Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nari Aditian
"Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998). Penelitian di Indonesia didapatkan 41,4 % - 66,7% remaja putri menderita anemia (WHO, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi anemia dengan kejadian anemia. Dalam penelitian ini, status anemia pada remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu merupakan data sekunder dari hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana (2008). Rancangan studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi dari penelitian ini menggunakan remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Metode sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Besar sampel sebanyak 132 orang dengan umur antara 12-16 tahun. Adapun variabel penelitian ini adalah status anemia, pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia, dianalisa dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan kejadian anemia siswi SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu adalah 39,4%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 53,8%, sikap positif sebesar 47,7%, yang selalu sarapan pagi di rumah sebesar 27,3% dan juga ada 40,2% yang selalu sarapan di sekolah. Sedangkan untuk jajan dalam 1 hari, hampir seluruh siswi di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu menyukai jajan sebesar 98,5%. Dan remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu mayoritas sudah mengalami menstruasi (92,4%).
Dari hasil uji statistik ditemukan tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan status kejadian anemia remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Saran dari penelitian ini adalah perbanyak konsumsi makanan yang lebih bervariasi agar kebutuhan zat besi tetap terpenuhi. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dan perlu diadakan kerjasama antara instansi terkait dengan pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isati
"Remaja putri pada masa pubertas cenderung mengalami anemia karena kebiasaan salah, faktor keluarga dan faktor lain. Penelitian dengan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 22 Kota Jambi tahun 2013. Pengambilan sampel secara total sampling.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar remaja putri (78,7%) mengalami anemia. Hasil uji statistik menunjukkan beberapa faktor berhubungan signifikan dengan kejadian anemia remaja putri, yaitu pekerjaan ayah/kepala keluarga p=0,000 (OR= 4,788 95% CI= 2,125-10,790), frekuensi makan p=0,024 (OR=2,588 95% CI=1,201-5,575), kebiasaan konsumsi teh/kopi p=0,044 (OR 2,342 CI: 1,079-5,082), dan kebiasaan konsumsi sumber vitamin C p=0,009 (OR=2,749 95% CI =1,342-5,630). Diharapkan untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mencegah anemia remaja putri dan meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai gizi seimbang.

Adolescent girls in puberty tend to have anemia due to wrong habits, family factors, and other factors. With a cross-sectional study design aimed to determine the relationship between the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in SMP Negeri 22 Jambi City in 2013. Sampling metode is Total sampling.
Based on the survey results revealed the majority of girls (78.7%) had anemia. Statistical test results showed some significant factors associated with anemia adolescent girls, the work of the father / head of the family p = 0.000 (OR= 4,788 95% CI= 2,125-10,790), frequency of meals p = 0.024 (OR= 2,588 95% CI=1,201-5,575), the consumption habits of tea / coffee p=0.044 (OR 2,342 CI: 1,079-5,082), and a source of vitamin C consumption habits p = 0.009 (OR=2,749 95% CI =1,342-5,630). Expected to increase cross-sector cooperation in preventing anemia female adolescent improve their knowledge about balanced nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Basuki Dwi Lestari
"Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll.
Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja ini.
Penelitian ini merupakan suatu studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan' Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional tipe potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi remaja putri. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %, Disamping itu variabel yang berhubungan berrnakna secara statistik (p < 0.05) dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Dan variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C (p < 0.0383, OR = 2.71, CI 95 % = 1.76614 - 3.65i 66).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penangguulangan anemia gizi pada remaja putri sudah harus mulai diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada remaja putri ini. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang anemia sebab dan akibatnya serta perlunya makanan seimbang kepada remaja putri. Disamping itu perlu adanya penelitian lain mengenai anemia gizi remaja putri sehingga informasi yang didapat bisa saling melengkapi.

