Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Haqqi Budiman
"Tomat (Solanum lycopersycum L.) merupakan salah satu buah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawasenyawa antioksidan seperti likopen, beta karoten, vitamin C dan vitamin E. Senyawa-senyawa ini diketahui dapat mencegah dan menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan penyakitpenyakit kronis. Pada penelitian ini, tomat diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,5%, 1%, 2%, dan 3% (b/b). Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan krim yang disimpan pada tiga suhu berbeda yaitu suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai penghambatan DPPH (EC50).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa krim tomat 0,5%, 1%, 2% dan 3% memiliki kestabilan fisik setelah pengujian pada suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Krim tomat 1%, 2%, dan 3% memiliki aktivitas antioksidan yang memenuhi nilai minimum EC50, sedangkan krim 0,5% tidak memenuhi nilai EC50. Krim tomat 1% memiliki kestabilan terbaik secara fisik dan krim tomat 3% memiliki aktivitas antioksidan terkuat.

Tomato (Solanum lycopersycum L.) that the fruit mainly contained lycopene, beta carotene, vitamin C and vitamin E indECated that the fruit had antioxidant activity. These compound were known able to prevent and retention of free radECal forming whECh can cause aging and chronEC disease. This research, tomato with different concentration 0,5%, 1%, 2%, and 3% were formulated in cream. PhysECal stability test including the storage at three different temperatures including cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC), mechanECal test, and cycling test. Measurement of antioxidant activity tomato cream that using DPPH method pursuant to value of DPPH retention (EC50).
This research resulted that shown tomato cream 0,5% 1%, 2%, and 3% have physECal stability with storage at cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC). Tomato cream 1%, 2%, and 3% reach minimum value of retention DPPH (EC50) but tomato cream 0,5% not reach minimum value of retention DPPH (EC50). Cream tomato 1% have the best physECal stability and cream tomato extract 3% have the best antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32741
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Lia Dharmanita
"Ekstrak Uncaria gambir (hunter) Roxb dapat bekerja sebagai antioksidan karena kandungan polifenol dan flavonoidnya. Senyawa ini diketahui dapat mencegah terjadinya pembentukan radikal bebas didalam tubuh yang dapat menyebabkan penuaan dini. Pada penelitian ini, gambir pada konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, dan 2% (b/b) diformulasikan dalam sediaan krim. Efektifitas aktivitas antioksidan krim dibandingkan berdasarkan nilai faktor protektifnya yang di ukur dengan metode tiosianat. Pengukuran nilai faktor protektif dilakukan diawal dan setelah krim mendapat perlakuan dengan penyinaran sinar UV-A. Adanya penambahan gambir dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik dari krim. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C; 4º C , uji freze thaw dan uji mekanik. Parameter kestabilan yaitu dengan pengamatan organoleptis, pH, viskositas dan pengukuran diameter globul. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan bermakna aktivitas antioksidan awal krim maupun setelah penyinaran UV-A MED 300.000 mJ/cm2, tetapi setelah penyinaran UV-A pada MED 600.000 mJ/cm2 terlihat perbedaan bermakna aktivitas antioksidan krim gambir 1% dan 2% dibandingkan dengan aktivitas antioksidan krim gambir 0,1% dan 0,5%. Ketiga jenis krim yaitu krim gambir 0,1%; 0,5%;dan 1% menunjukkan kestabilan fisik pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C dan 4º C , uji freeze thaw dan uji mekanik yang berarti ketiga krim tersebut stabil pada penyimpanan selama satu tahun. Krim gambir 2% menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan pada penyimpanan 4º C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervina Dwi Astuti
"Minyak tradisional X adalah obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk mengobati luka terbuka, mempercepat pengeringan luka pasca khitanan, mengobati bekas penyakit kudis, menghilangkan gatal-gatal dan melembabkan kulit. Minyak tradisional X mengandung beberapa sari simplisia yaitu Piper betle, Centella asiatica, Eugenia caryophyllata, Zingiber officinale dan Languas galanga. Pemakaian dalam bentuk minyak tidak terlalu menyenangkan, oleh karena itu minyak tradisional X diformulasikan dalam bentuk krim. Pada penelitian dibuat tiga formula krim (A, B, C) yang mengandung minyak tradisional X masing-masing sejumlah 30%; campuran tween 80 dan span 80 (emulgator) dengan kadar berturut-turut adalah 10%, 15%, dan 20%; setil alkohol sebagai pengental dengan kadar masing-masing 10%. Uji stabilitas fisik dilakukan pada ketiga formula krim selama tiga bulan, yang meliputi penyimpanan pada suhu kamar, suhu 40±2o C, suhu 4o C, cycling test dan uji sentrifugasi. Hasil yang diperoleh adalah krim C yang mengandung emulgator sebesar 20% dari fase minyak, paling stabil secara fisik pada penyimpanan ketiga suhu dan tidak terjadi pemisahan fase pada uji sentrifugasi dan cycling test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunisa Larasati Yusuf
"Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan suatu bahan pangan yang banyak dikonsumsi serta memiliki kandungan antioksidan yang tinggi yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan kosmetik untuk kecantikan kulit. Namun, kendala utamanya yaitu ekstrak tomat mudah terdegradasi akibat pengaruh lingkungan. Liposom merupakan sistem pembawa obat yang dapat melindungi zat aktif dari pengaruh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan gel liposom topikal yang mengandung ekstrak etanol buah tomat sebagai antioksidan dengan menggunakan berbagai perbandingan konsentrasi kolesterol dan fosftidilkolin untuk melihat efisiensi penjerapa zat aktif kemudian sediaan diuji kestabilannya selama 4 minggu dalam tiga suhu yang berbeda dan dilakukan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan sediaan dilakukan dengan metode peredaman DPPH. Hasil IC50 ekstrak etanol buah tonat yaitu 46,965 ppm. Pengecilan ukuran partikel dilakukan dengan sonikasi dan ekstrusi bertingkat. Evaluasi yang dilakukan terhadap liposom yaitu pengukuran distribusi ukuran vesikel menggunakan Particle Size Analyzer, pengamatan morfologi bentuk vesikel menggunakan Scanning Electron Microscope, dan uji efisiensi pejerapan liposom. Hasil pengukuran distribusi ukuran vesikel liposom F1, F2, dan F3 secara berturutturut setelah diekstrusi yaitu 249,50; 225,88; dan 208,20 nm. Hasil SEM menunjukkan bahwa vesikel berbentuk sferis. Uji efisiensi penjerapan zat aktif oleh liposom F1, F2, dan F3 secara berturut-turut yaitu 60,48+0,08; 34,99+0,08; dan 22,33+0,0%. Aktivitas antioksidan dalam gel liposom (28,20%) mengalami penuruan yang lebih rendah dibandingkan dengan blanko positif (47,10%) yang tidak mengandung liposom namun mengandung ekstrak. Uji stabilitas selama 4 minggu dan cycling test menunjukan bahwa gel tidak mengalami perubahan organoleptis dan bersifat stabil.

Tomatoes (Solanum lycopersicum L.) are widely consumed as food; they are rich in antioxidants which can be used in cosmetic preparations for skincare products. However, tomato antioxidants are sensitive to the environment and therefore can easily be degraded. Liposomes are a type of drug delivery system which can protect the degradation of active ingredients from the environment such as from heat and light. This research aims to formulate a liposomal gel preparation which contains ethanolic tomato extracts as an antioxidant by formulating liposomes with different molar ratios of cholesterol and phosphatidylcholine. Antioxidant activities of both extract and gel preparation was done by DPPH radical scavenging method. Liposomes were evaluated for particle size distribution using PSA, morphology using SEM image analysis, and its entrapment efficiency. The liposomal gel was then evaluated for its stability for a period of 4 weeks in three different temperatures as well as cycling test. Ethanol extract of tomato fruit had an antioxidant activity of 46,965 ppm. Liposome F1, F2, and F3 had vesicle sizes of 249.50 nm; 225.88nm; and 208.20 nm. The SEM imgae analysis results showed that the liposome had a spherical shape. Entrapment efficiency results of Liposome F1, F2, and F3 were 60.48+0.08; 34.99+0.08; and 22.33+0.0%. Over the period of 4 weeks, antioxidant activity of the liposomal gel (28.20%) experienced a lower decrease than the positive control gel (47.10%). Stability testing of the liposomal gel showed that the gel was stable and did not show organoleptic changes through a period of 4 weeks."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivid Maretha
"Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa buah tomat (Solanum lycopersicum L) memiliki khasiat antioksidan yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas dari sediaan gel ekstrak tomat dan pengujian inhibisinya terhadap tirosinase. Gel merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak digunakan. Gel untuk kosmetik disukai karena tidak mengandung minyak dan cocok untuk tipe kulit berminyak. Mengingat suatu sediaan yang diproduksi dalam jumlah besar akan mengalami berbagai perlakuan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke tangan komsumen, maka dilakukan uji kestabilan fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar (280±20C), suhu tinggi (400±20C), dan suhu rendah (40±20C) dengan parameter pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas. Selain itu dilakukan uji