Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The effort for detoxifying a carcinogenic pollutant in marine environment was done by studying the biodegradation patern of such compound. Marine microorganisms play an important role in the anabolism of polycyclic aromatic compounds...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Pratama
"Peningkatan jumlah limbah ampas kopi yang dibuang langsung dalam jumlah besar menyebabkan masalah lingkungan serius dari kandungan polifenol dan senyawa asamnya. Ampas kopi mengandung kadar karbon yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam sintesis material karbon seperti grafit dan turunannya, grafena nanosheet. Grafit dan turunannya memiliki luas permukaan tinggi sehingga dapat dimaanfaatkan dalam modifikasi permukaan material fotokatalis seperti TiO2 guna meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis TiO2 fase campuran dan memodifikasinya dengan grafena nanosheet dari ampas kopi sebagai fotokatalis dalam mendegradasi senyawa organik antrasena. Karakterisasi luas permukaan BET menunjukkan penurunan luas permukaan dari TiO2 (33.78 m2 g-1) membentuk TiO2/GN-A (27.88 m2 g-1) sehingga menurunkan kemampuan adsorpsinya (Kads TiO2/GN-A = 6.90 x 10-4 menit-1; TiO2 = 1.03 x 10-3 menit-1). Karakterisasi UV-DRS menunjukkan penurunan nilai celah pita yang signifikan dari TiO2 (3.00 eV) membentuk TiO2/GN-A (2.78 eV) sehingga meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya secara signifikan (Kt TiO2 = 7.26 x 10-4 menit-1; Kt TiO2/GN-A = 3.43 x 10-3 menit-1). Dilakukan juga karakterisasi dengan XRD, FTIR, Raman, SEM, dan TEM pada material fotokatalis. Secara keseluruhan TiO2 fase campuran termodifikasi menunjukkan potensi tinggi sebagai fotokatalis pendegradasi senyawa organik.

The increasing level of Indonesia coffee consumption produced a significant amount of coffee ground waste as landfill, leading to serious environmental problems on account of phenol derivatives and acidic compounds as its constituents. Containing high carbon content, waste coffee ground is a favorable biomass candidate to convert into carbon-based material, such as graphene nanosheet (GN). Having wide surface area, graphene derivatives can be used to modify surface of many materials, such as TiO2. The aim of this study is to synthesize graphene-modified TiO2 with a mixed anatase:rutile phase (9:1) and to compare its photocatalytic activity in photodegradation of anthracene with unmodified TiO2. Characterization using BET surface analysis showed a decrease in surface area of TiO2 (33.78 m2 g-1) when modified into TiO2/GN-A (27.88 m2 g-1), leading to lower adsorption of anthracene (Kads TiO2/GN-A = 6.90 x 10-4 min-1; TiO2 = 1.03 x 10-3 min-1). UV-DRS analysis showed a significant decrease in the band gap of TiO2/GN-A (2.78 eV) compared with TiO2 (3.00 eV), leading to an increase in photocatalytic activity (Kt TiO2 = 7.26 x 10-4 min-1; Kt TiO2/GN-A = 3.43 x 10-3 min-1) All in all, the synthesized photocatalyst materials presented promising potential to be applied as photocatalysts in photodegradation of organic compounds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Vikra Ramadhana
"Antrasena merupakan senyawa yang tergolong kedalam polutan organik. Antrasena mudah berpindah tempat karena dapat membentuk koloid diudara dan memudahkan dispersinya dalam lingkungan tanah dan perairan. Antrasena berdampak negatif bagi sistem ekologi dan juga makhluk hidup, karena memiliki toksisitas, karsinogenitas, dan mutagenitas yang tinggi. Untuk mengurangi dampak negatif antrasena, dapat melalui fotodegradasi dengan bantuan TiO2 sebagai fotokatalis. Pada penelitian ini, TiO2 disintesa dengan paparan faset (001) dan dimodifikasi dengan oksida grafena dari ampas kopi sebagai support fotokatalis untuk mendegradasi antrasena. Aktivitas fotokatalitik TiO2 meningkat setelah dimodifikasi dengan faset (001) dan dimodifikasi dengan oksida grafena sebagai support fotokatalis. Karakterisasi UV-DRS menunjukkan penurunan energi celah pita dari TiO2 (3.11 eV) menjadi TiO2-GO (2.75 eV). Sedangkan pada hasil karakterisasi BET, terjadi peningkatan luas permukaan ketika TiO2 (48.31 m2/g) dimodifikasi dengan oksida grafena menjadi TiO2-GO (74.82 m2/g). Sehingga meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya (Kt TiO2 = 3.508x10-5detik-1 ; K­­t TiO2-GO = 6.114x10-5detik-1). Fotokatalis yang dihasilkan juga dikarakterisasi dengan XRD, SEM, TEM, BET, FTIR, dan Raman. Sedangkan hasil reaksi fotodegradasi dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan hasil degradasi antrasena oleh TiO2 adalah sebesar 22 % sedangkan material TiO2-GO sebesar 35.6 %.

