Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nurbayani Tauchid
"Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah interaksi antara host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak), substrat (karbohidrat) dan waktu. Faktor lain yang turut berkontribusi diantaranya adalah perilaku yang berhubungan dengan kesebatan gigi yaitu kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan gigi. Perilaku kesehatan gigi merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Survei kesehatan gigi dan mulut murid SDN di Kota Tangerang tahun 2006 menunjukkan prevalensi karies gigi murid SD di Kecamatan Cibodas sebessr 81% dengan rata-rata DMFT sebesar 1,95. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara perilaku kesehatan gigi murid SD kelss enam dengan status karies gigi (DMFT) serta beberapa faktor lain yang turut berbubungan.
Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 184 murid SD kelas enam dari 5 SD di Kecamatan Cibodas yang dipilih secara random pada bulan Januari - Februari 2008. Data variable perilaku kesehatan gigi dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner dan observasi simulasi cara menyikat gigi, pada model rahang. Data variable jenis kelamin, pengetahuan kesehatan gigi, tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ayah, dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner. Variabel status karies gigi (DMFT) dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan tatus karies gigi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi murid yang mengalami karies 85,9% dengan indeks DMFT rata-rata 2,67, sedangkan proporsi murid dengan status karies gigi rendah (DMFT < I) hanya 35,3%. Didapat hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan gigi murid dengan status karies gigi (DMF1), dimana kenaikan 1nilai perilaku kesehatan gigi murid, berpeluang untuk mempunyai status karies gigi rendah sebesar 1,4 kali, sedangkan jenis kelamin, pengetahuan kesehatan gigi, tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ayah bukan merupakan confounder dalam hubungan tersebut.
Disarankan untuk meningkatkan perilaku kesehatan gigi murid melalui peningkatkan dan pengembangkan kegiatan UKGS di Sekolah-sekolah Dasar, pelatihan tenaga-tenaga pelaksana UKGS di lapangan, mengikut sertakan guru. orang tua dan murid untuk menjadi mitra dalam pelaksanaan UKGS di sekolah, melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi murid untuk mempunyai kebiasaan memelihara kesehatan giginya, seperti pemeriksaan kebersihan gigi murid secara berkala, sikat gigi massal dan lomba gigi sebat.

Dental caries is a kind of disease caused by many factors. The primary factors is interaction between host (tooth and saliva), microorganism (plaque), substrate (carbohydrate) and time. Other factors with contribute to the dental caries are behavior that connected with dental health, which are eat habitual and tooth cleanliness mamtenance. Dental health behavior is important things that affeet either individual or society dental hsaltb status. Dental health survey from mouth of elementary school students at Tangerang city in 2006 shown that in Cibodas subdistrict, Dental caries prevalence at elementary student is 81% with DMFT average 1,95. This research objective is to find out the relationship between dental health behavior of sixth grsde elementary school students with dental caries status (DMFT) and several another factors which related.
The design of research used cross sectional, with 184 random samples of sixth grade elementary school students from 5 elementary schools, start from January to February 2008. Data of dental health behavior collected through interview with questionnaire and observe the simulation of tooth brushing at the jaw model, other data that sex, dental health knowledge, mother's educational level and father's work are collected through interview by questionnaire. Data of dental caries status (DMFT) collected by doing tooth examination using the dental examiner equipments and noted in the examination from of dental caries status (DMFT). The result of the research shown students proportion having caries is 85,9% with average DMFT index 2,67, students proportion is meaning relation between dental health behavior of sixth grade elementary school students with dental caries status (DMFT) , where more and more high the student's dental health behavior, having opportunity of 1,4 limes to have low dental caries status, while sex, dental health knowledge, mother's educational level and father's work are not confounder in the relation.
The researcher suggest to increase the student's dental health behavior by improve and develop UKOS activities at elementary schools, training the field executorS ofUKGS, participate of the teachers. parents and students to become miter in realization of UKGS at schools. do activities which motivate students to have a habit of keeping moth healthy, for example the student's tooth health examinations periodically, massive tooth brushing and healthy tooth competition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gusni Elvira
"Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza) merupakan sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan Napza tidak hanya beraldbat buruk terhadap fisik, tetapi juga mental, perilaku dan ekonomi masyarakat. Target utama penyalahgunaan Napza adalah remaja, hal ini disebabkan karena remagia merupakan fase yang sangat rawan dengan kondisi kepribadian yang masih Sangat labil dan mudah terpengaruh lingkungan dan dalam banyak hal mereka biasa memuaskan keingintahuannya dengan coba-coba, termasuk Napza.
Pcnelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan siswa tcrhadap pcnyalahglmaan Napza serta hubunganya dengan faktor sosio-psiko demografi (jenis kelamin, tingkat pengetahuan, konsep diri dan dukungan teman sebaya), faktor persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat dan rintangan) serta faktor dukungan (dari keluarga, sekolah dan media massa). Metode pcnelitian yang digunakan adalah observasional melalui pendekatan kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan rnclalui angket. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas satu dan dua di enam SMU di Kota Depok dengan jumlah sampel sebanyak 411 orang dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh dari responden sudah memiliki perilaku pencegahan yang baik (54,5%). Variabel yang ditemukan berhubungan secara bcrmakna dcngan perilaku pencegahan adalah variabel jenis kelamin, konsep diri, tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya, persepsi manfaat, persepsi rintangan dan dukungan keluarga. Faktor yang dominan berhubungan adalah dukungan keluarga,jenis kelamin, dan dukungan teman sebaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan berpeluang melakukan pencegahan 2,2 kali dibandingkan responden yang rnemiliki dukungan keluarga kurang baik, responden perempuan memiliki peluang 2,0 kali untuk berperilaku pencegahan baik dibandingkan rcspondcn laki-Iaki dan responden dengan dukungan tcman sebaya yang baik berpeluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku pencegahan dibandingkan responden yang memiliki dukungan teman sebaya kurang baik.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok dan pihak lainnya seperti LSM, komite sekolah dan keluarga bekerjasama dalam meningkatkan perilaku pencegahan terhadap penyalahgmmaan Napza antara lain dengan peningkatan pemberian informasi tentang Napza yang tepat dan benar, melalui mata pelajaran, penyuluhan, konseling, seminar, pelatihan/training of trainers siswa untuk menjadi konselor bagi teman-temannya, serta meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku siswa baik disekolah maupun di rumah.

Narcotics, Psychotropics and Others Additive?s Substances (drugs), are the groups of essences that generally have may cause addicted and depended. Drugs abuse not only make physic disorder, but also mental, behavior, and public economic, Main target of drugs abuses is adolescent, it is caused adolescent is a gristle period with personality condition is still really unstable and easy effected by their social life or environmental and In so many occasions, they are so eager to try new things, including drugs abuse.
This research is performed on student first and second class in senor high school at Depok City with the purpose to know behavior preventive student to drug's abuse and its relations to socio-psycho demogtaphy factors (sex, intelligence, self concept and peer group support), perception factors (perceived of susceptibility, and seriousness, perceived of benefits and barriers) and support factors (of family, school and mass media). Data which is utilized is primary data as questionnaire through quantitative observation approach, with design cross sectional. The research perforrned on February to March 2008.
The result show that more than half of respondent has had good prevention behavior (54, 5%). Found variable concerning with variable preventive is sex variable, self concept, intelligence, peer group support, perceived of benefit, and barrier and family support (p<0,05). The dominant factor which is related was family support, sex and peer group support.
The conclusion of this research are respondent who has good family support, will get opportunity to perfomr prevention 2,l time tl1an respondent who have poor family support, female have opportunity 2,0 time to get good prevention behavior than male, and respondent with good peer group support will gets opportunity 1,9 times to do prevention than who have poor peer group support.
Suggested to Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok and another party as NGO, school committee and family collaborates to improves prevention behavior to drug?s abuse for example with increasing information distribution concerning about drugs clearly, through studies, counseling, seminar, training/training of trainers student to become counselor for its friend, and increases observation to their social life and behavior even at school and also at the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2008
T33627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Taruno Nugroho Putro
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26643
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Krianto
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, cenderung terus meningkat. Bahkan kenaikan jumlah kasus tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 mencapai lebih dari 40%. Apabila tahun 2006 jumlah kasusnya sekitar 111.000, namun tahun 2007 mencapai lebih dari 150.000 kasus dengan kematian yang diakibatkannya lebih dari 1000 orang. Di Kota Depok jumlah kasusnya juga terus meningkat, dari 312 kasus (1997), 1838 kasus (2006) dan tahun 2007 mencapai 2956 kasus. Semua kelurahan sudah endemis demam bardarah. Strategi premosi kesehatan di kemunitas kurang berhasil menurunkan jumlah kasus demam berdarah. Untuk itu upaya promosi penanggulangan DBD perlu dilakukan melalui sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh promosi kesehatan yang dilengkapi dengan pemeriksaan jentik berkala terhadap perilaku pengendalian vektor dengue pada murid sekolah dasar negeri (SDN) kelas III, IV dan V di Kota Depok. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap upaya mengendalikan penyakit demam berdarah, khususnya di Kota Depek.
