Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182694 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ihtiar Nur
"Skripsi ini menguji coba penerapan video streaming dengan menggunakan aplikasi VideoLAN Client (VLC) dan Helix Streaming Server pada jaringan testbed. Konfigurasi topologi jaringan yang diterapkan adalah jaringan Ipv6, jaringan IPv4, jaringan menggunakan metode tunneling 6to4. Jaringan lokal yang digunakan menggunakan perangkat dua buah mobile computer, router cisco 3800 dan 3700 series, dan sebuah layer 2 switch. Parameter ukur yang diamati dibatasi pada variabel yang mempengaruhi kualitas video streaming seperti bit rate dan frame rate.
Uji coba VLC dilakukan dengan melakukan streaming file berformat .mpg dan .mp4 yang masing-masing berdurasi 60 detik. Streaming dilakukan 10 kali untuk masing-masing file pada tiap konfigurasi jaringan. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa terjadi penurunan bit rate pada sisi client jika dibandingkan dengan bit rate asli pada server. Penurunan bit rate di mana VLC berperan sebagai server adalah sebagai berikut: jaringan IPv4 (11.5%), jaringan IPv6 (9.98%), dan jaringan tunneling 6to4 (11.43%). Sementara frame rate file asli dan hasil streaming tidak mingindikasikan adanya penurunan di mana aslinya memiliki frame rate 29.97 fps dan hasil streaming rata-rata memiliki frame rate 30 fps.
Sementara streaming dengan menggunakan Helix Streaming Server dan Real Player pada client dengan file-file berformat .mp4 dan .rm yang divariasikan besar bit rate dan frame rate-nya. Hasilnya adalah tetap terjadi penurunan bit rate sebesar untuk file .rm (0.29 %) untuk tiap topologi, namun bit rate tetap stabil untuk file .mp4. Sementara untuk frame rate terjadi penurunan pada hasil streaming sebagai berikut: jaringan IPv4 (3%), jaringan IPv6 (4%), dan jaringan tunneling 6to4 (4%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40581
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Prayitno
"Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa dan membandingkan kualitas jaringan IPv4 murni, IPv6 murni, IPv6 dengan Tunneling 6to4 dan ISATAP, khususnya untuk aplikasi video streaming. Analisa didasarkan pada pengaruh bit rate terhadap delay dan packet loss dari video streaming. Rancangan jaringan lokal terdiri dari 2 buah mobile computer yang berfungsi sebagai client dan server dengan platform Windows XP, serta 2 buah Router Cisco 2600 Series sebagai intermediate device. Aplikasi yang akan diimplementasikan pada jaringan lokal adalah aplikasi VideoLAN Client pada sisi client dan server.
Pengujian dilakukan dengan melakukan streaming file berformat .mpg berdurasi 29 detik, berukuran 9285 KB dan frame rate 23,98 fps. Video streaming dilakukan sebanyak 10 kali dengan pengaturan bit rate yang bervariasi untuk video dan audio. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tunneling 6to4 dan ISATAP mempunyai delay lebih besar dibanding IPv4 dan lebih kecil dibanding IPv6, serta mempunyai packet loss lebih kecil dibanding IPv4 dan lebih besar dibanding IPv6. Tunneling ISATAP mempunyai keunggulan dibanding dengan tunneling 6to4 dimana delay pada ISATAP sebesar 0.9149-0.9523 detik dan 6to4 sebesar 0.9276-0.9549 detik, sedangkan persentase packet loss pada ISATAP sebesar 0.08-0.16% dan 6to4 sebesar 0.11-0.18%.

This thesis is purposed to analyze and compare the quality of network on IPv4, IPv6, IPv6 with 6to4 and ISATAP tunneling, especially for video streaming application. Analysis is focused on bit rate influence for delay and packet loss on video streaming. The local network design included 2 mobile computers as client and server with Windows XP platform, and also 2 Router Cisco 2600 Series as intermediate device. The application that implemented is VideoLAN Client at client and server.