Nutritional anemia is one of the major nutritional problems in Indonesia that must be seriously tackled. Nutritional anemia normally occurs when the amount of the iron consumed does not equal to the requirements. Besides, several other factors also contribute to the incidence of nutritional anemia such as, among other things, eating habits, lack of consumption of other nutrients including vitamins A and C, a lack of protein, infection, environmental sanitation, worms infestation, social economic conditions, etc. The consequences arising from nutritional anemia include low productivity, disturbance in mental and intelligence development, decreasing immunity against infectious diseases, morbidity, etc.
According to the results of the research, the prevalence of nutritional anemia among female adolescence is relatively high, whereas the efforts taken to combat anemia have not been directed to' this specific target population.
This research is an analytical study using secondary data from Nutritional Research and Development Centre, Department of Health of the Republic of Indonesia. This is an observational research of a cross-sectional type. The objective of the research is to study the factors relating to the incidence of the nutritional anemia among female adolescence. The dependent variable of the research is the status of anemia among female adolescence, while the independent variables include worms investation, the level of energy, protein, vitamin A, vitamin C and iron consumptions, the status of Cu, educational background of the girls' parents and the habits of tea drinking. Analysis of the data is carried out using univariate method by frequency distribution, bivariate method by chi square test, and multivariate method by logistical regression.
The results of the research have demonstrated that the prevalence of nutritional anemia among female adolescence reaches as high as 41.54 %. In addition, the variables having statistically significant relationship (p < 0.05) with the incidence of nutritional anemia among female adolescence include the investation of worms, and the level of energy, protein, and vitamin C consumptions. And the variable having the closest bearing to the incidence of nutritional anemia is the level of vitamin C consumption (p = 0.0383, OR = 2.71, 95 % CI = 1.76614 - 3.65166).
Based on the results of the research, it is recommended that the handling of nutritional anemia among female adolescence should be prioritized by commencing a special improvement program. Another recommendation is given for the implementation of guidance and education campaign to the mothers on the causes and consequences of anaemia, and the need of providing a balanced diet for their daughters. Further researches and studies on nutritional anemia among female adolescence are deemed necessary, so that all the information obtained will complement each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nini Handayani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26540
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Ayu Ningrum
"Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia, dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah 37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP N 1 Gatak, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain study cross sectional.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi anemia pada siswi putri di SMP N 1 Gatak sebesar 32%. Berdasarkan uji statistik didapatkan ratarata kadar Hb 12,8 g/dl, pengukuran Hb menggunakan alat Hemocue kit. Pengetahuan anemia adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu, variabel pekerjaan ibu, variabel pantangan terhadap makanan dan variabel pengetahuan TTD.

Anemia is the most prevalent nutritional problem in the world, and affects more than 600 million people. The prevalence of anemia in school-age children 37%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP N 1 Gatak, District Gatak, Sukoharjo regency, Central Java Province. This research is quantitative by using a cross-sectional study design.
Results of this study declare that the prevalence of anemia in young girls at SMP N 1 Gatak is 32%. Based on statistical tests obtained an average hemoglobin level of 12.8 g / dl, HemoCue Hb measurements using the tool kit. Knowledge anemia is the most dominant variables associated with the incidence of anemia after controlled by variable maternal education, maternal employment variables, variables and variable food dietary restrictions against and TTD knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Nur Fauziyah
"Anemia Gizi, khususnya Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan masalah terbesar gangguan defisiensi gizi di dunia saat ini. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat termasuk remaja (adolescents) karena pertumbuhan memerlukan sejumlah besar zat besi secara terus menerus untuk meningkatkan mssa tubuh. Prevalensi anemia pada kelompok usia 5 - 14 tahun cukup tinggi dibanding kelompok umur yang lain yaitu sebesar 28,3 %. Hasil beberapa penelitian didapatkan sekitar 41,4 % - 66,7 % remaja putri di Indonesia menderita anemia (WHO, 2001). Prevalensi kejadian anemia pada siswa SMP di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebesar 22% merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kriteria sedang dan belum dakukan penelitian tentang faktor determinan kejadian anemia pada siswa SMP tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan faktor determinan kejadian anemia pada siswa SMP. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari kegiatan upaya perbaikan gizi institusi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi studi adalah semua siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 133 Pulau Pramuka dan SMP Negeri 260 Pulau Harapan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Unit sampel adalah siswa yang terpilih melalui teknik pengambilan sampel Stratified Random sampling alokasi proporsional sebanyak 309 orang dan memenuhi syarat untuk uji hipotesis beda dua proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian anemia siswa SMP adalah 22%. Dari hasil analisis bivariabel didapatkan hubungan yang bermakna antara kejadian sakit, konsumsi protein, vitamin C, zat besi dengan kejadian anemia. Dori analisis multivariable didapat faktor detenninan kejadian anemia adalah konsumsi protein, vitamin C dan zat besi. Konsumsi zat besi kurang atau sama dengan 12,4838 mg merupakan faktor determinan yang paling dominan terhadap kejadian anemia dengan nilai OR 20,39 kali dibanding siswa yang konsumsi zat besi lebih dari 12,4838 mg. Perbanyak konsumsi zat besi, dengan cara menghidangkan lebih banyak daging, hati, ikan dan bahan makanan hewani lainnya, perbanyak konsumsi bahan makanan yang kaya vitamin C seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemberian tablet tambah darah kepada siswa perempuan yang telah menstruasi dan laki-laki yang menderita anemia.