Disain penelitian ini adalah eksperimen, yang diikuti 642 murid dan 642 ibu. Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan terdiri dari pelatihan, pendampingan, kampanye serta pemeriksaan jentik berkala. Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk melihat perbedaan antar pengukuran dan antar kelompek terhadap: a) rerata nilai pengetahuan, sikap dan praktek (KAP), dan b) indeks jentik. Untuk itu dilakukan beberapa tahap analisis bivariat dan multivariat selaras dengan tujuan penelitian serta sifat datanya. Untuk memperkaya penjelasan terhadap temuan penelitian kuantitatif dilakukan penelitian kualitatif.
Intervensi promesi kesehatan dan PJB-AS (pemeriksaan jentik berkala anak sekolah) ternyata meningkatkan KAP anak sekelah sebesar 4,25 - 10,28% (p
Sejalan dengan perubahan KAP pada murid, secara umum pengetahuan ibu tentang vektor, gejala DBD dan cara pengendalian vektor meningkat sebesar 4,15 - 12,82%. Sikap ibu berupa rencana tindakan rnenyampaikan informasi tentang demam berdarah kepada suami/anggota keluarga meningkat sebesar 7,84%. Praktek ibu memeriksa habitat perkembangbiakan Ae. aegypri rneningkat sebesar 4,8 5%.
Indeks jentik juga menurun cukup tajam pada kelompok perlakuan. Pada awal penelitian, CI, BI kelompok perlakuan jauh lebih tinggi daripada kelompok kontrol, namun pada akhir penelitian, CI kelompok perlakuan turun 29,02% (p=0,00l), BI turun 20,83% (p=0,00l). Pada kelompok kontrol, CI dan BI juga turun, namun persentasenya rendah yaitu 3,83-8,65%. Uji regressi logislik berganda memberikan gambaran bahwa faktor yang berkontribusi pada CI di awal penelitian adalah praktek ibu mengendalikan vektor, namun pada akhir penelitian, faktor yang berhubungan dengan CI adalah sikap murid. Uji diskriminan yang dilakukan menunjukkan jika sikap murid positif maka CI turun, demikian pula sebaliknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa intervensi promosi kesehatan yang dilengkapi dengan pemeriksaan jentik secara berkala terbukti efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik (KAP) anak sekolah dan ibu rumah tangga dalam pengendalian vektor DBD, sekaligus menurunkan indeks jentik, utamanya CI dan BI.
Oleh karenanya strategi ini perlu segera direplikasikan pada wilayah-wilayah lain di Kota Depok, dalam rangka menurunkan jumlah kasus demam berdarah. Unluk itu, komitmen pemerintah kota sangat penting untuk menjamin sustainabilitas program. Beberapa bentuk komitmen yang dibutuhkan yaitu: a) aktivasi dan revitalisasi kelompok kerja operasional DBD di tingkat kota, b) menginduksikan muatan penanggulangan DBD ke dalam mata ajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) serta rnelengkapinya dengan aktivitas memeriksa jentik berkala, c) mengembangkan jejaring dan koordinasi lintas sektor untuk supervisi dan monitoring program. Apabila akan dilakukan replikasi atau pengembangan atas penelitian ini, maka beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu: a) menambah muatan substantif, b) memasukkan pertimbangan kualitatif dalam menilai kesetaraan antar kelompok pada eksperimen komunitas, c) menggunakan indikator jentik yang lebih sensitif misalnya indeks pupa, d) melakukan pengukuran terhadap kondisi lingkungan yang diprediksi mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease where was found in 1968 at Surabaya and Jakarta tend to increase, moreover the improvement of cases in 2007 compared with 2006 reached more than 40%. When in 2006, the case number was about 111,000, however in 2007 reached over than 150,000 cases, where the death that resulted more than 1,000 people. In Depok Mtuticipality the number of its cases also increased, from 312 cases (1997), 1,838 cases (2006), and in 2007 has reached 2,956 cases. All the Villages in Depok Municipality have been Dengue Hemorrhagic Fever endemic area. Health promotion strategy in community less success in decreasing the number of Dengue Hemotrhagic Fever cases, so that the health promotion to overcome the DHF should be done through schools.
The objective of this research is to assess the impact of health promotion provided with larva inspections at periodic to behavior of dengue vector control on schoolchildren of State Elementary School (SDN), grades lil, IV, and V at Depok Municipality. So, the result of this research could give contribution to effort in controlling of DHF disease, especially at Depok Municipality.
The design of this research is experiment, it was followed by 642 schoolchildren, 642 mothers, intervention gave to Intervention Group consist of training, adjacent, campaign and also inspection of larva at periodically. Data analysis quantitatively conducted to see thc difference between Control and Intervention groups to: a) average knowledge, attitude, and practice (KAP) assessment, b) larva index. It was conducted some phase analysis of bivariate and multivariate to meet with the objective of this research, and also the nature of its data. To enrich clarification to quantitative research finding, it was also conducted qualitative research.