The test is done by streaming the .mpg format file with 29 seconds duration, sized 9285 KB, and frame rate 23,98 fps. Video streaming is done 10 times with variation of bit rate for video and audio. The examination result indicate that 6to4 and ISATAP have delay more higher than IPv4 and less than IPV6. And also have packet loss less than IPv4 and more than IPv6. ISATAP tunneling more excellence rather than 6to4 tunneling which delay ISATAP equal to 0.9149-0.9523 seconds and delay 6to4 0.9276-0.9549 seconds. Meanwhile the ISATAP packet loss equal to 0.08-0.16% and 6to4 packet loss 0.11-0.18%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Prawirayudha
"Skripsi ini membandingkan performa dari jaringan automatic 6to4 tunneling dengan jaringan manually configured IPv6 tunneling. Uji coba dilakukan pada jaringan lokal dengan menggunakan empat macam topologi jaringan, jaringan IPv4, jaringanIPv6, jaringan automatic 6to4 tunneling dan jaringan manually configured IPv6 tunneling. Aplikasi yang digunakan berupa aplikasi video streaming yaitu VLC dan HELIX streaming server. Uji coba dilakukan dengan menggunakan dua buah laptop, router cisco 3700 dan 3800 series, serta sebuah layer-2 switch. Parameter yang diukur adalah packet loss dan throughput. Variasi dalam pengambilan data dilakukan dengan menggunakan file video dengan format yang berbeda-beda. Tiap format video dilakukan pengambilan data sebanyak lima kali tiap topologi jaringan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jaringan manually configured IPv6 tunneling memiliki performa yang lebih bagus dibandingkan jaringan automatic 6to4 tunneling yang ditunjukkan dengan lebih kecilnya presentase packet loss yang dihasilkannya. Selisih presentase packet loss sebesar 0,38% pada streaming menggunakan VLC dan 1,3% pada streaming menggunakan HELIX.

This thesis compares performances of automatic 6to4 tunneling network and manually configured IPv6 tunneling network. Testing is done on a local network by using four kinds of network topology; they are IPv4 network, IPv6 network, automatic 6to4 tunneling network and manually configured IPv6 tunneling network. Testing uses two video streaming applications, they are VLC and HELIX streaming server. The local network uses two laptops, 3800 and 3700 series Cisco routers, and a layer-2 switch. The parameters are packet loss and throughput. Variation is done by using videos in different formats. The data are collected five times each video format on each topology. The result of data processing show that manually configured IPv6 tunneling network has better performance compared with automatic 6to4 tunneling network because it has lower packet loss percentage. The packet loss difference is about 3,8% in streaming using VLC and 1,3% in streaming using HELIX."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51032
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vikram
"Terjadinya perkembangan pemakaian internet secara cepat telah menyebabkan protokol IPv4 tidak dapat lagi menampung user yang ada. Untuk mengatasi masalah keterbatasan alamat pada IPv4, maka dibuatlah Internet Protocol versi baru (IPng atau IPv6). Namun untuk penerapannya masih diperlukan waktu dan metode transisi dari IPv4 ke IPv6 tanpa mengganggu jaringan IPv4. Contoh metode transisi yang dikenal adalah 6to4, 6over4, ISATAP, dan DSTM.
Dalam skripsi ini akan diuji metode tunneling ISATAP dan 6to4. Untuk menguji performansi dari kedua metode tersebut dilakukan uji coba dengan menggunakan aplikasi video streaming. Sarana pengujian menggunakan jaringan test bed yang dibangun dari lima buah PC yang mengambil tempat di Lab Digital FT-UI.
Dalam pengujian akan dianalisa beberapa parameter untuk mengetahui unjuk kerjanya, diantaranya throughput, jumlah packet loss dan latency. Pada pengujian akan dilakukan perbandingan kinerja dari konfigurasi IPv4 murni, IPv6 murni, dengan metode tunneling ISATAP dan 6to4.
Dari hasil uji coba yang dilakukan didapatkan bahwa metode tunneling 6to4 dan ISATAP tidak mengurangi kemampuan jaringan dalam aplikasi video streaming. Dibandingkan dengan IPv4, metode tunneling ini mampu meningkatkan throughput sekitar 0.013% (6to4) dan 0.007% (ISATAP), serta dapat mengurangi packet loss sekitar 47.9% (6to4) dan 6.84% (ISATAP). Perbedaan latency yang terjadi hanya berbeda sekitar 0.73% (6to4) dan 0.045% (ISATAP) terhadap jaringan IPv4.
