Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Widya Utami
"Latar Belakang: Menopause adalah suatu proses fisiologis yang biasanya terjadi pada dekade ke-5 pada kehidupan perempuan dan menyebabkan berhentinya masa menstruasi secara permanen. Paskamenopause akan datang segera setelah menopause. Sejalan dengan bertambahnya usia, proses penuaan pada perempuan paskamenopause disertai dengan proses degenerasi, antara lain kemunduran metabolisme dan penurunan produksi hormon yang akan berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik dan psikis tetapi juga terhadap kesehatan rongga mulut. Pada saat memasuki masa paskamenopause, perempuan akan mengalami beberapa pengalaman yang berhubungan dengan rongga mulut, seperti osteoporosis, kehilangan gigi geligi, dan akumulasi plak gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paskamenopause terhadap tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kesehatan gigi dan mulut.
Metode: 93 subjek perempuan paskamenopause yang bersedia diwawancara dan mengikuti pemeriksaan klinis, ikut serta dalam penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan oktober 2008. Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara antara lain mengenai jangka waktu semenjak menstruasi terakhir, kesehatan umum, kebersihan gigi dan mulut dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai tingkat akumulasi plak gigi dengan menggunakan Indeks Plak Silness and Löe dan tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan OHI-S dan DMFT. Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Chi- Square (p<0,05).
Hasil: Usia rata-rata dari perempuan paskamenopause adalah 61.30 years (SD ± 7.27, antara 46-82). Terdapat perbedaan bermakna antara lama menopause dengan tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut. (p<0.05). Tingkat akumulasi plak gigi rata-rata adalah 1.27 (SD ± 0.55). DMFT dan OHI-S rata-rata pada perempuan paskamenopause adalah 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17).
Kesimpulan: Tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut yang sedang serta DMFT yang sangat tinggi, maka sangat diperlukan peningkatan kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut pada perempuan paskamenopause.

Background: Menopause is a physiological process which typically occurs in the fifth decade of life in women and involves permanent cessation of menstruation. Once the event of menopause has occurred, a woman is said to be in postmenopause. Increasing age on postmenopausal women has been associated with the degeneration process, such as deterioration of metabolism and the decreased of hormones production that can impacts not only physical and psychology health but also influences oral health. In the postmenopausal era, women appear to experience an increase in a number of oral symptoms, such as osteoporosis, loss of teeth, and dental plaque accumulations. Dental Plaque is one of influenced factors the oral health. Dental plaque cannot be removed only with gargling.
Objective: This study was perfomed to evaluate the effect of postmenopause on dental plaque accumulations status and oral hygiene status.
Material and Methods: A total of 93 postmenopausal women participated in a cross-sectional study on October 2008 who were willing and eligible to have an interview and clinical examinations. Questions in the interview concerned the period of time since study subjects had their last menstrual period, general health, oral hygiene and utilisation of dental health services. Clinical examinations were scored dental plaque accumulations status using Plaque Index Silness and Löe and oral hygiene status were determined with Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) and Decay, Missing, and Filled Teeth (DMFT). The chi-square test was used to evaluate the data (p<0,05).
Results: The mean age of the postmenopausal women was 61.30 years (SD ± 7.27, range 46-82). Strong correlations were found between period of time since study subjects had their last menstrual period with dental plaque accumulations status and oral hygiene status (P<0.05). The average of dental plaque accumulations scores was 1.27 (SD ± 0.55). DMFT and OHI-S scores of postmenopausal women were 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17).
Conclusion: A moderate level of dental plaque accumulation status and oral hygiene status combined with a high level of DMFT, it seems to be a substantial need for increased awareness of oral health on postmenopausal women."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indrayani
"ABSTRAK
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepers kerangka logam rahang bawah, terdapat berbagai macam bentuk konektor mayor yang dapat digunakan, antara lain lingual plate dan cingulum bar.