Health promotion intervention and PIB-AS (periodically larval inspection by schoolchildren), in the reality improved KAP to schoolchildren as many as 4.25-10.28% (p<0.05), and to knowledge and attitude of mothers as many as 2.21-12.72% (p<0.05). Knowledge of schoolchildren changing significantly (p<0.05) was on vector increased (7.58%), and on dengue symptom increased (5.32%) Schoolchildren attitude changing significantly (p<0.05) that is on the seriousness of disease, effectiveness of vector control (PSN 3M Plus), and plan of action increased as many as 2.29-11.62%. Schoolchildren practice on vector control (PSN 3M Plus), and check potential habit of propagation of mosquito as many as 8.24-1 l.l5%. Qualitative study was found: a) larva inspection was new and fun activity, b) dtuing intervention female schoolchildren were more serious than male, e) active learning approach in the school health promotion was more favorable and appropriateness.
In line with the changing on KAP of schoolchildren, in general, knowledge of mothers on vector, symptom of DHF, and vector control method increased as many as 4.15-12.82% Mothers' attitude in the form of action plan to inform the information on DHF to husband or to family member increased as many as 7.84%. Mothers? practice to check habitat propagation of A e. aegypri increased as many as 4.85%.
Larva index also decreased significantly on Intervention Group. In the early research, CI, and BI of Intervention Group much higher than Control Group, however by the end of research, CI of Intervention Group decreased as many as 29.02% (p=0.00l), BI decreased as many as 20.83% (p=0.00l). On Control Group, CI and BI also decreased, however the percentage was low only 3.83-8.65%. Based on Multiple Logistic Regression Test shown that the factors which have contributed to Cl is schoolchildren attitude. Discriminant test which is conducted shovm that, if the schoolchildren attitude positive, so the CI is decreased, it also do on the vise verse.
The result of this research indicated that health promotion intervention provided with larva inspection at periodically, it gave proven in increasing the knowledge, attitude, and practice (KAP) of schoolchildren and mothers effectively in controlling the vector DHF, along with degraded the larva index, especially Cl and BI.
For the reason, this strategy should immediately replicate to other regions at Depok Municipality, in order to degrade the case number of DHF. Thus, commitment of the Authority of Depok Municipality is very important to guarantee the sustainability of the program. There are several kinds of commitments required, those are: a) activate and revitalization of working group on DHF in the level Municipality, b) integrate material of overcoming the DHF to the subject of Natural Science, it also provided with activity on larva inspection periodically, c) develop the networking and coordination of multi sectors in supervising and monitoring the program. If the replication will be conducted or developed to this research, there many factors should be considered, those are: a) add the substantive material, b) include consideration of qualitative in assessing the equivalence between those groups on community experiment, c) use larva indicator which is more sensitive, for example index pupa, d) conduct the measurement on condition of the environmental, which is predicted influence to mosquito propagation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
D931
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Fermia P.
"Anak-anak usia sekolah sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai investasi bangsa untuk masa yang akan datang, sangat dipengaruhi oleh kualitas anak-anak pada saat ini. Untuk itu anak-anak membutuhkan perhatian khusus dalam masa tumbuh kembangnya. Salah satu faktor yang ikut menghambat tumbuh kembang anak yaitu masalah gizi. Masalah gizi tidak hanya menyangkut masalah kesehatan semata tetapi menyangkut juga masalah perilaku khususnya perilaku makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan ringan pada anak sekolah dan dilihat perbedaan proporsi konsumsi makanan ringan menurut jenis kelamin, umur, kebiasaan menonton televise, kebiasaan olahraga, pengetahuan gizi anak pada anak sekolah di SD Cakra Buana Depok tahun 2008.
Analisis univariat dilakukan pada 118 responden laki-laki dan perempuan di SD Cakra Buana Depok yang sebelumnya dilakukan pengisian kuesioner oleh responden mengenai karakterik dan perilaku konsumsi makan responden. Dimana FFQ (Food Frequency Questionnaire) dilakukan untuk melihat konsumsi makanan responden. Sebanyak 50% responden mengkonsumsi makanan ringan sering. Responden yang memiliki kebiasaan menonton televisi sebanyak 94.9%. Responden yang memiliki kebiasaan menonton televisi ≤ 2 jam / hari sebanyak 51.8% dan 48.2% responden yang menonton televisi > 2 jam / hari. Rata-rata durasi waktu menonton televisi adalah 1.48 jam ± standar deviasi 0.50 jam. Reponden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan ringan saat menonton televisi sebanyak 94.1%.