Sementara itu, pada topologi IPv6 murni didapatkan hasil kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode tunneling, dimana IPv6 mampu meningkatkan throughput sekitar 0.0723%, mengurangi packet loss sekitar 73.76%, dengan perbedaan latency sekitar 0.7% (dengan 6to4) dan 1.52% (dengan ISATAP)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Afianto
"Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa dan membandingkan kualitas jaringan IPv4 murni, IPv6 murni dan tunneling 6to4 pada jaringan dengan media wired dan wireless untuk aplikasi video streaming. Dari data yang diperoleh dan dianalisa menunjukan bahwa delay yang terbaik adalah pada kondisi bit rate 256/64 kbps, pada jaringan IPv4, dengan media wireless, dan format file MP4 dengan delay 0,213 detik atau 16,14% lebih rendah dari delay pada streaming file AVI dengan kondisi bit rate 512/128 kbps, jaringan IPv4 dan dengan media wireless yang bernilai 0,254 detik. Pada parameter packet loss secara keseluruhan kedua tipe media (wired dan wireless) memiliki bagian dimana packet loss bernilai 0 namun karena pertimbangkan fleksibilitas koneksi wireless maka yang terbaik adalah packet loss pada bit rate 512/128 kbps, jaringan IPv4 dengan media wireless, serta dengan format file streaming menggunakan format AVI.

This thesis aims to analyze and compare the quality of IPv4, IPv6 and 6to4 tunneling on a network with wired and wireless media for streaming video applications. From the data obtained and analyzed showed that the best delay is the bit rate condition at 256/64 kbps, IPv4 networks, wireless media, MP4 file format that is worth 0.213 seconds or 16.14% lower than the bit rate conditions at 512/128 kbps, IPv4 network and the wireless media that is worth 0.254 seconds. Packet loss on the overall parameters of both types of media (wired and wireless) has a section where the packet loss is worth 0, but due to consider the flexibility of a wireless connection then the best bit rate is 512/128, with a wireless media, IPv4 networks, as well as a streaming file format using AVI format."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51343
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dani Arisandy
"Dalam penerapan IPv6 diperlukan suatu metode transisi agar tidak mengganggu kinerja jaringan yang saat ini masih menggunakan IPv4. Contoh metode transisi yang dikenal ialah metode dual stack, metode tunneling dan metode transalasi, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6 berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPv4.
Dalam skripsi ini akan diuji metode Dual IP Stack dan metode ISATAP. Untuk menguji kinerja dari metode-metode ini, khususnya di dalam aplikasi video streaming, digunakan jaringan test bed yang dibangun dari empat buah PC. Parameter yang diamati di sini ialah throughput, jumlah paket yang dikirim dan latency. Di dalam uji coba ini akan dibandingkan kinerja dari konfigurasi IPv4 murni, IPv6 murni, metode Dual IP Stack dan metode tunneling ISATAP, khususnya di dalam aplikasi video streaming. Uji coba dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap file yang dikirimkan, sehingga terdapat 160 buah data untuk 4 buah file dan 4 konfigurasi jaringan yang diujicobakan.
Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa metode Dual IP Stack dan ISATAP tidak mengurangi kemampuan jaringan dalam aplikasi video streaming. Dibandingkan dengan IPv4, metode Dual IP Stack mampu meningkatkan throughput _ 1,45 % dan memiliki latency yang lebih baik sebesar _ 0,005 %. Sementara itu, metode ISATAP mampu meningkatkan throughput _ 11,93 % dan mengurangi latency sebesar _ 0,003 %. Namun, di lain pihak metode ISATAP menambah jumlah data yang dikirimkan sebesar _ 11,25 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Dimas Hardo Trihatmoko
"ABSTRAK
Jaringan Mobile IPv6 merupakan jaringan yang mampu memberikan kemudahan akses kepada pengguna dalam melakukan perpindahan dari suatu jaringan ke jaringan lainnya. Hal ini dikarenakan mendukung perpindahan mobile node dari titik akses satu ke titik akses lain. Dua buah skenario diimplementasikan untuk mengetahui kinerja dari jaringan Mobile IPv6. Parameter QoS untuk pengukuran adalah throughput, delay dan packet loss. Aplikasi yang diukur adalah Video
Streaming, dimana kualitas dari video streaming juga diukur menggunakan parameter bit rate dan frame rate. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa parameter packet loss mengalami peningkatan ketika mobile node melakukan perpindahan, dari home network ke foreign network, dibandingkan ketika mobile node berada di home network. Besar packet loss mencapai 20,340%.

