakteristik sifat pembakaran spontan batubara. Saat ini, metode pengujian yang paling banyak dan luas digunakan adalah metode crossing point dan adiabatik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode crossing point untuk 4 jenis batubara berbeda. Pengujian menggunakan wadah dari kasa stainless steel berukuran 5 cm x 5 x 5 cm. Setiap sampel batubara yang diuji dipanaskan pada temperatur oven yang konstan sampai temperatur di bagian tengah sample menjadi lebih tinggi dari temperatur lokal sampel dan temperatur oven. Nilai energi aktivasi (Ea) dan QA bisa diperoleh dengan memplot In dT/dt terhadap 1000/T dari lima titik dengan variasi temperatur oven ambien. Pengujian dengan metode adiabatik untuk tiga sampel batubara dilakukan sebagai perbandingan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai Ea untuk kedua metode tidak jauh berbeda.

The characteristics of self heating rate on coal are very complicated because of many affecting factors both of extrinsic and intrinsic factors. Any methods to assess spontaneous combustion behaviors had been done, starting at classical theory of Frank Kamenetsky to adiabatic method. Basically, the aim of these methods is obtain values of kinetic oxidation parameter that show the spontaneous combustion behaviors of coal. Nowadays, crossing point and adiabatic method are widely used by many workers.
This research is done by using crossing point method for four different coals. The experiment uses a cubical steel sample basket with 5-cm sides and an open top. Each sample is heated at constant temperature and this method relies on finding the center temperature is higher than local and oven temperature. The values of activation energy (Ea) and QA can be obtain by plotting In dT/dt versus 1000/T for five points with different ambient temperature. The experiment with adiabatic method is done for each sample of coal as comparison. The result shows that activation energy for both methods are close.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muksin Saleh
"In this study, modeling of the crossing point temperature (CPT) phenomenon in the low-temperature oxidation of coal was carried out using COMSOL Multiphysics®. Low-temperature oxidation can lead to spontaneous combustion of coal stockpiles. The CPT phenomenon was modeled with the kinetics data obtained from a prior laboratory experimental study. The coupling of the heat-transfer phenomenon through conduction and convection determined the thermal evolution model. In this case, coal received the initial heat of the oven temperature increases. As the coal temperature rose, the heat generated from oxidation was released into the environment via conduction and convection. Meanwhile, oxidation products and oxygen were transferred by convection and diffusion. The effects of moisture and the humidity were not considered. The outcomes of modeling were validated through comparison with the results of experimental tests, and the modeling result agreed well with the experiment tests, with temperature deviations of about 0.9%. The effects of airflow rate, oxygen concentration, porosity, and the initial temperature on low-temperature coal oxidation were also examined."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muksin Saleh
"In this study, modeling of the crossing point temperature (CPT) phenomenon in the low-temperature oxidation of coal was carried out using COMSOL Multiphysics®. Low-temperature oxidation can lead to spontaneous combustion of coal stockpiles. The CPT phenomenon was modeled with the kinetics data obtained from a prior laboratory experimental study. The coupling of the heat-transfer phenomenon through conduction and convection determined the thermal evolution model. In this case, coal received the initial heat of the oven temperature increases. As the coal temperature rose, the heat generated from oxidation was released into the environment via conduction and convection. Meanwhile, oxidation products and oxygen were transferred by convection and diffusion. The effects of moisture and the humidity were not considered. The outcomes of modeling were validated through comparison with the results of experimental tests, and the modeling result agreed well with the experiment tests, with temperature deviations of about 0.9%. The effects of airflow rate, oxygen concentration, porosity, and the initial temperature on low-temperature coal oxidation were also examined."
2017
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya fenomena Spontaneous Combustion pada batubara merupakan satu hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam setiap pemanfaatan batubara. Untuk maksud itu maka akan dilakukan studi pembakaran spontan pada dua
sampel batubara. Pernbakaran spontan yang terjadi pada batubara merupakan sebuah fenomena yang melibatkan banyak aspek (antara lain sifat internal maupun eksternal dari tirnbunan batubara Pada studi ini akan diteliti pengaruh dari kandungan air, dan dimensi wadah uji terhadap pernbakaran spontan batubara. Metode yang digunakan adalah metode titik potong (crossing point). Berdasarkan metode titik potong, data kinetik batubara yang beroksidasi pada suhu rendah (nilai energi aktivasi dan faktor eksponensial QA) dapat dientukan dengan mengukur laju perubahan suhu pada litik patong Titik potong yang dimaksud adalah suatu kondisi yang ditunjukkan oleh terbentuknya profit suhu datar pada daerab disekitar pusat dari wadab uji. Untuk dapat melakukan serangkaian pengujian maka diperlukan sistern uji yang rnemenuhi kebutuhan metode titik potong Sistern pengujian yang digunakan adalah oven, wadah uji, dan data log;ger yang dikoneksikan dengun komputer untuk mencatat data yang terukur. Dari hasil pmgujian ini akan dihitung parameta- kinetik oksidasi yang dapat memberikan acuan reaktivitas dan
kerentanan batubara terhadap pembakaran spontan. Nilai parameter oksidasi batubara itu kemudian diolah untuk membatu memberikan penilaian apakah sebuah sampel memiliki kecenderungan lebih tinggi dari sampel lainnya dalam pembakaran spontan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk pengujian dengan sampel sejenis dan wadah uji lebih besar maka suhu kritis untuk dapat dimulainya proses pembakaran spontan menjadi lebih rendah"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Rustyady Rustam
"Pembakaran spontan yang terjadi pada batubara merupakan suatu fenomena yang penting untuk dikaji lebih lanjut, mengingat batubara banyak digunakan dalam industri. Pembakaran spontan batubara merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi banyak faktor penyebab, baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik, sehingga penelitian untuk mengetahui pengaruh dari tiap faktor tersebut terhadap pembakaran spontan batubara perlu dilakukan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui salah satu faktor ekstrinsik dalam terjadinya pembakaran spontan batubara, yaitu kelembaban udara di sekitar batubara. Pengaruh kelembaban udara terhadap nilai laju pemanasan mandiri (R70) dan energi akivasi (Ea) dari pembakaran spontan batubara sub-bituminous merupakan salah satu fokus penelitian ini. Metode pengujian yang akan digunakan yaitu metode oksidasi adiabatik. Pengujian dilakukan dengan temperatur awal 40°C, sehingga terbentuk kondisi yang mendekati kondisi nyata, seperti yang terjadi di lapangan.