Lingual plate dan cingulum bar, walaupun bentuknya berbeda, masing-masing mempunyai indikasi pemakaian yang sama. Berdasarkan asumsi bahwa desain gigi tiruan dapat mempengaruhi jumlah akumulasi plak, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efek pemakaian konektor mayor berbentuk lingual plate dan cingulum bar terhadap akumulasi plak di daerah gigi anterior rahang bawah.
Pada penelitian ini digunakan 10 orang subyek penelitian. Masing-masing subyek memakai lingual plate dan cingulum bar selama 24 jam tanpa boleh membersihkan mulutnya (menggosok gigi). Terhadap setiap subyek dilakukan pengujian masing-masing 2 kali untuk Lingual plate dan 2 kali untuk cingulum bar. Kemudian jumlah akumulasi plak di daerah gigi, anterior bawah dinilai menggunakan Indeks Flak Turesky yang merupakan modifikasi darer. Indeks Flak Quigley - Hein.
Setelah dianalisa secara statistik dengan menggunakan Student's t test, diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna dalam jumlah plak yang terakumulasi pada gigi-gigi anterior rahang bawah.
Terbukti bahwa pada pemakaian Lingual plate jumlah plak lebih banyak secara bermakna dibandingkan dengan pada cingulum bar.
Karena itu dapat disarankan untuk membiasakan penggunaan desain cingulum bar pada kasus-kasus gigi tiruan sebagian lepas rahang bawah.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Irene Sukardi
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini hendak membuktikan apakah sensasi perabaan lidah dapat membantu mendeteksi adanya akumulasi plak pada permukaan gigi. Subyek penelitian terdiri dari : 36 wanita dan 24 pria, dan melibatkan 296 gigi indeks yang terdiri dari: 51 gigi indeks dengan skor plak 0; 72 gigi indeks dengan skor plak 1; 80 gigi indeks dengan skor plak 2 dan 93 gigi indeks dengan skor plak 3. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama subyek diminta untuk meraba permukaan gigi indeks dengan lidah, kemudian ditanyakan mengenai kesan perabaannya. Pernyataan subyek tentang sensasi perabaan lidah dicatat pada lembar pemeriksaan. Pada tahap kedua dilakukan pencatatan skor plak dari masing-masing gigi indeks tersebut. Untuk menguji hubungan antara skor plak gigi indeks pada pemeriksaan visual dengan sensasi perabaan lidah terhadap skor plak tersebut digunakan uji "CHI SQUARE". Untuk menguji eratnya derajat hubungan antar variabel tersebut diatas, digunakan uji Signifikansi Koefisien Kontigensi C. Hasil penelitian menunjukkan: ada perbedaan sangat bermakna (α<0,001) antara sensasi perabaan lidah subyek terhadap skor plak (0-1) dengan sensasi perabaan lidah subyek terhadap skor plak (2-3). Korelasi antara skor plak pada pemeriksaan visual dengan sensasi perabaan lidah terhadap skor plak tersebut adalah 0,586 (Koefisien Kontigensi C = 0,586). Berarti ada hubungan timbal balik yang sangat bermakna. Berhubung belum ditemukan publikasi ilmiah mengenai studi peran sensasi perabaan lidah dalam mendeteksi akumulasi plak pada permukaan gigi, maka penelitian ini belum dapat dibandingkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan di masa mendatang.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Christianty
"Latar Belakang: Teh hijau mengandung katekin yang dapat mencegah pembentukan plak gigi. Katekin dalam teh merupakan komponen utama yang dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase sehingga menghambat terbentuknya glukan dari sukrosa yang memberikan daya lekat bagi bakteri saat pembentukan plak gigi dan juga membunuh bakteri penyebab plak gigi.
Tujuan: mengetahui pengaruh minuman teh hijau seduh konsentrasi 50% dan 25% dalam menghambat pembentukan plak gigi.
