Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Marie Wattie
"Pertautan antara agama dan adat istiadat di Bali merupakan hal yang penting karena Bali dan Hindu merupakan dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bali menunjuk pada kategori etnis yang mempunyai adat-istiadat khusus. Demikian pula halnya dengan Hindu yang merupakan kategori agama yang ditandai oleh seperangkat sistem kepercayaan. Meskipun lembaga yang peduli terhadap HIV/AIDS tidak secara eksplisit menempatkan Hindu-Bali sebagai dasar kegiatan, pemahaman ini sangat berguna dalam penyelenggaraan program dan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, khususnya yang berkaitan langsung dengan masyarakat adat Bali. Hasil penelitian ini makin menegaskan argumentasi bahwa setiap program dan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS harus melibatkan masyarakat adat melalui proses jejaring dengan berbagai lembaga lain secara multiperspektif, yaitu agama, adat, dan kesehatan. Dengan adanya hal tersebut, para ODHA merasa lebih diterima di dalam keluarga dan desa adat."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rendy Ramadhan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai peran pendamping di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kuldesak dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu, pendamping menjalankan berbagai peran diantaranya adalah, enabler, konselor, konselor keluarga, broker, pendidik, advokat, aktivis, menjalankan lembaga, dan pendamping minum obat. Selain itu, ditemukan dukungan yang diterima oleh pendamping adalah dukungan internal seperti, pengamalan diri, dukungan keluarga, dorongan untuk beribadah. Selanjutnya adalah dukungan eksternal, yaitu dukungan dari masyarakat, dukungan dari tenaga kesehatan, dukungan dari lembaga itu sendiri, dan dukungan dari ODHA. Dukungan-dukungan itulah yang menjadi alasan mereka mendampingi ODHA hingga saat ini. Penelitian ini membahas mengenai peran pendamping di Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Kuldesak dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu, pendamping menjalankan berbagai peran diantaranya adalah, enabler, konselor, konselor keluarga, broker, pendidik, advokat, aktivis, menjalankan lembaga, dan pendamping minum obat. Selain itu, ditemukan dukungan yang diterima oleh pendamping adalah dukungan internal seperti, pengamalan diri, dukungan keluarga, dorongan untuk beribadah. Selanjutnya adalah dukungan eksternal, yaitu dukungan dari masyarakat, dukungan dari tenaga kesehatan, dukungan dari lembaga itu sendiri, dan dukungan dari ODHA. Dukungan-dukungan itulah yang menjadi alasan mereka mendampingi ODHA hingga saat ini.

ABSTRACT
This research discusses about the role of caseworker in non governmental organization named Kuldesak on the countermeasures HIV AIDS in Depok City, West Java. This study is conducted with qualitative approach, using descriptive studies. The result of the study shows that the caseworker implementing a various roles, such as enabler, counselor, family counselor, broker, educator, advocator, activist, administrative, and accompanying people living with hiv PLWH to take their medicine. Other than that case worker recieve many supports, internal support such as self experiences, family support, and some faith reason. Another support is from the external factor, such as support from the society, support from health worker, from Kuldesak, and also from PLWH itself. Those kind of support make them still giving a services for PLWH in Depok City. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Detty Gusnida
2007
T38466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Puteranto
"ABSTRAK
Problematika pengelolaan program HIV/AIDS muncul ketika suatu organisasi
sosial keagamaan menjalankan program ini. Organisasi keagamaan dituntut untuk
mampu menjalankan program secara efektif. Namun demikian dalam
implementasinya akan berhadapan dengan ?body of knowledge? dari program
HIV/AIDS. Oleh karenanya kemampuan organisasi untuk merespon program
menjadi sesuatu yang krusial. Organisasi keagamaan memiliki peran untuk tetap
memegang nilai keagamaan namun tidak bertentangan dengan strategi yang
dimiliki oleh program HIV. Penelitian mengeksplorasi tiga isu dalam Lembaga
Kesehatan Nahdlatul Ulama. Tiga hal tersebut adalah interaksi nilai dan norma,
upaya membangun legitimasi organisasi, dan kemampuan organisasi melakukan
manajemen pengetahuan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk
mengeksplorasi ketiga topik permasalahan di atas. Hasil dari studi menunjukkan
bahwa Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial
keagamaan mampu menjawab isu-isu sensitif di program HIV/AIDS untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi, membangun legitimasi organisasi dan
mengelola manajemen pengetahuan secara efektif

ABSTRACT
The problems of managing HIV/AIDS programs arises when religious social
organizations run the program. Religious organizations are required to run the
program effectively. However, the implementation is not easy since they have to
faced the "body of knowledge" of HIV/AIDS programs. Therefore, the ability of
the organization to undertake this program is crucial. Religious organizations have
a role to still keep the significance of religious values, at the same time to avoid
conflict with the strategies possessed in HIV programs. This study explores three
issues in the Health Organization of Nahdlatul Ulama, the interaction of values
and norms, efforts to establish the organization legitimacy, and the ability to
perform knowledge management. Qualitative research methods is used to explore
the three issues mentioned above. The study results showed that the Health
Organization of Nahdlatul Ulama as a socio-religious organization is able to