Spontaneous combustion of coals is an important phenomenon to be further studied, considering coals are often used in the industries. Spontaneous combustion is a complex process and has many affecting factors, intrinsic also extrinsic factors; as a result, experiments to know the influence of these factors on spontaneous combustion need to be done.
This experiment is done to know one of the extrinsic factors in spontaneous combustion of coals, which is the humidity surrounding the coals. The effect of humidity on self-heating rate (R70) and activation energy (Ea) of sub-bituminous coals spontaneous combustion is one of the focuses in this experiment. Adiabatic oxidation method will be used in this experiment. The initial temperature is set to 40°C, so that the condition is close to real conditions, exactly like the conditions happened on the field.
"
2008
S37328
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Afrianto
"Mekanisme yang terjadi pada peristiwa terbakar sendiri dari batubara adalah pemanasan lambat dan oksidasi yang dipicu dengan absorpsi oksigen pada temperatur rendah. Pada kondisi tertentu, dimana panas yang terjadi akibat oksidasi batubara ataupun reaksi isotermik lainnya ditiadakan. Akibat dari tidak adanya pertukaran kalor batubara dengan lingkungannya (kondisi adiabatik), temperatur batubara meningkat dan pembakaran spontan dapat terjadi.
Penelitian sifat terbakar sendirinya dengan menggunakan metode oksidasi adiabatik sebenarnya telah dilakukan. Akan tetapi metode yang telah digunakan ini menyebabkan terjadinya oksidasi yang tidak diinginkan pada saat awal pemanasan.
Adanya udara yang mengandung oksigen saat itu menyebabkan sampel batubara beroksidasi sehingga meningkatkan temperaturnya. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan sampel batubara dan mempengaruhi karakteristik batubara itu sendiri.
Agar batubara tidak beroksidasi pada saat pemanasan awal maka dialirkan nitrogen sebagai gas inert. Proses pemanasan sendiri dilakukan sampai temperatur batubara sama dengan temperatur oven (40°C, 50°C, 60°C). Setelah temperatur batubara dan oven sama, gas inert (Nitrogen) diganti dengan udara. Pada saat itu batubara akan beroksidasi dan temperaturnya meningkat. Untuk mencapai kondisi adiabatik maka temperatur oven diatur agar mengikuti temperatur sampel.
Dengan menggunakan gas inert maka didapatkan metode oksidasi yang lebih baik. Metode ini dapat merefleksikan keadaan di alam dengan menggunakan temperatur rendah dan mengeliminir terjadinya perpindahan panas dari sampel ke lingkungan atau sebaliknya. Dari pengujian ini didapatkan grafik profil kenaikan temperatur terhadap waktu. Selain itu didapat nilai Initial Rate Heating (IRH) dan Total Temperatur Rise (TTR) yang merupakan faktor penting dalam penentuan klasifikasi resiko terbakar dengan sendirinya.