ABSTRACT
Mobile IPv6 is a network of networks that can provide easy access to the user in making the transition from one network to another. This is because the mobile node supports the transfer of a single access point to another access point. To determine the performance of Mobile IPv6 network, can use some QoS parameters such as throughput, delay and packet loss. Applications that are measured Video Streaming, where the quality of video streaming is also measured using the parameter bit rate and frame rate. That the results of measurements of packet loss parameters increased when the mobile node to move, from the home
network to foreign network, compared to when the mobile node in home network. Large packet loss reached 20.340%"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42645
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
James Daniel Efraim
"Pada Mobile IPv6 terdapat 2 metode Handover yaitu: Bidirectional Tunneling dan Route Optimization. Untuk mengetahui perbedaannya akan dilakukan analisa performansinya yang dilakukan dalam empat skenario. Parameter performansi yang diukur yaitu: packetloss, Throughput dan Delay, menggunakan aplikasi Video Streaming. Dari percobaan akan didapatkan bahwa lebih efisien apabila menggunakan Route Optimization. Hal ini dibuktikan bahwa pada Route Optimization setelah diukur mendapatkan data Throughput dari video .FLV yang lebih cepat 1.7% proses pengirimannya. Hal ini disebabkan karena Route Optimization memiliki keuntungan dalam memilih jalan terpendek dan tidak harus melewati Home Agent lagi.

In Mobile IPv6, there are 2 methods in the Handover process, Bidirectional Tunneling and Route Optimization. To find the difference will be done performance analysis. This performance analysis will be done with 4 scenario. Performance parameters used are: Packet-loss, Throughput and Delay. Application that will be used is Streaming. From the result will show that Route Optimization is more. This statement has been proved by measuring Video Streaming a .FLV video Throughput using Route Optimization is faster 1.7% because Route Optimization have an advantage to chose the shortest way and it didn?t have to pass the Home Agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42077
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Sebelum dilakukan pengimplementasian IPv6 secara penuh di dunia, diperlukan suatu metode transisi agar kinerja jaringan yang saat ini masih menggunakan IPv4 tidak terganggu. Contoh metode transisi yang dikenal ialah tunneling 60ver4 dan 6to4, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6 berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPv4. Untuk menguji kinerja dari metode tunneling 60ver4 dan 6to4 ini, khususnya didalam aplikasi video streaming, digunakan jaringan test bed yang dibangun dari lima buah PC. Parameter yang diamati di sini ialah throughput, jumlah packet loss dan latency. Di dalam penelitian ini akan dibandingkan kinerja dari kofiguransi IPv4 murni, IPv6 murni, dengan metode tunneling 60ver4 dan 6to4, khususnya di dalam aplikasi video streaming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tunneling 60ver4 dan 6to4 tidak mengurnagi kemampuan jaringan dalam aplikasi video streaming. Di bandingkan dengan IPv4, metode tunneling ini mampu meningkatkan throughput kurang lebih 1,47 %, mengurangi packet loss kurang lebih 2,782 % (60ver4) dan kurang lebih 0,746 % (6to4), serta memiliki latency yang hanya berbeda kurang lebih 0,052 % (60ver4) dan 0,268 % (6to4). Sementara itu, penggunaan IPv6 secara penuh justru mempunyai kinerja yang lebih dibandingkan dengan metode tunneling, dimana IPv6 mampu meningkatkan throughput kurang lebih 0,015 %, mengurangi packet loss kurang lebih 50,7 %, dengan latency yang hanya berbeda kurang lebih 0,109 % (dengan 60ver4) dan kurang lebih 0,383 % (dengan 6to4)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>