Responden yang memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 91.5%. Responden yang frekuensi olahraga 1?3 kali seminggu sebanyak 44.4%. Sebanyak 78.3% responden durasi waktu yang digunakan untuk berolahraga ≥ 30 menit. Proporsi anak laki-laki yang mengkonsumsi makanan ringan sering lebih besar (58.2%) dibandingkan dengan anak perempuan (39.2%). Anak umur 10-12 tahun yang mengkonsumsi makanan ringan sering lebih besar (53.5%) dibandingkan anak umur 7-9 tahun (44.7%). Proporsi mengkonsumsi makanan ringan sering pada anak dengan pengetahuan gizi kurang lebih besar (52.0%) dibandingkan dengan proporsi anak dengan pengetahuan gizi baik (48.3 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak sekolah untuk memberikan informasi dan gambaran makanan ringan yang sehat dan bergizi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajub Paddy
"Skripsi ini membahas tentang Evaluasi Pencegahan Kecelakaan Dengan Observasi Perilaku Kerja di PT. X Tahun2007 dan 2008. Hasli evaluasi menunjukan peningkatan jumlah observasi pada tahun 2007 ke tahun 2008 membawa dampak terhadap kenaikan tingkat kecenderungan perilaku pekerja yang dituangkan dalam Percentage of Safe pada periode yang sama. Tetapi Peningkatan jumlah observasi pada tahun 2007 ke tahun 2008, belum membawa penurunan angka TRIR. Hal tersebut karena peningkatan Observasi Perilaku Kerja dari tahun 2007 ke 2008 belum disertai dengan peningkatan kualitas dari observsi tersebut. Hal lain yang menyebabkan tidak terjadinya penurunan TRIR karena pencegahan kecelakaan dengan pendekatan yang berfokus pada perilaku pekerja belum didukung dengan pendekatan-pendekatan lain (Traditional Approach). Dengan kata lain, pendekatan Behavioral Safety mempunyai porsi tersendiri dalam mencegah terjadinya kecelakaan."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Astika Endah
"Osteoporosis merupakan salah satu Pcnyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban kesehatan mayarakat di negara bcrkembang tezmasuk di Indonesia. Osteoporosis discbut sebagai silent disease karena pada stadium awal tidak menimbulkan gejala yang nyata. Osteoporosis bisa menyerang laki-iaki maupun perempuan dan lebih berisiko pada usia Ianjut. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu rendahnya massa tulang disertai pcrubahan-perubahan mikro arsitcktur dan mundumya kualitasjaringan pada tulang. Kondisi ini pada akhimya dapat menyebabkan tenjadinya pcningkatan kerapuhan tulang dan rneningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang.
Pengukuran Dcnsilas Massa Tulang (DMT) dapat dilakukan dengan mcnggunakan alat densitomcter tulang. Metode ini mcncntukan kandungan mineral tulang pada seluruh tulang. Dengan uji Densitas Massa Tulang (DMT) dapat didiagnosis terkena osteoporosis ataukah tidak. Pengukuran dapat dilakukan pada tulang belakang, tuiang pinggul, tulang pergelangan tangan, tumit atau pun jari tangan. Mctode Quantitative Ultrasound (QUS) mcngukur densitas tulang pada tumit. Daiam mendiagnosis terjadinya osteoporosis, alat tersebut mengukur keoepatan gelombang suara yang bergerak sepanjang tulang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoporosis pada kelompok dewasa usia 40 sampai 65 tahun di Kota Depok. Disain penclitian yang digunakan adalah disain studi kasus kontrol dengan jumlah keseluruhan subjek yang diteliti scbanyak 116 orang yaitu tcrdiri dari 29 orang kasus dan 87 orang kontrol (1 : 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Populasi adalah seluruh orang dewasa laki-laki maupun perempuan bemsia antara 40 sampai 65 tahun yang menetap atau tinggal di wilayah Kota Depok, Jawa Barat. Kelompok kasus ditetapkan dengan kriteria seluruh orang dewasa laki-Iaki maupun perempuan benlsia 40 sampai 65 tahun yang tinggal di ernpat lokasi penclitian terpiiih (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 dan RW 03) di Kota Depok, Jawa Barat yang didiagnosis osteoporosis menggunakan alat Achilles Exprem/Insight rnetode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan scnsitivitas alat sebesar 97%, diperoleh nilai t-score 5 -2,5 SD, sedangkan jika nilai t-score 2 -1 SD ditctapkan sebagai kontrol.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model faktor risiko menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara IMT dengan osteoporosis (p-vaIue<0,05}. Nilai Odds Ratio (OR) dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa subjek dengan IMT ‘kurang’ berisiko terkena osteoporosis sebanyak l85,8 kali dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT ‘nom1al’. Dari hasil analisis tersebut terbukti bahwa 11 (sebelas) variabel mempakan variabel confounder yaitu terdiri dari merokok, aktivitas olahraga, tingkat pendidikan, tingkat pcngetahuan, pekexjaan, pendapatan, frekuensi konsumsi buah, frekuensi konsumsi minuman penghambat penyerapan kalsium, asupan protein, asupan vitamin C, serta asupan vitamin D.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak untuk disain kasus kontrol. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lain dengan mengukur kadar kalsium dalam darah pada subjek disamping pengukiuan terhadap Densitas Massa Tulang (DMT). Dapat juga diiakukan penelitian berikutnya dengan disain studi yang berbeda yaitu dengan disain studi kohort. Hal ini ditujukan untuk rnengetahui lebih lanjut mcngenai pengaruh faktor-faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan osteoporosis.