Anthracene is a compound that is classified as an organic pollutant. Anthracene is easy to move because it can form colloids in the air and facilitate its dispersion in soil and water environments. Anthracene has a negative impact on ecological systems as well as living things, because it has high toxicity, carcinogenicity and mutagenicity. To reduce the negative impact of anthracene, it can be through photodegradation with the help of TiO2 as a photocatalyst. In this study, TiO2 was synthesized by exposure to facet (001) and modified with graphene oxide from coffee grounds as a photocatalyst support to degrade anthracene. The photocatalytic activity of TiO2 increased after being modified with facet (001) and modified with graphene oxide as photocatalyst support. UV-DRS characterization showed a decrease in band gap energy from TiO2 (3.11 eV) to TiO2-GO (2.75 eV). Meanwhile, in the BET characterization results, there was an increase in surface area when TiO2 (48.31 m2/g) was modified with graphene oxide to become TiO2-GO (74.82 m2g). Thus increasing its photocatalytic activity (Kt TiO2 = 3.508x10-5 sec-1; Kt TiO -GO = 6.114x10-5 sec -1). The resulting photocatalysts were also characterized by XRD, SEM, TEM, BET, FTIR, and Raman. Meanwhile, the results of the photodegradation reaction were analyzed using a UV-Vis spectrophotometer and the results of anthracene degradation by TiO2 were 22% while the TiO2-GO material was 35.6%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
"Dalam penelitian kami tentang studi availabilitas biodegradasi senyawa PAH oleh bakteri laut, secara garis besar dapat diketahui bahwa pada dasarnya lingkungan laut Indonesia yang tercemar minyak telah menyediakan bakteri pelaku remediasi secara alamiah. Hal ini terbukti dari data skrining yang dilakukan dari ke-empat titik lokasi sampling, (Pel. Tanjung Mas Semarang, Pel. Tanjung Priok, Kumai Kal Sel dan Balikpapan) hanya dari Tanjung Priok yang tidak didapatkan bakteri pendegradasi. Hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya kondisi sampel dengan media pengkayaan. Uji biodegradasi fenantren, piren dan benzo[a]antrasen menunjukkan bahwa isolat bakteri terpilih dari Semarang SalP-4b21 dapat mendegradasi fenantren sebesar 100% sesudah 15 hari kultivasi dan piren sebesar 24,53% sesudah 29 hari kultivasi. Sedangkan isolat KalP-3b22 dari Kumai Kal. Sel. dapat mendegradasi benzo[a]antrasen sebesar 38,2% selama 57 hari dan mendegradasi fenantren sebesar 59,5% sesudah 29 hari kultivasi. Karakterisasi senyawa hasil konversi menggunakan GC-Mass dan Spektroskopi Infra Merah menunjukkan bahwa tahap awal benzo[a]antrasen terkonversi menjadi benzo[a]antrasen 7, 12 diol yang terdeteksi sesudah 22 hari kultivasi dan pada hari ke-50 terdeteksi adanya benzo[a]antrasen 7, 12 dion. Fenantren oleh isolat KalP-3b22 terdegradasi menjadi 1-naftalenol sesudah 29 hari kultivasi, sedangkan oleh isolate SalP- 4b21 menjadi senyawa fenol 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4 methyl. Jumlah produk konversi piren yang sangat kecil mengakibatkan sulitnya penentuan strukturnya. Karakterisasi 16S-rDNA isolate KalP-3b22 menunjukkan jenis Pseudomonas sp, sedangkan isolat SalP-4b21 adalah Sphingomonas sp.