Metode: Dilakukan usaha pembersihan plak gigi awal dengan penyikatan gigi dan flossing, kemudian diberikan tiga macam perlakuan, yakni berkumur dengan air putih, larutan teh hijau seduh 50%, dan 25% pada 39 orang mahasiswa FKG UI angkatan 2005-2008 pada bulan September sampai dengan Oktober 2008. Antara ketiga perlakuan terdapat jeda waktu satu minggu. Kemudian subyek diperkenankan untuk makan dengan menu dan porsi yang sama, lalu setelah lima jam dilakukan pemeriksaan indeks plak menggunakan indeks plak Loe dan Sillness yang dimodifikasi pada enam permukaan gigi 16, 21, 24 (25), 36, 41, 44 (45). Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Friedman yang dilanjutkan dengan uji post hoc Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Uji Friedman memperlihatkan adanya paling sedikit dua perlakuan yang berbeda bermakna antara perlakuan air putih, teh 50%, dan teh 25% pada permukaan distopalatal/distolingual, palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual. Uji Wilcoxon memperlihatkan adanya perbedaan bermakna antara perlakuan dengan air putih dan teh 50% pada hampir semua permukaan kecuali permukaan siobukal/mesiolingual, serta antara air putih dan teh 25% pada permukaan palatal/lingual dan mesiopalatal/mesiolingual.
Kesimpulan: Teh hijau seduh merk Kepala Djenggot (KD) dengan konsentrasi 50% dan 25% lebih efektif dalam mengurangi pembentukan plak gigi secara klinis bila dibandingkan dengan air putih, dengan keefektifan tertinggi terdapat pada larutan teh hijau seduh konsentrasi 50% pada keenam permukaan gigi, sehingga berkumur dengan larutan teh hijau seduh dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengontrol plak gigi.

Background: Green tea contains catechin which can prevent dental plaque formation. Catechin in tea is a primary component which can inhibit enzyme glucosyltransferase?s activity so it can inhibit glucan formation from sucrose which gives adhesive ability to bacteria in dental plaque formation and also kills bacteria causing dental plaque.
Objectives: To study the influence of 50% and 25% steeped green tea solution concentration in inhibiting dental plaque formation.
Method: Initial dental plaque cleansing is performed by brushing teeth and flossing, and then three treatments, which is rinsing with water, 50% and 25% steeped green tea solution concentration are given to 39 people of University of Indonesia Faculty of Dentistry year 2005-2008 on September to October 2008. Between the three treatments, there is a week period apart. Then the subject can eat with the same menu and portion, and then after five hours plaque index is examined using modified Loe and Sillness plaque index on six dental surface of 16, 21, 24 (25), 36, 41, 44 (45). Study result?s data are evaluated by statistic evaluation Friedman, continued with post hoc test Wilcoxon (p<0,005).
Result: Friedman test shows there are at least two treatments that are significantly different between water, 50% and 25% steeped green tea solution concentration treatment on distopalatal/distolingual, palatal/lingual, and mesiopalatal/mesiolingual surface. Wilcoxon test shows there is significant difference between water and 50% steeped green tea solution concentration treatment on almost all surface, except mesiobuccal/mesiolabial surface, also between water and 25% steeped green tea solution concentration treatment on palatal/lingual and mesiopalatal/mesiolingual surface.
Conclusion: Green tea Kepala Djenggot (KD) brand with 50% and 25% concentration are clinically more effective in inhibiting dental plaque formation compare to water, with the highest effectiveness is in 50% steeped green tea solution concentration on six dental surfaces, therefore rinsing with steeped green tea solution is able to be used as one of the dental plaque control alternatives."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kusuma Latief
"Latar Belakang: Salah satu kandungan teh hijau yang paling bermanfaat adalah polifenol. Polifenol dikatakan mampu mencegah pembentukan plak gigi dengan menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase bakteri dan membunuh bakteri penyebab plak gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur. Tujuan: Mengetahui dan membandingkan pengaruh efektivitas berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 25% dalam menghambat pembentukan plak gigi pada beberapa bagian permukaan gigi.