inhibisi tirosinase dengan menggunakan spektrofotometri. Penghambatan aktivitas tirosinase dilakukan untuk mengetahui apakah suatu produk dapat berfungsi sebagai pencerah kulit karena dapat menghambat terbentuknya melanin, zat warna yang bertanggung jawab dalam penggelapan warna kulit. Penghambatan terjadi karena ekstrak tomat berkompetisi dengan L-Dopa pada sisi aktif tirosinase, sehingga diduga bahwa ekstrak tomat menghambat tirosinase. Konsentrasi ekstrak tomat yang digunakan 1%, 5%, 10%, dan 20%. Dari hasil uji stabilitas fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar (280±20C), suhu tinggi (400±20C), dan suhu rendah (40±20C), sediaan gel ekstrak tomat menunjukkan kestabilan pada penyimpanan suhu rendah (40±20C). Dari hasil uji inhibisi tirosinase diketahui bahwa gel ekstrak tomat dapat menghambat tirosinase sebesar 4,04% untuk gel ekstrak tomat 1%; 11,11% untuk gel ekstrak tomat 5%; 16,67% untuk gel ekstrak tomat 10% dan 22% untuk gel ekstrak tomat 20%.

Previous research found that tomato (Solanum lycopersicum L) has a fairly high antioxidant properties. The purpose of this study was to determine the stability of tomato extract gel and testing inhibition of tyrosinase. Gel is one of the pharmaceutical dosage forms which are widely used. Gel for cosmetic preferred because gel contains no oils and suitable for oily skin types. Given a preparation which is produced in large quantities will experience a variety of treatment and requires a fairly long time to get into consumer hands, then performed tests of physical stability on storage for 8 weeks at room temperature (280 ± 20C), high temperature (400 ± 20C) , and low temperature (40 ± 20C) with the observation organoleptic parameters, pH, and viscosity. Besides tyrosinase inhibition test using spectrophotometry. Inhibition of tyrosinase activity conducted to determine whether a product can serve as a lightening skin because gel can inhibit the formation of melanin, the pigment responsible for darkening the skin color. Inhibition occurs because the tomato extract to compete with L-dopa on the active side of tyrosinase, which alleged that tomato extracts inhibit tyrosinase. The concentration of tomato extract used 1%, 5%, 10%, and 20%. From the test results of physical stability on storage for 8 weeks at room temperature (280 ± 20C), high temperature (400 ± 20C), and low temperature (40 ± 20C), tomato extract gel showed stability at low temperature storage (40 ± 20C .) The result of inhibition of tyrosinase is known that tomato extract gel to inhibit tyrosinase by 4.04% to 1% gel tomato extract, 11.11% for the gel tomato extract 5%; 16.67% for the gel tomato extract 10% and 22% for tomato extract 20% gel.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S54641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seffy Aulia Karinawaty
"Biji anggur merah (Vitis vinifera L.) yang berasal dari buah segar anggur merupakan salah satu sumber senyawa bioflavonoid proantosianidin yang memiliki khasiat sebagai antioksidan dengan kekuatan yang lebih besar dari Vitamin C dan Vitamin E. Senyawa ini dapat digunakan untuk mencegah dan meredam reaksi berantai dari radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Ekstrak biji anggur merah diformulasikan menjadi sediaan krim yang dibedakan kadarnya dalam konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan selama 8 minggu pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4°C), suhu kamar, dan suhu tinggi (40+2°C). Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan terhadap keempat krim ekstrak biji anggur. Pengukuran aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai aktivitas antioksidan. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa keempat krim ekstrak biji anggur merah memiliki kestabilan fisik setelah penyimpanan pada suhu kamar, uji mekanik, dan cycling test. Krim ekstrak biji anggur merah 1%, 1,5%, dan 2% memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan, sedangkan krim ekstrak biji anggur merah 0,5% tidak memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan setelah pengujian pada penyimpanan. Krim ekstrak biji anggur merah 0,5% menunjukkan kestabilan fisik terbaik dan krim ekstrak biji anggur merah 2% memiliki aktivitas antioksidan terkuat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Dwi Maulina
"Wortel (Daucus carota L.) memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa antioksidan utama yaitu betakaroten yang merupakan pro vitamin A. Pada penelitian ini, ekstrak wortel diformulasikan menjadi sediaan krim dengan berbagai konsentrasi yaitu 0.5%, 1% dan 2%. Krim diuji kestabilan fisiknya dengan pengamatan organoleptis, penyimpanan krim pada tiga temperatur yang berbeda yaitu suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 0 C, uji mekanik atau sentrifugasi, dan cycling test dalam enam siklus.
Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan Metode Peredaman DPPH. Hasil dari pengamatan terhadap krim wortel 0.5%, 1% dan 2%, ketiga krim memiliki kestabilan fisik yang baik setelah disimpan pada suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 20 C, uji mekanik dan cycling test. Hasil dari pengukuran aktivitas antioksidan adalah krim wortel 2 % memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Aktivitas antioksidan krim wortel sebelum dan sesudah dipapari sinar UV-A mengalami penurunan yang tidak signifikan.

Carrot (Daucus carota L.) has a very high anti-oxidant activity due to its anti¬oxidant compound content, beta caroten, which is a pro vitamin A. In this research, carrot extract was formulated into cream with various concentrations: 0.5%, 1% and 2%. The physical stability of those creams were tested by conducting organoleptic observation toward the creams, putting in three different temperatures which were low temperature 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical or centrifugal test, and cycling test in six cycles.
Antioxidant activity was determined by DPPH radical scavenging method. The stability test results of 0.5%, 1% and 2% carrot creams showed good physical stability after being kept in 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical test and cycling test. The anti-oxidant activity test using DPPH method showed that 2% carrot cream has the highest value of anti-oxidant activity. The value of anti-oxidant activity of carrot creams before and after having UV-A exposure decreased insignificantly.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggriani
"Daun sirih diketahui mengandung banyak polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan kuat sehingga dapat menghambat pembentukan radikal bebas ROS (Reactive Oxygen Species) yang merusak kulit. Ekstrak daun sirih diformulasikan dalam krim dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2%, dan divariasikan dengan penambahan BHT 0,05%, 0,075%, dan 0,1%. Penelitian ini bertujuan menguji stabilitas fisik dan menentukan pengaruh penambahan BHT pada aktivitas antioksidan krim setelah penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar. Kestabilan fisik diuji dengan uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan pada suhu rendah (7+2°C), suhu kamar (27+2°C), dan suhu tinggi (40+2°C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim daun sirih 0,5%, 1%, dan 2% stabil pada penyimpanan suhu rendah dan suhu kamar, sedangkan krim daun sirih 2% tidak stabil pada suhu tinggi. Pada cycling test, krim daun sirih 2% tidak stabil, sedangkan pada uji mekanik ketiga formula krim tidak stabil. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode peredaman DPPH. Hasilnya adalah krim yang diberikan BHT konsentrasi 0,1% bisa menjaga stabilitas antioksidannya selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar. Tetapi, krim yang diberikan BHT konsentrasi 0,05% dan 0,075% belum mampu menjaga stabilitas antioksidannya selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar.

Betle leaf known contained high level of polyphenol, a strong antioxidant which inhibit ROS (Reactive Oxygen Species) formation causing skin damage, was formulated into cream with concentration of 0,5%, 1%, and 2% and varied with BHT concentration of 0,5%, 0,075%, and 0,1%. This research was designed to investigate the physical stability and the influence of BHT addition on the antioxidant activity of cream after 8 weeks storage at room temperature. Physical stability was tested with the centrifugal, cycling test, and storage at low (7+2°C), room (27+2°C), and high temperatures (40+2°C).