Nutritional anemia, particularly iron deficiency anemia (IDA), is perhaps clinically the most widespread nutritional deficiency disorder in the world today. Anemia is a a public health problem, not only among pregnant mothers, infants and young children but also among school age children including adolescent. Growing children require large amounts of iron for continous increase in body mass and are therefore vulnerable to iron deficiency and its consequences. Prevalence of anemia at the age group of 5 - 14 years old is higher than the other age group, that is 28,3%. This research result got 41,4 - 66,7% girl students with anemia in Indonesia (WHO, 2001). Prevalence of anemia occurrence among Junior High School students in Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu is 22%. It is a health problem with medium criteria at society and there is not a conducted research yet concerning determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students.
This research purpose to get describing a determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students. This research used a secondary data analysis of improvement effort activities in sub-province of Administrasi Kepulauan Seribu using a cross sectional design. Study population are all students at the 7th, 8th and 9th class of Junior High School 133 Pulau Pramuka and SMPN 260 Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Sample units are chosen students by Stratified Random Sampling, proportional allocation are 309 samples based on standard with the different test hypothesis of two proportions.
The research result indicated an anemia occurrence proportion among Junior High School students with anemia were 22%. From bivariable analysis result got a meaning relation between pain occurrence, protein consumption, vitamin C, iron with anemia occurrence. By a multivariable analysis found that determinant factor of anemia occurrence were protein consumption, vitamin C and iron. Less consumption of iron or 12,4838 mg is most dominant determinant factor of anemia occurrence with value of OR 2039 compared with students which their iron consumption are more than 12,4838 mg. It is important to be done a health monitoring and assessment of hemoglobin level routinely, supported by improving a health promotion concerning knowledge, nutrition consumption, personal hygiene and also giving tablet Fe for anemia patient, especially for girl students who have menstruated.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Agnes Darmawati
"ABSTRAK
Geografis merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, Daerah kepulauan lebih
berisiko terkena hipertensi dibandingkan daerah pegunungan. Kepulauan Seribu
merupakan daerah Kabupaten Administrasi dari Provinsi DKI Jakarta Indonesia,
yang seluruh daerahnya berupa pulau-pulau kecil. Karakteristik penyakit di
Kepulauan Seribu mulai mengalami pergeseran dengan didominasi dengan
penyakit-penyakit degeneratif. Di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
penderita hipertensi mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan persentase
8.03% menjadi 15,6% pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dengan
kejadian hipertensi setelah dikontrol dengan variabel confounding (stres, aktivitas
fisik, merokok, konsumsi alkohol, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
dan riwayat keluarga) di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka Kecamatan Kepulauan Seribu Utara pada Februari
2016. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, pengumpulan data
dilakukan dengan simpel random sampling melalui wawancara dengan kuesioner
pada 176 responden yang berumur ≥40 Tahun. Hasil penelitian ini menemukan
sebanyak 55.1% responden di Kepulauan Panggang dan Pramuka Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara pada tahun 2016 menderita hipertensi, pada responden
yang normotensi, 66,7% nya memiliki kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam
tidak setiap hari dan sebesar 35,2% memiliki kebiasaan konsumsi makanan tinggi
garam setiap hari. Hasil regresi logistik menunjukkan hubungan bermakna antara
kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dengan kejadian hipertensi setelah
dikontrol dengan variabel stres dan aktivitas fisik ( p value =.05, CI= 2,02-10,04).
Kebiasaan Konsumsi makanan tinggi garam setiap hari merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi, risiko ini meningkat jika tidak melakukan aktifitas fisik dan
mengalami stres.