Metoda: Subyek penelitian berjumlah 39 orang mahasiswa FKG UI angkatan 2005-2008 yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menandatangani informed consent penelitian. Masing-masing subyek kemudian diperiksa indeks plak giginya setelah sebelumnya subyek diberi perlakuan berkumur dengan larutan teh hijau seduh 100% atau 50%, kemudian makan nasi goreng dengan porsi yang sama, dilanjutkan dengan tidak makan selama lima jam. Di antara setiap perlakuan diberlakukan periode wash out selama + satu minggu. Indeks plak gigi diukur dengan menggunakan Indeks Plak Löe and Sillness yang dimodifikasi. Data hasil penelitian dievaluasi dengan uji statistik Friedman (p<0,05) dilanjutkan dengan uji post hoc Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Terjadi perbedaan bermakna pada skor plak gigi antara perlakuan berkumur dengan air putih dan dengan larutan teh hijau konsentrasi 100% di permukaan distobukal/distolabial, bukal/labial, mesiobukal/mesiolabial, palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual; serta antara perlakuan berkumur dengan air putih dan dengan larutan teh hijau konsentrasi 25% di permukaan palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual (p<0,05).
Kesimpulan: Berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% ataupun 25% dapat membantu menghambat pembentukan plak gigi dengan keefektifan yang lebih tinggi pada konsentrasi 100%, sehingga berkumur teh hijau seduh dapat digunakan sebagai salah satu cara mengontrol plak gigi.

Background: One of the most important content of green tea is polyphenol. Polyphenol is said to be able to inhibit dental plaque formation by inhibiting the bacteria?s glucosyltransferase enzyme and killing dental plaque bacteria. Dental plaque is one of factors influencing oral health. Dental plaque can not be removed by rinsing only.
Objective: To know and compare the effectiveness between rinsing with 100% and 25% steeped green tea solution concentrations in clinically inhibiting dental plaque formation on some dental surfaces.
Method: The research subjects are 39 FKG UI students year 2005-2008 who fulfill the inclusion criterias and are willing to sign the research informed consent. Dental plaque index of every subject is checked after rinsing with 100% or 25% steeped green tea solution concentration treatment and eating fried rice in the same portion and then not eating for five hours. Between each treatment, wash out period of approximately one week is applied. Dental plaque index is measured with modified Löe and Sillness Plaque Index. Research data results are evaluated with Friedman statistic test (p<0,05) and continued with Wilcoxon post hoc test (p<0,05).
Results: There is significant differences in dental plaque scores between rinsing with water and 100% steeped green tea solution concentration treatment on distobuccal/distolabial, buccal/labial, esiobuccal/mesiolabial, palatal/lingual, and mesiopalatal/mesiolingual surfaces; and between rinsing with water and 25% steeped green tea solution concentration treatment on palatal/lingual and mesiopalatal/mesiolingual surfaces (p<0,05).
Conclusion: Rinsing with 100% or 25% steeped green tea solution concentration is able to help inhibiting dental plaque formation, 100% concentration has higher effectiveness; so rinsing with steeped green tea solution can be used as a way for controlling dental plaque."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Florensia Wiria
"ABSTRAK
Latar Belakang: Teh hijau merupakan salah satu jenis minuman yang populer di masyarakat setelah air karena rasanya enak, murah, mudah dibuat, dan banyak manfaatnya. Salah satu manfaat teh hijau adalah untuk kesehatan gigi, yaitu dapat mengurangi pembentukan plak gigi. Pada teh hijau, terdapat katekin yang merupakan komponen utama yang dapat menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dan membunuh bakteri penyebab plak gigi.
Tujuan: untuk mengetahui efektivitas berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 50% dalam mengurangi pembentukan plak gigi secara klinis.
