Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156859 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuzuly Tara Sharaswaty
"Penelitian ini berusaha melihat apakah terdapat hubungan kesepian dan agresi pada remaja yang sedang berpacaran. Remaja adalah sebuah masa puncak dimana individu akan merasa kesepian sekaligus agresi. Hal ini berjalan seiring dengan adanya peningkatan kasus kekerasan dalam berpacaran pada remaja. Zilboorg (1938) menyatakan bahwa kedua variabel ini berkaitan langsung, dan juga berkaitan secara tidak langsung dengan variabel frustasi diantaranya. Penelitian ini mengikutsertakan 136 remaja yang berada di usia 18-24 tahun, memiliki SES menengah ke atas yang ditandai dengan pengeluaran per bulan di atas Rp 500.000, dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, atau Bekasi.
Hasil penghitungan menyatakan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara Kesepian dengan Agresi pada Remaja yang sedang berpacaran, dan hubungan tersebut memiliki nilai positif. Hal ini menyatakan bahwa, semakin individu merasakan kesepian, maka semakin individu tersebut berperilaku agresif, dan sebaliknya, semakin individu merasa puas dengan hubungan sosialnya, maka semakin individu tersebut tidak memiliki tujuan untuk menyakiti atau merusak organisme lain atau barang tertentu.

This study will examine if there is a correlation between loneliness and aggression in teenager who is in a relationship. Teenager is a top period when someone will feel lonely and aggress at the same time. That fact correlate with dating violence case that increasing over time. Zilboorg research in 1938 result that there is direct correlation between Loneliness and Aggression, and indirect correlation with a frustration between. Participants in this research are 136 teenagers with age ranging from 18-24 years old, have money spent over 500.000 in a month, and live in Area Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, or Bekasi.
Result of this research examine that there is significant correlation between loneliness and aggression in teenager who?s in a relationship, and the correlation is positive. That means if someone feel lonely, then he/she will show his/her aggress, and so if someone feel satisfied with his/her social relationships, then he/she will not hurt other organism or things."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.92 NUZ h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangkey, Dhara Monica
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara agresi relasional dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran. Agresi relasional didefinisikan sebagai tingkah laku yang menyebabkan kerugian dengan merusak hubungan atau perasaan diterima dan cinta. Kualitas hubungan romantis didefinisikan persepsi individu terhadap sejauh mana hubungan yang sedang dijalani memberikan atau tidak memberikan manfaat melalui pengalaman dan interkasi. Pengukuran agresi relasional menggunakan Self-Report of Romantic Relational Aggression (SRRRA) yang disusun oleh Morales dan Crick (1998). Pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan alat ukur Partner Behavior as Social Context (PBSC) oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck (2010). Partisipan penelitian berjumlah 332 individu usia dewasa muda yang sedang berpacaran. Melalui teknik statistic Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara agresi relasional dan kualitas hubungan romantis yang signifikan.

This research was conducted to find the correlation between relational aggression and romantic relationship quality among young adulthood currently in a relationship. Relational aggression defined as behavior that harm others through damage (or the threat of damage) to relationships or feeling of acceptance, friendship, or group inclusion. Romantic relationship quality defined as the extent to which a relationship provides or withholds beneficial experiences and interactions. Relational aggression was measured using an instrument named Self-Report of Romantic Relational Aggression made by Morales and Crick (1998). Romantic relationship quality was measured using an instrument names Partner Behavior as Social Context (PBSC) made by Ducat and Zimmer-Gembeck, 2010). Participants of this research were 332 young adulthood currently in a relationship. The Pearson Correlation indicates negative significant correlation between relational aggression and romantic relationship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Virgiana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif dan Father Invlovement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesepian adalah Revised-UCLA Loneliness Scale oleh Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Sampel pada penelitian ini berjumlah 429 remaja madya berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya.