Osteoporosis is one of non-communicable diseases that becomes problem among people in developing countries, including in Indonesia. Osteoporosis is known as silent disease where in the first stadium does not have a significant symptom. Osteoporosis may attack men and women and it is higher risk to old people. Osteoporosis has specific characters they are low of bone weight repeated with micro-architecture changes and the decrease of bone tissues quality. This condition, at the end, may cause the increase of bone brittle and bone fracture risk. Bone Mass Density (BMD) measurement was done by using bone densitomcter. This method measures mineral content in the bone. The osteoporosis can be diagnosed by using the Bone Mass Density test. The measurements were carried out from back bone, hip bone, wrist bone, heel bone, and fmgers bone.
Quantitative Ultrasound Method measured the heel bone density. It measured the speed of sound wave moving throughout the bone while diagnosing the osteoporosis. The objectives are to find out the relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis to adult people aged 40 - 65 years in Depok in 2008. Case contorol study design was carried out in this research by using 116 subject as samples divided into 29 case and 87 control (I : 3). The research was done on May 2008. Population involved in this research were men and women aged between 40 until 65 years old, lived or stayed in Depok, West Java. The osteoporosis was measured by using Achilles Express/Insight with Quantitative Ultrasound Method with 97% tools sensitivity, resulted the t-score (osteoporosis : 5 -2.5 SD decided as case, while normal : 2 -1 SD as control). Case and control stayed in 4 (four) selected location (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 and RW 03) in Depok, West Java.
The multivariat analysis by using risk factor model with double logistic regression analysis shows that there is a significant relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis (p-value < 0.05). Odds Ratio (OR) value from statistical test shows that people ‘under’ Body Meight Index (BMI) are high risk to osteoporosis, 185.8 times than people above ‘normal’ Body Mass Index (BMI). The iinal result from multivariate analysis proved that 11 (eleven) variables were confounder; there were smoking, exercise activity, education level, knowledge level, jobs, earning, fruit consumption frequency, calcium absorption resistor drinking frequency, protein intake, Vitamin C intake, and Vitamin D intake. It is necessary to carry out next step research by sampling more case and control population, not only measuring Bone Mass Density (BMD) but also measuring blood calcium content with different study design by using kohort study. This will find out, further, the effect of other risk factors dealing with osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Amalia
"Kota Depok menjadi kota dengan jumlah kasus konfirmasi COVID-19 (49.567 kasus) dan kematian kumulatif (920 kematian) tertinggi di Jawa Barat. Para penderita hipertensi harus lebih disiplin menjalankan perilaku pencegahan COVID-19 karena memiliki kemungkinan untuk mengalami perkembangan penyakit COVID-19 yang parah. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan COVID-19 pada penderita hipertensi di Kota Depok Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada penderita hipertensi di Kota Depok, Jawa Barat bulan Agustus-September 2021. Pengumpulan data secara online menggunakan google form. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dalam skala 100, rata-rata skor untuk tiap variabel adalah pengetahuan sebesar 85,2, sikap sebesar 77,7, dan perilaku pencegahan COVID-19 sebesar 82,4. Separuh dari responden memiliki pengetahuan baik (52,5%), sikap positif (63,9%), dan perilaku pencegahan baik (58,5%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p-value 0,681). Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku pencegahan COVID-19 (p-value 0,011) dengan nilai OR: 2,310; 95% CI 1,246-4,281. Separuh responden memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif, dan perilaku pencegahan yang baik. Tidak ditemukan adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan dan terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan.