Metoda: Penelitian eksperimental klinis dengan subjek penelitian 39 orang yang diberi tiga perlakuan berbeda, yaitu berkumur dengan air putih, larutan teh hijau seduh 100% dan 50%. Setelah menyikat gigi, subjek diperiksa indeks plaknya lalu berkumur dan makan. Setelah lima jam, dilakukan pemeriksaan index plak secara Silness and Loe yang dimodifikasi. Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, teh 100% efektif mengurangi pembentukan plak gigi hampir di seluruh permukaan gigi kecuali pada bagian distopalatal/ distolingual. Sedangkan teh 50% efektif mengurangi pembentukan plak gigi hampir di seluruh permukaan gigi kecuali pada bagian bukal/ labial dan mesiobukal/ mesiolabial.
Kesimpulan: Teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 50% sama-sama dapat mengurangi pembentukan plak gigi bila dibandingkan dengan air putih.

ABSTRACT
Background: Green tea is a popular beverages in addition to plain water because of its taste, affordable price, easily to be consumed, and consist lots of advantages. One of the benefits is related to dental health which means is able to diminish the dental plaque accumulation. Green tea made-up of catechine which is the major component that can hinder the activity of glicosiletransferase enzyme and able to eradicate the bacteria that produces dental plaque.
Objective:To assess the effectiveness of rinsing with 100% and 50% steeped green tea solution concentrations in diminishing dental plaque accumulation clinically.
Method: Clinical experimental research with research subjects of 39 persons gone through three different schemes, that is rinsing with plain water, with 100% concentrated tea solution, and 50%. After brushing teeth, the plaque index of each subject is monitored then they have to rinse and eat. After five hours, dental plaque index was evaluated by adopting modified Silness and Loe Plaque Index. The experiment?s result was evaluated by Wilcoxon (p<0,05) statistical measure.
Result: Based on Wilcoxon measure, 100% tea effective to reduce the dental plaque formation in almost every teeth surfaces except at the distopalatal/distolingual portion. While 50% tea effective to reduce the dental plaque accumulation in nearly all teeth surfaces excluding bukal/labial and mesiobukal/mesiolabial surface.
Conclusion: Steeped green tea with concentration of 100% and 50% are both able to diminish dental plaque formation clinically compare to plain water.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Melati
"Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan yang ditandai dengan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Tahap paskamenopause terjadi segera setelah tahap menopause selesai. Paskamenopause rata-rata terjadi pada perempuan berusia 50 tahun keatas. Seiring bertambahnya usia, terjadi kemunduran pada kondisi fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalankan prosedur pembersihan mulut yang maksimal. Prosedur pembersihan mulut dapat mempengaruhi pembentukan plak serta kalkulus gigi. Kalkulus gigi merupakan deposit keras hasil kalsifikasi plak gigi yang melekat erat pada permukaan mahkota klinis gigi asli, gigi tiruan, atau alat-alat yang dipakai dalam mulut lainnya.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara kalkulus gigi dengan perempuan paskamenopause.
Metode: Penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Dilakukan wawancara mengenai riwayat menstruasi terakhir, serta pemeriksaan klinis menggunakan indeks kalkulus modifikasi Ramfjord dengan cara memeriksa jumlah deposit kalkulus pada 2 permukaan bukal dan lingual atau palatal dari gigi 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, dan 46 menggunakan kaca mulut serta dental explorer dan/atau periodontal probe pada 105 orang perempuan paskamenopause pada Bulan Oktober 2008 di Wilayah Bekasi.
Hasil: Didapatkan 93 orang yang melengkapi seluruh data. Usia berkisar 46-82 tahun (usia rata-rata 61.3, SD ± 7.3). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara lama menopause dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan dengan tingkat kebersihan rongga mulut.
Kesimpulan: Lama menopause berhubungan dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan tingkat kebersihan rongga mulut pada perempuan paskamenopause.

Background: Menopause is one part of the natural cycle of a female's reproductive life, confirmed when a women has no menstrual period for 12 consecutive months. Menopause is always followed by postmenopause. Postmenopause generally occurs at the ages 50 years and above. As the aging, there are certain physiological changes which can affect in doing a maximal oral hygiene practices. A good oral hygiene practice can undermine the process of dental plaque and dental calculus formation. Dental calculus, which is mineralized bacterial plaque, is hard, tenacious mass that forms on the clinical crowns of the natural teeth, on dentures, and other dental protheses.