Mechanism of spontaneous heating of coal is dependent on the acumulation of heat generated from its oxidation reaction at low temperatur. The Heat is also absorbed by the thermal capacity of the coal as it rises in temperatur. If the heat generated from the process is greater than that lost from it, spontaneous combustion is likely to occur.
Adiabatic oxidation study on the propensity of pulverised coals to spontaneous combustion has been done. This method caused the sample contact with oxygen of air at temperatur ambient untill the coal reach initial temperatur. The coal slowly oxidises and its rises in temperatur. It can cause deterioration of the sample and thereby adversely affect the adiabatic oxidation test result.
To prevent partial oxidation of the sample, nitrogen gas flow was allowed to pass through the sample for at least 12-15 h to satabilise the test at a predetermined initial temperatur. All samples were tested at an initial temperatur 40°C, 50°C, 60°C.
Once the system had attained the desired test condition, the nitrogen flow was cut off and airflow was allowed to pass through the coal sample. At the time, the coal will oxidises and its rises the temperatur. Approach adiabtic condition can be made by keeping heat transfer fixed while varying oven temperatur equals to sample temperatur. The application of an adabatic oxidation method is considered more realistic since it would describe coal behavior in the field. From experiments we get the grafic, temperatur rise versus time, Initial Rate Heating (IRH) and Total Temperatur Rise (TTR).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farid Abdillah
"Salah satu gangguan keamanan jaringan yang ada pada teknologi Wifi adalah adanya perangkat Rogue Access Point (RAP), yang merupakan Access Point yang tidak dilegitimasi oleh administrator jaringan. Deteksi terhadap keberadaan RAP sudah banyak dikembangkan dengan berbagai metoda. Salah satunya adalah deteksi RAP menggunakan aplikasi berbasis web yang tidak memerlukan asistensi dari administrator jaringan. Sistem ini menggunakan waktu Round Trip Time dari DNS lookup dan DHCP request sebagai parameter untuk mendeteksi keberadaan RAP.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada RAP diperoleh RTT DNS lebih lama dibandingkan RTT DHCP sebagai konsekuensi adanya hop tambahan. Tingkat akurasi sistem dipengaruhi oleh trafik pada RAP dan beban pada legitimate AP, semakin tinggi trafik pada RAP dan beban pada AP semakin berkurang keakuratan sistem. Implementasi sistem berhasil dilakukan dengan tingkat akurasi pendeteksian sistem mencapai 98,2% pada kondisi trafik idle, kemudian menurun menjadi sekitar 88,9% pada kondisi trafik medium dan turun lagi menjadi sekitar 70,3% pada kondisi trafik tinggi.

Rogue Access Point (RAP) is one of the vulnerabilities in Wifi technology, which is an Access Point that is not legitimated by the network administrator. The detection of RAP has been developed widely with various methods. A Method that has been developed in this study is the RAP detection using web based aplication which does not require network administrator assistant. This system uses Round Trip Time of DNS lookup and DHCP request as parameters that will be used for detecting the existence of RAP.
The test shows that on RAP the DNS RTT will be longer than the DHCP RTT as the consequensies of the addition of hop. The system's accuracy is influenced by the WiFi traffic and load on legitimate AP, the bigger the traffic and the load make the system's accuracy more decreased. The system accuration level is 98,2% on idle traffic, decrease to 88,9% when the traffic is medium and become 70,3% on high traffic condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29551
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rachmat
"ABSTRAK
Tujuan dari makalah ini adalah untuk merancang optimalisasi sinyal untuk lampu persimpangan yang dapat bekerja secara otomatis dengan kontrol berbasis logika fuzzy. Sehubungan dengan pengaturan waktu saat ini dari sinyal untuk lampu lalu lintas persimpangan yang masih menggunakan sistem konvensional, yaitu waktu lampu sinyal persimpangan masih statis atau waktu tetap, maka perlu memiliki sistem kontrol otomatis yang dapat digunakan untuk mengontrol mereka. Sistem logika fuzzy bisa lebih efisien dalam mengoptimalkan pengaturan sinyal untuk lampu penyeberangan, dengan menghitung panjang antrian kendaraan dan kepadatan jumlah pelintas yang akan melewati perlintasan. Dengan menggunakan aturan dasar sistem logika fuzzy ini, ia dapat memperpanjang atau menghentikan sinyal sinyal persimpangan sesuai dengan situasi lalu lintas dan secara otomatis. Metode konvensional menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI) 1997 yang diadopsi dari Manual Kapasitas Jalan Raya (HCM) versi Amerika.

ABSTRACT
The purpose of this paper is to design optimization of the signal for crossing lights that can work automatically with fuzzy logic-based controls. In connection with the current time setting of the signal for crossing traffic lights that still use conventional systems, namely the time of the crossing signal lights are still static or fixed time, it is necessary to have an automatic control system that can be used to control them. Fuzzy logic systems can be more efficient in optimizing the signal settings for crossing lights, by calculating the length of the vehicle queue and the density of the number of crossers that will pass the crossings. By using the basic rules of this fuzzy logic system, it can extend or terminate crossing signal signals according to the traffic situation and automatically. The conventional method uses the 1997 Indonesian Road Capacity Manual (MKJI) which was adopted from the American version of the Highway Capacity Manual (HCM)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>