The results showed that cream of 0,5%, 1%, and 2% was stable stored at low and room temperature, whereas at high temperature cream 2% did not. On cycling test, cream of 2% was not stable, all creams were not stable on centrifugal test. Measurement of antioxidant activity was done using DPPH radical scavenging method. The results showed that creams given BHT concentration of 0,1% to maintain the stability of antioxidant during 8 weeks of storage at room temperature. However, the creams that given BHT concentration 0,05% and 0,075% have not been able to maintain the stability of the antioxidant during 8 weeks of storage at room temperature.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Natalia
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riszki Saputri
"Berkembangnya teknologi dan meluasnya pemakaian produk herbal dalam pengobatan dan kosmetik mendorong peneliti mencoba memanfaatkan kacang kedelai dalam pembuatan kosmetik untuk krim wajah. Mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar, dan akan mengalami berbagai perlakuan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kestabilan fisik dan kimia krim yang mengandung ekstrak kedelai (Glycine max) selama periode penyimpanan dan kondisi yang telah ditentukan. Pada penelitian kali ini, ekstrak kacang kedelai dibuat menjadi 4 formula dalam sediaan krim pada konsentrasi 2%, 4%, 8%, dan 30%. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan dan penyimpanan selama delapan minggu pada suhu kamar (28US ± 2USC), suhu rendah (4C°±2°C) dan suhu hangat (40C°±2°C), cycling test dan uji mekanik. Pengamatan ini ditunjang pula dengan evaluasi sediaan dan pengamatan lainnya seperti organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, konsistensi, dan diameter globul. Untuk stabilitas kimia sediaan disimpan dalam suhu hangat (40C°±2°C) selama enam minggu dan tiap minggu diukur kadarnya menggunakan kromatografi lapis tipis densitometri dengan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak toluen: dietil eter: asam asetat glasial dengan perbandingan 8: 10: 2 pada panjang gelombang 264 nm. Hasil yang diperoleh untuk formula 1 dan 2 cukup baik secara fisik, formula 3 terjadi perubahan warna pada penyimpanan suhu hangat (40C°±2°C) dan formula 4 memperlihatkan terjadi nya oiling pada ketiga suhu, pada uji cycling test terlihat adanya partikel, dan uji mekanik memperlihatkan adanya pemisahan fase. Untuk uji stabilitas kimia terjadi penurunan kadar pada tiap minggunya. Sehingga dapat disimpulkan formula 1 dan 2 lebih stabil dibandingkan formula 3 dan formula 4 dapat dikatakan tidak stabil secara fisik dan kimia.

Development of technology and the widespread use of herbal products in health and cosmetic productencourage researchers to try using soybeans in the manufacture of cosmetics forface cream. The dosage forms usually produced in large numbers, are experiencing a variety of treatment and requires a long enough time to get the consumers. This study aims to determine the physical and chemical stability of cream containing extract of soybean (Glycine max) during the storage period and conditions that have been determined. In this research, soy bean extract is made into four formulas in the cream at a concentration of 2%, 4%, 8%, and 30%. Physical stability test was done through observation and storage for eight weeks at room temperature (28 0 ± 2 0 C), low temperature (4C 0 ± 2 0 C) and warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C), cycling test and mechanical test. It was supported also by the evaluation of cream and other observations, such as observation of appearance, homogenity, pH, viscosity, consistency, and diameter of droplet. The chemical stability was done by stored in warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C) for six weeks and every week the concentration was measured using thin layer chromatography densitometry with a stationary phase silica gel 60 F254 and the mobile phase toluene: diethyl ether: acetic acid ratio of 8: 10: 2 at a wavelength of 264 nm. The results obtained for the formula 1 and 2 were good physical stability, formula 3 had color changed on the storage of warm temperature (40C 0 ± 2 0 C) and formula 4 shows there was oiling at three temperatures, the test cycling test showed the existence of particles, and mechanical test showed existence of phase separation. The chemical stability test showed decreasing levels at each week. Therefore we can conclude that the formula 1 and 2 is more stable than the formula 3 and formula 4 can be said not physically and chemically stable.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33133
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>