Aim: To study the crosssectional relationship between dental calculus and postmenopausal women.
Method: This study is a analitic-descriptive study using the cross-sectional study method. Years since the last menstrual period were obtained from 105 subjects of postmenopausal women at Bekasi area on October 2008. Clinical examination of dental calculus was studied using Calculus Index (Ramfjord Modification) to check the amount of calculus deposits at buccal and lingual or palatal surfaces of 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, and 46 using a mirror and dental explorer or periodontal probe.
Results: Of the total subjects, 93 were useful for analysis. Age range between 46 and 82 years (mean age 61.3, SD ± 7.3). A strong positive correlations (p<0,05) were found between cross-sectional measurements of dental calculus and years since the last menstrual period. Another strong positive correlations (p<0,05) were also found between cross-sectional measurements of oral hygiene status and years since the last menstrual period.
Conclusion: Years since last menstrual period correlated with accumulated level of dental calculus and oral hygiene status on postmenopausal women."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Claritasha Adienda
"Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013 lebih dari seperempat penduduk Indonesia (25,9%) mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi sebagai masalah yang memiliki prevalensi tertinggi di angka 53,2%. Salah satu penyebabnya adalah plak gigi, yang dapat dihilangkan dengan perilaku menyikat gigi. Waktu menyikat gigi yang selama ini dianjurkan adalah setelah sarapan dan sebelum tidur. Namun, ditemukan kerugian dan ketidak efektifan dari waktu menyikat gigi tersebut, sehingga dibutuhkan waktu menyikat gigi lain yang dapat menghilangkan plak secara efektif. Tujuan: Mengetahui perbedaan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap derajat keasaman (pH) plak gigi sebagai faktor risiko karies. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Before-After Randomized Crossover Trial. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa/i FKG UI dengan rentang umur 19-22 tahun yang dipilih melalui metode purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pH plak pada perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan. Perlakuan dilakukan sekali seminggu selama 2 minggu, dengan empat kali pengambilan data setiap perlakuannya, yaitu T0 (sebelum dilakukan perlakuan apapun/baseline), T1 (setelah makan/ setelah sikat gigi sebelum makan), T2 (setelah makan/ setelah sikat gigi setelah makan), dan T3 (setelah 6 jam). Subjek diambil sampel derajat keasaman (pH) plaknya menggunakan digital pH meter Horiba LAQUAtwin. Sample plak diambil di gigi 11-21 dengan menggunakan sample sheet sekali pakai. Hasil: Kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan rata-rata pH plak setelah makan dan setelah enam jam paska perlakuan terakhir, serta mengalami kenaikan rata-rata pH plak setelah sikat gigi. Pada kelompok perilaku menyikat gigi sebelum makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan adalah 7,32 dan turun menjadi 7,27 setelah 6 jam. Sedangkan pada kelompok perilaku menyikat gigi setelah makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan yaitu 7,49 turun menjadi 7,41 setelah 6 jam. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap pH plak.