answer sensitive issues in HIV/AIDS programs to reduce stigma and
discrimination, building of organization legitimacy and conducting of knowledge
management effectively"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Gunawan
"Permasalahan penyebaran HIV/AIDS semakin memprihatinkan dan dapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Upaya penanggulangannya melalui Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sering mendapatkan penolakan dari masyarakat luas mengingat karaktreristik cara penularannya. Fokus Evaluasi Proses Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah faktor pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, faktor interaksi diantara pihak atau aktor tersebut, dan sumber atau dukungan dana penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Untuk menjelaskan faktor-faktor tersebut dalam rangka pemahaman mengenai pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, digunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan langkah-langkah penelitian kuantitatif. Faktor Pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dilihat dari keterlibatan dalam upaya penanggulangan dan khususnya keterlibatan dalam pembuatan kebijakan. Masih banyak pihak atau aktor penting yang tidak terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut sehingga kebijakan yang dibuat tidak mengakomodasi kepentingan yang seluas mungkin mewakili kelompok-kelompok yang terlibat. Interaksi diantara pihak atau aktor berjalan dengan baik bahkan karena adanya kedekatan hubungan diantara para pihak atau aktor tersebut sering kali pertemuan atau rapat diadakan secara informal. Secara teknis dalam pertemuan atau rapat pembuatan kebijakan publik, Komisi Penanggulangan AIDS, Departemen Kesehatan dan UNAIDS, lebih mendominasi jalannya berbagai pertemuan dan rapat. Dan dilihat dari nilai-nilai kepentingan yang diakomodasi dalam kebijakan penanggulangan HIV/AIDS, nilai-nilai kesehatan masyarakat dirasakan dominan.Besarnya keterlibatan dan pengaruh akademisi serta praktisi dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dan lemahnya keterlibatan masyarakat secara luas menjadikan model pembuatan kebijakannya adalah model rasional komprehensif, karena selain dibuat para ahli dengan sedikit kepentingan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia merupakan kebijakan terobosan. Faktor sumber atau dukungan dana memperlihatkan bahwa dana penanggulangan didominasi bantuan luar negeri yang penggunaannya secara prosedural harus melalui bimbingan teknis lembaga internasional. Dominasi pembiayaan yang berasal dari luar negeri tidak baik bagi upaya penanggulangan dari segi kontinuitas dan a\terakomodasinya kepentingan-kepentingan dalam negeri. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) harus membuka akses seluas mungkin dalam perlibatan pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu KPA juga harus meningkatkan kapasitasnya agar mampu menjaring dana dalam negeri. Pada akhirnya komitmen pemimpin merupakan hal penting untuk mengawali kondisi yang baik dalam proses pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

The HIV and AIDS epidemic spread out rapidly and threatening the development in Indonesia. The alleviation program through HIV and AIDS policy oftenly gets denial from the people, it is happen because of the HIV transmission of this disease.
Focus of the HIV and AIDS Policy Making Process in Indonesia are actors or stakeholders factors involved in the policy making process in Indonesia, interaction factor of the stakeholders, and financial support for the program. The Descriptive Research with qualitative approach and quantitative research is chosen to explain the policy making process factors. Actors or stakeholders factor involved in the policy making process can be assessed by the involvement in the prevention program and policy making. Many parties or actors were not involved in the policy making process, therefore the policy could not accommodate all people interests. Interaction of parties or actors run very smooth because they are having close relations and oftenly share ideas on the formal and informal meetings. National AIDS Commission, Ministry of Health and UNAIDS technically dominating the meetings among stakeholders. When we overview the values accommodated on the HIV and AIDS policy, the most accommodated value is health value. The dominate of experts in the HIV and AIDS policy turn the policy into rational comprehensive model, because it is made by expert who has low interest in the HIV and AIDS policy and it is also called cross cut policy. Resource factor or financial support shows that fund for HIV and AIDS is dominated by international funding, where the management should follow the international agencies regulations. International fund domination make uncontinuity program and low local value interest. The National AIDS Commission (NAC) should be scaling up access in policy making process. Besides that, NAC should be able to increase capacity in international resource mobilization. In the end, leadership commitment is an important thing to start good climate in HIV and AIDS policy making process."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rini Puji Lestari
"Secara nasional, Indonesia telah mengantisipasi epidemi HIV/AIDS, tetapi
jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali dari tahun ke tahun memperlihatkan
peningkatan yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan jumlah kasus dan kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang di-
lakukan di Denpasar pada tanggal 11-17 September 2011. Sampel penelitian ini
menggunakan informan terpilih yaitu kepala bappeda, pejabat Dinas Kesehatan
Kabupaten Denpasar, direktur rumah sakit, puskesmas, ketua komisi penang-
gulangan AIDS di kabupaten/kota dan pemerhati HIV/AIDS termasuk ODHA.