In our investigation of bacteria that degrade PAH isolated from Indonesian coastal waters, basically we could conclude that some of Indonesian marine microbial isolated from oil contaminated areas were naturally available remediate the polluted areas. The screening data of this kind of bacteria from four sampling location (Tanjung Mas Semarang Port, Tanjung Priok Jakarta Port, Kumai Kal-Sel Port and Balikpapan Port) showed that almost in every site we could find PAH degrading bacteria. In case we didn? find the PAH degrading bacteria from Tanjung Priok Port was caused by unavailable physical condition sample with enrichment media. PAH Biodegradation test showed that the potent bacteria isolated from Semarang, SalP-4b21 degraded 100% phenanthrene after 15 days cultivation and 24,53% pyren after 29 days cultivation. The second potent bacteria isolated from Kumai Port (KalP-3b22) degraded 59,5% phenanthrene after 29 days cultivation and 38,2% benzo[a]anthracene after 57 days cultivation. Analysis of conversion product using GC-Mass and Infra Red Spectroscopy showed that in the beginning step, benzo[a]anthracene convert to benzo[a]anthracene 7,12 diol, this compound was detected after 22 days cultivation in KalP-3b22 and after 50 days cultivation this compound was converted to benzo[a]anthracene 7, 12 dion. In KalP-3b22 culture, phenantrene was converted to 1-naphtalenol after 29 days."
2007
T40082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
"Penelitian metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons belum secara intensif dilakukan di Indonesia sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sumber baru penghasil antibiotik dari bakteri laut, mengelusidasi struktur senyawa aktif, mengevaluasi spektrum antibiotiknya dan menganalisis hubungan senyawa aktif antara simbion dengan inangnya. Pada studi ini, didapatkan bakteri potensial Sp. 2.11 dari spons Aaptos sp. yang mempunyai aktivitas terkuat. Hasil karakterisasi bakteri Sp. 2.11. menggunakan sebagian gen 16Sr DNA menunjukkan 99% serupa dengan bakteri Rhodobacteraceae bacterium 1tc14. Bioaktivitas antibakteri ekstrak supernatan maksimum pada media SYP (Sea water, Yeast dan Peptone) tanpa penambahan sumber karbon. Pemisahan menggunakan kolom kromatografi dari senyawa antibakteri ekstrak etil asetat dari supernatan R. bacterium Sp. 2.11 menunjukkan 2 fraksi yang positif yaitu F2 dan F5/F6. Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi F2 menggunakan HPLC menghasilkan senyawa aktif antibakteri 1 (F2.1) sebanyak 2,6 mg. Penentuan struktur menggunakan High Resolution LC-MS/MS dan NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC dan HMBC fraksi F2.1 menunjukkan senyawa Nbenzil-12-metoksi-N-(8-(4-nonilfenoksi)etil) etanamin sebagai senyawa aktif. Identifikasi senyawa aktif 2 (F5.3.3 /F6.2.2.4 ) menunjukkan adanya senyawa 7-[4- (bisiklo[4.1.0]hept-3-il)fenil]siklopenta[7,8]asenafto[6,5,4-cde]tiokromen, yang juga aktif antibakteri. Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa baru dan mempunyai aktivitas spektrum yang cukup luas terhadap bakteri Gram positif mapun Gram negatif. Nilai MBC terhadap E. coli senyawa 1 adalah 125 μg/mL, sedangkan senyawa 2 adalah > 380 μg/mL. Struktur senyawa 1 masih ada kemiripan dengan senyawa dari biota inang, sedangkan senyawa 2 tidak ada kemiripan. Dengan demikian bakteri laut merupakan sumber penghasil senyawa antibiotik dan beberapa produk antibiotiknya mempunyai hubungan struktur dengan senyawa aktif pada biota inang.