Background: According to the 2013 Basic Health Research, more than a quarter of Indonesia's population (25.9%) have dental and oral health problems, of which the highest prevalence is held by dental caries at the rate of 53,2%. One of the causes of caries is dental plaque which can be removed by tooth brushing. Most recommended time for tooth brushing is twice a day, after breakfast and before going to bed. However, the ineffectiveness of those brushing time is found. Therefore, the effective time to tooth brushing is needed. Objective: To determine the effect of before-eating tooth and after-eating tooth brushing on the hydrogen-ion concentration (pH) of dental plaque as caries risk factor. Methods: This study used the Before-After Randomized Crossover Trial approach. The research subjects were 20 FKG UI students with an age range of 19-22 years selected through a purposive sampling method. The study was conducted by comparing the pH of plaque to the treatment of tooth brushing before and after eating. The treatment is done once a week for 2 weeks, with four times data collections, there are T0 (before any treatment / baseline), T1 (after eating / after brushing before eating), T2 (after eating / after brushing after eating) , and T3 (after 6 hours). The subjects would be sampled the acidity degree (pH) of dental plaque using a digital pH meter called Horiba LAQUAtwin. Plaque samples were taken in teeth 11-21 using a disposable sheet sample. Results: Both groups experienced a decrease in the average pH of plaque after meals and after six hours, and experienced an increase in the average pH of plaque after brushing. In the group tooth brushing before eating the average pH of dental plaque at the beginning of the examination, which was 7.32, dropped to 7.27 after 6 hours. While in the group of brushing behavior after eating the average pH of plaque at the beginning of the examination, which was 7.49, dropped to 7.41 after 6 hours. Conclusion: There was no significant difference between the treatment of tooth brushing before and after eating to the pH of plaque."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maximilianus Felix Cipta
"ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu spesies bakteri pemicu penyakit periodontal adalah Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Pengambilan sampel mikrobiologi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu absorption menggunakan paper point dan kerokan menggunakan kuret. Metode: Subjek penelitian terdiri dari 5 orang pasien periodontitis dengan 20 sampel mikrobiologi. Kuantitas T. lecithinolyticum dan korelasinya dengan parameter klinis (kedalaman poket, kehilangan perlekatan, pendarahan papila), masing-masing dianalisis dengan menggunakan qPCR, uji T-test independent, uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil: Kedua metode masing-masing menunjukan adanya korelasi positif antara kuantitas T. lechitinolyticum dan kedalaman poket maupun dengan kehilangan perlekatan, namun kedua metode menunjukan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kuantitas bakteri dan pendarahan papila. Kesimpulan: Kedua metode pengambilan sampel menunjukan efektifitas yang sama, namun terdapat perbedaan korelasi antara kuantitas T. lechitinolyticum dengan keparahan periodontitis berdasarkan metode pengambilan sampel mikrobiologi.

ABSTRACT
Background: One species of bacteria that triggers periodontal disease is Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Microbiological sampling can be done in two methods, namely absorption using paper points and scrapings using curettes. Aim: To analyze the relationship between T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis through two methods of taking subgingiva dental plaque. Methods: The research subjects consisted of 5 periodontitis patients with 20 microbiological sampels. Quantity of T. lecithinolyticum and its correlation with clinical parameters (pocket depth, loss of attachment, papillary bleeding), each analyzed using qPCR, independent T-test, Spearman and Pearsons correlation test. Result: Both methods showed a positive correlaton between the quantity of T. lecithinolyticum and pocket depth also loss of attachment, but the two methods showed no significant correlation between the quantity of bacteria and papillary bleeding. Conclusion: Both sampling methods showed the same effectiveness, but there were differences in the correlation between the quantity of T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis based on the microbiological sampling method.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RA Farradila RPI
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau terhadap pH plak gigi. Subjek diberi pasta gigi tanpa dan dengan ekstrak teh hijau secara crossover. Pengukuran pH plak dilakukan sebelum dan 30 menit sesudah pemberian pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau sampai dengan 15%. Hasil menunjukkan bahwa pemberian pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau 5, 10, atau 15% meningkatkan pH plak secara bermakna (p < 0,05), namun nilai ini tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pemberian pasta gigi tanpa ekstrak teh hijau. Disimpulkan bahwa pasta gigi mengandung ekstrak teh hijau 5% sudah dapat meningkatkan pH plak secara bermakna.

The aim of this study was to analyze the effect of toothpaste containing green tea extract on dental plaque pH. Subjects were given toothpastes without and with green tea extract using a crossover design. Plaque pH measurements were made before and 30 minutes after the application of toothpastes with green tea extract concentration up to 15%. Results showed that application of toothpaste containing 5, 10, or 15% green tea extract has increased plaque pH significantly (p < 0,05), however, the values were not significantly different compared to those after application of toothpaste without green tea extract. In conclusion, toothpaste with 5% green tea extract has already increased plaque pH, significantly."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>