Penelitian menemukan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar yang terting-
gi dan penularan terbesarnya melalui hubungan seks. Namun, dukungan pe-
merintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ter-
lihat belum maksimal. Padahal kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sangat di-
tentukan oleh cara pandang pemerintah terhadap penyakit HIV/AIDS. Untuk itu,
perlu peningkatan pemahaman tentang HIV/AIDS serta pencegahan dan
penanganan semua pihak terkait sehingga penanggulangan HIV/AIDS dapat
lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Secara nasional, Indonesia telah mengantisipasi epidemi HIV/AIDS, tetapi
jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali dari tahun ke tahun memperlihatkan
peningkatan yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan jumlah kasus dan kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang di-
lakukan di Denpasar pada tanggal 11-17 September 2011. Sampel penelitian ini
menggunakan informan terpilih yaitu kepala bappeda, pejabat Dinas Kesehatan
Kabupaten Denpasar, direktur rumah sakit, puskesmas, ketua komisi penang-
gulangan AIDS di kabupaten/kota dan pemerhati HIV/AIDS termasuk ODHA.
Penelitian menemukan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar yang terting-
gi dan penularan terbesarnya melalui hubungan seks. Namun, dukungan pe-
merintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ter-
lihat belum maksimal. Padahal kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sangat di-
tentukan oleh cara pandang pemerintah terhadap penyakit HIV/AIDS. Untuk itu,
perlu peningkatan pemahaman tentang HIV/AIDS serta pencegahan dan
penanganan semua pihak terkait sehingga penanggulangan HIV/AIDS dapat
lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran."
Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sherley Silvia Yahya Putri
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzul Fahmi Afriyanto
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh yang dapat terjadi pada populasi berisiko seperti Lelaki Berhubungan Seks Dengan Lelaki (LSL). Kasus LSL yang terinfeksi HIV/AIDS menempati posisi pertama terbanyak di Kabupaten Gresik dibandingkan dengan populasi berisiko lainnya. Hal ini diperlukan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada LSL. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi LSL dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan disain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022 pada 8 informan meliputi 6 LSL, seorang staf Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, dan seorang staf Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Gresik. Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan LSL adalah penggunaan kondom saat berhubungan seksual, melakukan pemeriksaan VCT, dan melakukan pengobatan ARV bagi yang HIV (+). Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan dan persepsi bahaya/kesakitan terhadap HIV/AIDS, persepsi manfaat dan hambatan untuk melakukan perilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat melakukan perilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya yang berasal dari teman dekat, keluarga, pasangan, dan petuhgas kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan teori perilaku HBM terhadap petugas puskesmas dan menerapkan pendidikan sebaya kepada komunitas LSL tentang perilaku pencegahan HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells which causes a decrease in immunity that can occur in at-risk populations such as Men Who Have Sex With Men (MSM). MSM cases infected with HIV/AIDS occupy the first position in Gresik Regency compared to other at-risk populations. The purpose of this study was to analyze the perception of MSM in HIV/AIDS prevention in Gresik Regency. This research uses a qualitative approach, with a case study design. Data collection was carried out by in-depth interviews carried out in April-May 2022 with 8 informants including 6 MSM, 1 staff from the Gresik District Health Office, and 1 staff from the Gresik District AIDS Commission. The results showed that HIV/AIDS prevention behaviors carried out by MSM were using condoms during sexual intercourse, conducting VCT examinations, and taking ARV treatment for those who were HIV (+). These behaviors are influenced by perceptions of vulnerability and perceptions of harm/illness to HIV/AIDS, perceptions of the benefits and barriers to performing these behaviors, having the belief that they can perform these behaviors, and the presence of cues to do so from close friends, family, partners, and health workers. Therefore, there is a need for training in the theory of HBM behavior for health workers and applying peer education to the MSM community about HIV/AIDS prevention behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>