Depok City is the city with the highest number of confirmed cases of COVID-19 (49.567 cases) and cumulative deaths (920 deaths) in West Java. People with hypertension must be more disciplined practice COVID-19 prevention behavior because they are more likely to experience severe COVID-19 disease development. The purpose of this study is to describe knowledge, attitude, and behavior of COVID-19 prevention among hypertension patients in Depok City. This study used a cross-sectional study in patients with hypertension in Depok City, West Java on August-September 2021. Data collected used online survey (google form). The results showed that on a scale of 100, the mean score of knowledge was 85,2, attitude was 77,7, and COVID-19 prevention behavior was 82,4. Half of respondents had a good knowledge (52,5%), positive attitude (63,9%), and good prevention behavior of COVID-19 (58,5%). There was no significant association between knowledge and COVID-19 prevention behavior (p-value 0,681). There was significant association between attitudes and COVID-19 prevention behavior (p-value 0,011) with OR value: 2,310; 95% CI 1,246-4,281. Half of respondents had a good knowledge, positive attitude, and good preventive behavior. There was no association between knowledge and prevention behavior and there was a association between attitude and preventive behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ayu Ramadhani
"Di Indonesia prevalensi kasus Diabetes Melitus (DM) pada anak meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023. Jumlah kasus tersebut dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 0,028 per 100 ribu jiwa, angkanya naik menjadi 2 per 100 ribu jiwa pada tahun 2023. Kasus penyakit DM pada anak di Kota Depok dilaporkan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Depok mencapai 109 kasus sepanjang tahun 2022. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku orang tua dalam melakukan pencegahan penyakit DM pada anak di Kota Depok Tahun 2023. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, desain cross-sectional dilakukan pada 170 responden yang diambil secara quota sampling pada orang tua di Kota Depok. Data dikumpulkan secara online menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan 11 variabel independen dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit diabetes pada anak. Hasil penelitian menunjukkan, responden memiliki perilaku pencegahan DM pada anak yang baik yaitu sebanyak 43,5%. Pendapatan (p=0,001), persepsi kerentanan (p=0,020), persepsi keparahan (p=0,030), persepsi manfaat (p=0,018), dan persepsi hambatan (p=0,046) menunjukkan hubungan dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit DM pada anak, sedangkan usia (p=0,085), jenis kelamin (p=0,378), pendidikan (p=0,530), pekerjaan (p=0,419), pengetahuan (p=0,425), dan self-efficacy (p=0,429) tidak berhubungan dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit DM pada anak. Perlu meningkatkan edukasi dan sosialisasi terkait bahaya DM pada anak dan risiko yang terjadi jika anak terkena DM untuk meningkatkan kesadaran akan kerentanan dan keparahan terhadap penyakit DM pada anak.

In Indonesia, the prevalence of Diabetes Melitus (DM) cases in children will increase 70 times by 2023. Compared to 2010, where the number of cases was 0.028 per 100.000 population, this figure will increase to 2 per 100.000 population by 2023. Cases of DM disease in children in Depok City were reported by the Depok City Health Center to reach 109 cases throughout 2022. The aim of study is to determine the behavior of parents in preventing DM disease in children in Depok City in 2023. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design conducted on 170 respondents taken by quota sampling among parents in Depok City. Data were collected online using a questionnaire that had been tested for validity and reliability, and analyzed using the Chi Square test to see the relationship between 11 independent variables and parental behavior in preventing diabetes in children. The results showed that 43.5% of respondents had good diabetes prevention behavior. Income (p = 0.001), perceived vulnerability (p = 0.020), perceived severity (p = 0.030), perceived benefits (p = 0.018), and perceived barriers (p = 0.046) were relation with parental behavior in preventing diabetes in children, while age (p = 0.085), gender (p = 0.378), education (p = 0.530), occupation (p = 0.419), knowledge (p = 0.425), and self-efficacy (p = 0.429) were not relation with parental behavior in preventing DM in children. Increase education and socialization related to the dangers of DM in children and the risks that occur if children develop DM to increase awareness of the vulnerability and severity of DM disease in children.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Hermawan
"Penyakit karies gigi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Hal ini terlihat dari angka prevalensi karies gigi pada murid sekolah usia 14 tahun di seluruh propinsi Indonesia pada akhir Pelita III, IV dan tahun 1995 sebesar 72,76 %, 73,41 % dan 74,41 %. DKI Jakarta merupakan daerah yang mempunyai prevalensi karies gigi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 93,38 % dan rata-rata angka pengalaman karies gigi (DMF-T) =2,82 gigi per anak dan angka PTI (jumlah gigi yang ditambal dibanding dengan pengalaman karies) sebesar 9,06 %. Angka ini masih jauh dibawah standar indikator target derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2000 yaitu minimal 50% pada usia 12 tahun. Hal ini menunjukkan kurangnya motivasi untuk berobat. Dengan demikian di DKI penyakit karies gigi masih merupakan masalah yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan upaya penanggulangan. Namun upaya kuratif termasuk relatif mahal, sehingga dipilih altematif pencegahan karies yang antara lain dengan kumur Fluor. Berdasarkan altematif tersebut maka dapat digambarkan masalah penelitian yaitu belum adanya evaluasi tentang hubungan antara pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T, serta faktor lain yang diduga turut berperan dalam hubungan tersebut.