ABSTRACT
Geographical is one risk factor of hypertension , islands regions exposed to more
risky hypertension compared mountainous regions . Kepulauan Seribu
constituting the district administration of jakarta province of indonesia , whose
entire region in the form of small islands .Characteristic of a disease in Kepulauan
Seribu began experiencing shift with dominated with degenerative diseases .In
administrative districts Kepulauan Seribu sufferers of hypertension increased in
2012 with the percentage 8.03 % become 15.6 % in 2013 .The purpose of research
is to know the relationship habits of consumption of foods high in salt with
hypertension after scene controlled with confounding variables (stress , physical
activity , smoking , the consumption of alcohol , age , sexes , education , work ,
and family history) on the Pulau Panggang and Pulau Pramukan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu on 2016. The study is done on the Pulau
Panggang and Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Utara in february 2016. The
research uses design cross sectional study, data collection is done with simple
random sampling through interviews with on 176 the respondents from ≥40 years.
The results of this study found some 55.1 % respondents in the Pulau Panggang
and Pulau Pramuka in 2016 suffers from hypertension, on respondents
normotensi, 66,7 % him have a habit of food consumption high salt not every day
of 35,2 % have a habit of food consumption high salt every day. The logistics
regression show the relation between a meaningful food consumption in the high
salt hypertension after controlled variable stress and physical activity ( p value =
.05, CI 95% = 2,02-10,04). Habit of food consumption high salt every day is a risk
of hypertension, this risk increase if not doing activities physical and stress."
2016
T46000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langitan, Rosamey Elleke
"ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional case control study yaitu penelitian restrospektif tujuannya untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kejadian turnover perawat dengan membandingkan antara kasus 15 perawat yang turnover dengan kontrol 48 perawat yang tidak turnover di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan ada hubungan bermakna antara umur, status pernikahan, lama kerja, iklim organisasi, kinerja, dengan kejadian turnover. variabel yang paling berhubungan dengan kejadian turnover adalah kinerja (p=0,001 OR 10,8). Manajemen rumah sakit harus meningkatkan kinerja perawat sehingga dalam melaksanakan tugas dan pelayanan lebih optimal serta memperhatikan sistem rekrutmen tenaga dengan baik dan benar untuk menekan angka kejadian turnover perawat.

ABSTRACT
This research uses descriptive correlational design of case control study retrospectively study aims to identify factors that influence the incidence of turnover among nurses by comparing 15 cases of nurse turnover with 48 controls who did not nurse turnover in Depok Yudha Bhakti Hospital.
The results illustrate a significant correlation between age, marital status, length of work, organizational climate, performance, with the incidence of turnover. Variables most correlated with the occurrence of turnover is the performance (p = 0.001 OR 10.8). Management should improve the performance of hospital nurses so that in carrying out the duties and services more optimally and with regard to recruitment system properly to reduce the incidence of nurse turnover.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Langitan, Rosamey Elleke
"Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional case control study yaitu penelitian restrospektif tujuannya untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kejadian turnover perawat dengan membandingkan antara kasus 15 perawat yang turnover dengan kontrol 48 perawat yang tidak turnover di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. Hasil penelitian menggambarkan ada hubungan bermakna antara umur, status pernikahan, lama kerja, iklim organisasi, kinerja, dengan kejadian turnover. variabel yang paling berhubungan dengan kejadian turnover adalah kinerja (p=0,001 OR 10,8). Manajemen rumah sakit harus meningkatkan kinerja perawat sehingga dalam melaksanakan tugas dan pelayanan lebih optimal serta memperhatikan sistem rekrutmen tenaga dengan baik dan benar untuk menekan angka kejadian turnover perawat.

This research uses descriptive correlational design of case control study retrospectively study aims to identify factors that influence the incidence of turnover among nurses by comparing 15 cases of nurse turnover with 48 controls who did not nurse turnover in Depok Yudha Bhakti Hospital. The results illustrate a significant correlation between age, marital status, length of work, organizational climate, performance, with the incidence of turnover. Variables most correlated with the occurrence of turnover is the performance (p = 0.001 OR 10.8). Management should improve the performance of hospital nurses so that in carrying out the duties and services more optimally and with regard to recruitment system properly to reduce the incidence of nurse turnover."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>