Research on secondary metabolites from sponge-associated bacteria have not intensively conduct in Indonesia, there for this reseach was carried out. The purposes of this study are to get a novel antibiotic source especially from marine bacteria, to elucidate structure of active compounds, to evaluate the spectrum of antibacterial activity and to analyze the structure relationship between host and symbiont. In this study, the potential bacteria Sp. 2.11 was obtained from Aaptos sp. sponge showed the strongest antibacterial activity. The results of bacterial characterization using partial gene 16S rDNA showed 99 % similar to Rhodobacteraceae bacterium 1tc14 . The antibacterial activity of supernatant extract was maximum by culturing R. bacterium in SYP (Sea water, Peptone and Yeast) medium without any carbon source addition. Column chromatography separation of ethyl acetate extract from supernatant showed potentially active fractions F2 and F5/F6. Further separation of fraction 2 using HPLC generated the active compound 1 ( F2.1 ) 2.6 mg. The structure determination using High Resolution LC-MS/MS and NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC and HMBC of fraction F2.1 led to N-benzyl-12-methoxy-N-(8-(4-nonylphenoxy)ethyl) etanamine as the active compound. Further identification of active compounds 2 from fraction ( F5.3.3 / F6.2.2.4 ) resulted 7-[4-(bicyclo[4.1.0]hept-3-yl)phenyl] cyclopenta[7,8] acenaphto[6,5,4-cde] tiochromene also the active constituen. Both of these compounds are new compounds and active against Gram-positive and negative bacteria. MBC value of compound 1 was 125 μg/mL and compound 2 was >380 μg/mL. Compound 1 is a similar to the compound from the host organisms, while compound 2 is not similar. This study concluded that marine bacteria is the true antibiotic producer and some of antibiotics products showed structural correlation between host and symbiont."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1965
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Qadarwati
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Maria Novelina S.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T40087
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Juniar
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
387.1 PUR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Budianti
"Kerusakan ekosistem laut akibat kejadian tumpahan minyak mematikan bagi sebagian biota laut dan mengubah struktur komunitas mikroorganisme. Kelompok bakteri laut pendegradasi hidrokarbon terdeteksi meningkat jumlahnya ketika terjadi pencemaran. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari konsorsium mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendegradasi senyawa hidrokarbon dari air laut dan sedimen pasir berasal dari pesisir Teluk Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara. Penapisan konsorsium dilakukan menggunakan medium ONR7 dengan kandungan minyak bumi 0,5% untuk memperoleh konsorsium mikroorganisme dengan kemampuan degradasi terbaik. Uji degradasi dilakukan selama 10 hari menggunakan fenantrena 100 ppm pada medium dengan yeast extract 0,1% sebagai faktor pembatas. Parameter diukur adalah OD540, TPC, aktivitas total mikroba (ATM), analisis GC-MS dan pH. Hasil menunjukkan kemampuan biodegradasi senyawa hidrokarbon tertinggi dimiliki oleh konsorsium mikroorganisme AL3 dengan persentase degradasi minyak bumi sebesar 90,37% dan terhadap fenantrena sebesar 100%, nilai OD540 dan penurunan pH paling tinggi ditemukan pada medium tanpa suplementasi yeast extract. Aktivitas total mikroba konsorsium paling besar ditemukan pada medium suplementasi. Pengujian kemampuan pada isolat tunggal penyusun konsorsium AL3 menghasilkan persentase degradasi tertinggi sebesar 56,74% oleh isolat AL3-8. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan yeast extract tidak meningkatkan persentase degradasi dan bahwa konsorsium mikroorganisme memiliki kemampuan degradasi lebih tinggi daripada isolat tunggal.

Damage of marine ecosystem due to oil spill is deadly to some of marine creatures and changed the microbial community structure. Population of hydrocarbon-degrading microorganisms detected increasing in number slowly after the accident. This research aim to study microbial consortia that has the ability to degrade hydrocarbon compound from oil spill-contaminated coastal area in Teluk Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara. The ability of degrading hydrocarbon by microbial consortia was screened by using ONR7 medium containing 0,5% crude oil. Biodegradation ability was tested using 100 ppm phenanthrene to the selected consortia by using 0,1% yeast extract as limiting factor, incubation was held in 10 days. Parameter of the study was OD540, TPC, total microbial activity (TMA), GC-MS analysis and pH. Results shows microbial consortia AL3 has the highest degradation rate which is 90,37% in crude oil and 100,00% in phenanthrene, highest absorbance of OD540 and most acidic pH was found in non-supplemented medium. Highest total microbial activity of the microbial consortia detected in the supplemented medium. Biodegradation ability confirmation test of single strains from the AL3 microbial consortia shows the maximum degradation rate of 56,74% by strain AL3-8. This research reported yeast extract does not increase biodegradation rate of phenanthrene and degradation rate by microbial consortia was higher than a single strain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Yuliani