The main purpose of this study is to find out the correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence. Nurturant Fathering Scale is used to measure father involvement in affective domain dan Father Involvement Scale is used to measure father involvement in behavior domain by Finley and Schwartz 2004 . Loneliness is measured using Revised UCLA Loneliness Scale by Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Total sample in this study is 429 middle adolescents who lived in Jabodetabek. The result of this study using Pearson Product Moment showed that there was correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Giyardin Febrilina Nugrahaini
"ABSTRAK
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Hubungan tersebut tidak hanya dilihat berdasarkan hasil keseluruhan variabel tetapi juga hubungan antara bentuk social ostracism dan perilaku agresi. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen yang dilakukan dengan pengisian self-report oleh 289 partisipan berusia 14 hingga 19 tahun yang tersebar pada lima daerah di DKI Jakarta. Partisipan merupakan siswa sekolah menengah atas atau sederajat dari lima sekolah di DKI Jakarta dimana dalam pemilihan sekolahnya dilakukan secara random dengan metode cluster sampling pada masing-masing daerah. Dalam proses pengambilan data, alat ukur yang digunakan yaitu The Ostracism Experience Scale for Adolescence OES-A untuk mengukur social ostracism dan Buss-Perry Aggression Questionaire BPAQ untuk mengukur perilaku agresi. Teknik statistik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Akan tetapi, terdapat hubungan antara social ostracism dengan bentuk perilaku agresi berupa permusuhan. Perilaku agresi juga menunjukkan adanya hubungan dengan bentuk social ostracism berupa socially neglected dan berhubungan negatif dengan socially rejected. Bentuk socially neglected juga menunjukkan hubungan dengan semua bentuk perilaku agresi, tetapi socially rejected berhubungan negatif hanya dengan agresi fisik dan agresi verbal.

ABSTRACT
Purpose of this quantitative study is to determine the relationship between social ostracism and aggression of adolescents in DKI Jakarta. This research is also to determine the relationship between the type of each variables. This research is a non experimental research conducted by self report of 289 participants aged 14 to 19 years in five regions in Jakarta. Participants are high school students or equivalent from five schools in DKI Jakarta which randomly selected of schools conducted by cluster sampling method in each region. Measurement tool used is Ostracism Experience Scale for Adolescence OES A to assess social ostracism and Buss Perry Aggression Questionnaire BPAQ to assess aggression behavior. The statistical technique used in data processing is Pearson Correlation. The results of this study indicate that there is no relationship between social ostracism and aggression of adolescents in Jakarta. However, there is a relationship between social ostracism and the type of aggression in the form of hostility. Aggression also shows a relationship with the type of social ostracism in the form of socially neglected and negatively related to socially rejected. The socially neglected form also shows a relationship with all type of aggression, but socially rejected is negatively related to physical aggression and verbal aggression."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Ridho Hamid Alamsyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kesepian dan sifat malu pada mahasiswa perantau Universitas Indonesia yang menetap di asrama. Partisipan berupa mahasiswa tahun pertama sarjana atau vokasi Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek, berjumlah 50 orang. Metode penelitian berupa self-report dengan menggunakan skala Revised Cheek and Buss Shyness dan De Jong Gierveld Loneliness. Ditemukan korelasi yang positif signifikan antara sifat malu dan kesepian dengan nilai r = 0,501; p = 0,000; signifikan pada l.o.s 0,01. Artinya, semakin meningkatnya nilai sifat malu akan memprediksi meningkatnya nilai kesepian pada mahasiswa Universitas Indonesia perantau yang menetap di asrama. Hubungan signfikan tersebut mengimplikasikan perlunya intervensi bagi mahasiswa, terutama yang memiliki tingkat sifat malu tinggi, sebagai upaya pencegahan kesepian.