Adapun tujuan penelitian adalah diketahuinya rata-rata angka pengalaman karies gigi murid SD di DKI Jakarta dan diketahuinya hubungan pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta, setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan sikat gigi, konsumsi gula, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pengetahuan pemeliharan kesehatan gigi.
Pada penelitian ini digunakan disain Cross Sectional , dengan populasi adalah seluruh murid SD di 5 wilayah DKI Jakarta, baik yang mendapat kumur Fluor maupun tidak. Sedangkan sampel adalah murid SD kelas 5 dan 6 yang berusia 12 tahun pada SD tertentu yang dipilih secara acak bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta adalah 3,020 gigi per anak, berarti sedikit melampaui Batas maksimal indikator derajat kesehatan gigi tahun 2000 ( lebih kecil dari 3 ). Namun rata-rata angka DMF-T pada kelompok kumur Fluor lebih kecil /lebih baik (2,74) gigi per anak, dibandingkan kelompok non kumur Fluor yaitu 3,30 gigi per anak. Dilihat dari segi hubungan, maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kumur Fluor, kebiasaan sikat gigi dan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi, sehingga cocok dimasukkan dalam permodelan. Dari faktor kekuatan hubungan dan peluang meningkatnya kekuatan hubungannya dengan angka DMF-T , faktor kebiasaan sikat gigi adalah yang paling kuat hubungannya, diikuti kumur Fluor dan pengetahuan kesehatan gigi. Ditinjau dari segi efektivitas kegiatan sikat gigi masal dalam program UKGS disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi merupakan Cara yang paling efektif, efisien dan serta alternatif yang paling tepat.
Pada penelitian ini penulis menyarankan agar kegiatan sikat gigi masal dan penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi terus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan di seluruh Indonesia. Sedangkan kumur Fluor khusus pada daerah dengan konsentrasi Fluor dalam air minum rendah. Khusus DKI Jakarta dan kota besar lainnya dengan sosial ekonomi cukup baik, dianjurkan kegiatan sikat gigi masal disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi dengan menggunakan pasta mengandung Fluor.

The Association between fluorides mouth rinsing and Caries Experience (DMF-T) score in primary school students at DKI Jakarta in 1995-1996.Caries dentist is still a serious health problem. It was shown by dental caries prevalence in 14 years students in Pelita III, IV and 1995, is 72,76 %, 73,74 °/o and 74,41 %. DKI Jakarta has a high caries prevalence, that is 93,38 % and DMF-T = 2,82 teeth for each student and PTI (Performance Treatment index or the amount of teeth have been filled compared by DMF-T score) = 9,06 %. This percentage is much lower than the standard of dental health indicator in the year of 2000, which will be achieved as 50% at 12 years students. It was proved that there is lack of motivation to treat dental caries. That's why dental caries is still a main priority problem to solve. But as we know, curative effort is relative more expensive, so it was chosen alternative for preventing caries by fluorides mouth rinsing. Due to this alternative, there are several research problems : there are no evaluation about association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by another factor had relationship.
The purpose of the research is getting the mean of DMF-T score at primary school students at DKI Jakarta and knowing the association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by several factors such as tooth brushing habitual, sugar consumption, level of education of the parents, job of the parents and knowledge about dental health care. In this Cross Sectional research, we use population of all primary school students in 5 area in DKI Jakarta. The sample are the 5 and 6 years primary school students who are 12 years old, and chosen by multistage random sampling method.
This research shows that the mean of DMF-T score is 3.020 teeth for each student, or little bit higher than the standard of dental health target in the year of 2000. (< 3). But if we compare in 2 groups, the mean DMF-T score in fluoridation group (2.74) is smaller or better than in non fluoridation group (3.30). Concerning about the association, there is a association between flour mouth rinsing, tooth 'brushing habitual and knowledge of dental health care, so it was fit to be a best model. If we note about the strength of the association and the probability estimate of the association to DMF-T score, tooth brushing habitual has a strongest association and followed by fluorides mouth rinsing and knowledge of dental health care. Mass tooth brushing in School Dental Programmed (UKGS) and promotion about tooth brushing habitual is the most effective and the best alternative.
In this research the writer suggests that mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual would be done intensively and continuously in the whole area of Indonesia. Fluorides mouth rinsing is recommended for certain area, which are fluorides concentration in water supplies is low. Especially for DKI Jakarta and other big cities, which are the sicio-economic condition is relative good , it was suggested mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual with fluorides paste.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>