The research intended to investigate the relationship between shyness and loneliness on students of University of Indonesia who stay at the dorm. The participants were undergraduate or vocational freshman of University of Indonesia who come from outside of Jabodetabek, 50 people. Research method was selfreport using Revised Cheek and Buss Shyness Scale and De Jong Gierveld Loneliness Scale. The result is positive significant correlation between shyness and loneliness, r = 0.501; p = 0.000; significant at l.o.s 0.01. It means that the increase of shyness predicts the increase of loneliness on the students of University of Indonesia who stay at the dorm. That significant relationship implies the urgency of intervention for students, especially to those with high shyness, as a way to prevent loneliness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Cendra
"ABSTRAK
Kesepian merupakan perasaan yang paling sering muncul dan menimbulkan
masalah pada masa remaja dibandingkan pada usia lainnya. Faktor keluarga yaitu
keberfungsian keluarga diduga mempengaruhi munculnya rasa kesepian pada
remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara
keberfungsian keluarga dan kesepian. Partisipan penelitian berjumlah 200 orang
remaja laki-laki dan perempuan yang berusia antara 13-21 tahun. Penelitian ini
adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment
device sementara kesepian diukur menggunakan revised UCLA Loneliness Scale.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
keberfungsian keluarga dan kesepian pada remaja Indonesia (r = -.375, p < 0.01).
Sebagai tambahan, hasil penelitian menemukan bahwa dimensi komunikasi dari
keberfungsian keluarga paling berkorelasi dengan kesepian remaja. Tahap
perkembangan remaja akhir juga menunjukkan rasa kesepian yang lebih tinggi
dibandingkan remaja awal maupun tengah.

ABSTRAK
Loneliness is a feeling that most frequently arise and cause problems in
adolescence than at any other age. Family factors such as family functioning are
thought to influence the emergence of loneliness in adolescents in Indonesia. This
study was conducted to find the relationship between family functioning and
loneliness in Indonesian adolescents. Participants study of 200 teenage boys and
girls between the ages of 13-21 years. The study was a correlational study using a
quantitative approach. The results showed a significant relationship between
family functioning and loneliness (r = -.375, p < 0.01). In addition, this research
found that the communication dimension of family functioning most correlated
with a lonely teen. Final stages of adolescent development also showed a sense of
loneliness which is higher than the early adolescent and middle adolescent."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Fadhila Atha Dinah
"Remaja awal yang memiliki Ibu bekerja rentan merasa kesepian. Perasaan kesepian yang terus dibiarkan dapat menurunkan kepuasan hidup. Hal ini menjadi masalah cukup serius karena kepuasan hidup remaja awal sangat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya. Dalam upaya menurunkan perasaan kesepian dan meningkatkan kepuasan hidup, koping religius dapat diterapkan sebagai strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perasaan kesepian, koping religius, dan kepuasan hidup remaja awal yang memiliki Ibu bekerja. Responden penelitian ini berjumlah 110 remaja awal (10-15 tahun) di Indonesia yang memiliki Ibu bekerja. Perasaan kesepian diukur dengan The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale (De Jong-Gierveld & Van Tilburg, 2006), koping religius diukur dengan Brief RCOPE (Pargament, Smith, Koenig, & Perez, 1998), dan kepuasan hidup diukur dengan SWLS-C (Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2009). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pearson product-moment correlation coefficient dan simple regression. Hasil penelitian menunjukkan perasaan kesepian dan koping religius negatif berpengaruh negatif terhadap kepuasan hidup, namun koping religius positif tidak berpengaruh terhadap kepuasan hidup. Perasaan kesepian berhubungan positif dengan koping religius negatif, namun tidak berhubungan dengan koping religius positif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabila Ibtisamah Zulkifli
"Percobaan bunuh diri akibat ide bunuh diri adalah hal yang perlu diperhatikan khususnya dalam kelompok usía menuju dewasa khususnya mahasiswa yang memiliki tingkat ide bunuh diri tinggi. Mahasiswa tahapan usía dimana sering terjadi instabilitas diri yang dapat menyebabkan mahasiswa merasakan kesepian apabila tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Kesepian tinggi yang dirasakan mahasiswa dapat memunculkan pemikiran dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya yang dapat mendorong mahasiswa memiliki ide bunuh diri. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan kesepian dan ide bunuh diri pada mahasiswa di Indonesia. Responden pada penelitian berjumlah 649 orang yang merupakan mahasiswa Indonesia berusia 18-25 tahun. Ide bunuh diri diukur dengan Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale (DSI-SS) dan Kesepian diukur dengan UCLA Loneliness Scale Revised Version 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan ide bunuh diri pada mahasiswa Indonesia dimana apabila tingkat kesepian mahasiswa semakin tinggi, akan semakin tinggi pula tingkat ide bunuh diri yang dimiliki

Attempted suicide due to suicidal ideation is a matter of concern in the emerging adulthood group especially college students who have high levels of suicidal ideation. College students are at the stage where self-instability often occurs which can cause students to feel lonely if they do not get the support they need. The loneliness felt by college students can lead to negative thoughts and views about themselves and their social environment which can encourage students to have suicidal ideation. This study was conducted to find out the relationship between loneliness and suicidal ideation in college students in Indonesia. Respondents in the research were 649 people who were Indonesian college students aged 18-25 years. The suicidal ideation variable was measured with Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale (DSI-SS) and the loneliness variable was measured by the UCLA Loneliness Scale Revised Version 3. The results showed that there is a significant positive relationship between loneliness and suicidal ideation in Indonesian students, where if the level of loneliness increases the level of suicidal ideation in college students will also increase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shara Sani Susanti
"Di Indonesia kesepian merupakan fenomena yang sering dijumpai, terutama di usia dewasa muda. Bahkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Into the Light yang dilakukan di bulan Mei – Juni 2021 dengan 5.211 partisipan menunjukkan bahwa 2 dari 5 partisipan lebih memilih mati daripada harus merasakan kesepian. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kesepian merupakan masalah yang serius. Penelitian- penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kelekatan dengan hewan bisa mengurangi tingkat kesepian, namun ada juga penelitian yang menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara tingkat kesepian pada dewasa muda yang tidak memiliki pasangan dan kelekatannya dengan hewan peliharaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode korelasional. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 19-25 tahun yang tidak memiliki pasangan dan memiliki hewan peliharaan anjing dan/atau kucing (N= 103). Untuk memenuhi tujuan, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan 2 alat ukur, yaitu UCLA Loneliness Scale version 3 dan Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat kesepian dan kelekatan dengan hewan tidak memiliki korelasi yang signifikan (r(103) = 0,82, p = 0,206). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesepian individu dewasa muda yang tidak memiliki pasangan tidak berhubungan dengan tingkat kelekatan pada hewan peliharaan
Loneliness is a phenomenon often occurring in Indonesia, especially within your adults. In a research done by Into the Light in May - June 2021 with 5,211 participants, 2 out of 5 participants would rather choose to die than being lonely.Based on that data, we could concur that loneliness is a serious issue. Previous research has shown that attachment to animal could reduce the level of loneliness one might felt, but there are also research which shown that there are no correlation between the two. And for that reason, this research aims to understand the correlation between the loneliness levels in young adults that do not have romantic partners and their attachment with pets. This research was done with correlational method. The participants in this research are young adults age 19 to 25 that do not have romantic partners and taking care of pet(s) in the form of dog(s) and/or cat(s) (N= 103). To satisfy the condition, this research use quantitative method which used 2 measuring tools, which is UCLA Loneliness Scale version 3 and Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). The results shows that loneliness level and pet attachment does not significantly correlate with each other (r(103) = 0.82, p =206). And so this research shown that the loneliness level in young adults that do not have romantic partners does not correlate with the level of attachment to pets
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahadanti
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong remaja untuk membangun kedekatan dengan sosok idola atau biasa disebut relasi parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah kesepian berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menyasar pada sampel remaja penggemar K-Pop (N=575) yang berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 15-19 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian tidak berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana refleksi diri terkait kesepian dan kepemilikan relasi parasosial di usia remaja.

Lack of social relations in the real world would encourage adolescence to build closeness with idol figures through parasocial relationships. This study aims to find out whether loneliness is related to having parasocial relationships in adolescent K-pop fans. This research was conducted using a quantitative method and targeted a sample of young K-Pop fans (N=575) who are Indonesian citizens aged 15-19. The Pearson Correlation analysis technique is used to do data analysis. This study shows that loneliness is not related to parasocial relationships in adolescent K-pop fans. However, this study could be used as a source of knowledge and self-reflection related to loneliness and ownership of parasocial relations in adolescence"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>