"ABSTRAK
Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah salah satu kontaminan yang paling banyak ditemukan di area yang terkontaminasi minyak. Senyawa PAH dalam limbah lumpur minyak bumi antara lain antrasena, benzo-antrasena, dan pirena. Diantara senyawa PAH tersebut, pirena merupakan PAH dengan berat molekul tinggi yang paling berlimpah, yang bersifat sangat beracun, mutagenik, genotoksik dan karsinogenik pada organisme hidup. Hasil riset ini menunjukkan beberapa mikroorganisme mampu mendegradasi senyawa pirena. Untuk mempelajari kemampuan strain Indonesia dalam mendegradasi senyawa pirena tersebut, studi eksploratif telah dilakukan. Lima isolat bakteri laut dari Cilacap dan Marina telah digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan studi biodegradasi pirena. Lima strain diidentifikasi sebagai Ochrobactrum sp. M2292, Bacillus subtilis M128, Bacillus subtilis C318, Bacillus subtilis C19 dan Bacillus pumilus C15. Isolat bakteri ini dianalisis untuk keberadaan gen dioksigenase, diyakini sebagai gen kunci dalam biodegradasi PAH. Dari hasil studi telah ditemukan bahwa semua isolat memiliki gen dioksigenase, nidA dan nahAc, dua biomarker yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan bakteri dalam biodegradasi PAH. Kelima bakteri menunjukkan kemampuan mereka dalam proses biodegradasi PAH menggunakan media uji petri agar dengan menggunakan pirena atau fenantera sebagai substrat, tetapi hanya dua isolat yang sangat unggul dalam pertumbuhan, yaitu Bacillus subtilis C19 untuk biodegradasi pirena dan Ochrobactrum sp. M2292 untuk biodegradasi fenantrena. Pada Penelitian ini difokuskan pada biodegradasi pirena, sehingga B. subtilis C19 dipilih untuk studi lebih lanjut. Sebuah uji batch sederhana dilakukan untuk mempelajari kinetika biodegradasi pirena menggunakan B. subtilis C19, dimana pirena sebagai substrat pembatas. Laju pertumbuhan sel kemudian difitting dengan menggunakan model pertumbuhan bakteri Monod, Haldane, Andrews, dan Aiba. Hasil analisis menunjukkan nilai sum square error minimum pada model Andrews dengan laju pertumbuhan maksimum (μmax) 0,0048 h-1, konstanta spesifik substrat (Ks) 0,0079 gL-1, dan konstanta inhibisi substrat (Ki) 0,2619 gL-1. Model Andrew menghasilkan fitting terbaik dengan nilai sum square error 0.046 dibandingkan dengan model lain dengan nilai sum square error 0,050-0,207. Selain kemampuan intrinsik untuk biodegradasi pirena, bakteri ini juga dikenal menghasilkan biosurfaktan, yang dapat membantu mengemulsi substrat pirena, sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya. Hasil riset menunjukkan bahwa B. subtilis C19 menghasilkan biosurfaktan lipopeptida, dan analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa biosurfaktan ini memiliki stabilitas tinggi pada variasi pH dan salinitas, dua karakteristik yang diperlukan untuk aplikasi bioremediasi. Dalam sebuah studi tambahan, aktivitas antimikroba dari biosurfaktan pada lima bakteri

ABSTRAK
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella enterica typhi, Listeria monocytogenes, dan fungi Candida albicans telah dianalisis. Hasil riset menunjukkan biosurfaktan yang diproduksi oleh B. subtilis C19 menghambat pertumbuhan fungi tetapi tidak menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil riset ini menunjukkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan oleh B. subtilis C19 dapat digunakan untuk aplikasi konsorsium dalam biodegradasi pirena, tanpa dampak negatif dari fungsi antimirobialnya.;Poly-aromatic hydrocarbon (PAH) is one of the most pervasive contaminant presents in oil ? contaminated sites. It comprises anthracene, benzo-anthracene, and pyrene. Of those, pyrene is the most abundant high-molecular weight PAHs, which is highly toxic, mutagenic, genotoxic and carcinogenic to the living organisms. However, reports have suggested that some microorganisms were capable of successfully degrading the pyrene. To study the ability of Indonesian strain to degrade the pyrene, an explorative study has been undertaken. A five marine bacterial isolate from Cilacap and Marina have been used in this study to undertake the pyrene degradation study. The five strains were identified as Ochrobactrum sp. M2292, Bacillus subtilis M128, Bacillus subtilis C318, Bacillus subtilis C19 and Bacillus pumilus C15. They were analyzed for the presence of dioxygenase genes, believed to be the key genes in the degradation of pyrene. It was found from the study that all the isolates have the dioxygenase genes, nidA and nahAc, two biomarkers used to evaluate the degradation capability of the bacteria. The five bacteria shows their capability in degrading the PAHs using petri dish agar medium test using pyrene or penanthere as substrate, but only two were superior in term of growth, which were, Bacillus subtilis C19 for pyrene and Ochrobactrum sp. M2292 for penantherene. As this study was focused on pyrene, B. subtilis C19 were chosen for further study. A simple batch test was undertaken to study the degradation kinetics of pyrene using B. subtilis C19, where pyrene was used as the limiting substrate. The growth rate was then fitted using the least sum square error with available bacterial growth models of Monod, Haldane, Andrews, and Aiba. The experimental results showed that the curve fitted Andrews model best, with a maximum specific growth rate (μmax) of 0.0048 h-1, a half velocity constant (Ks) of 0.0079 gL-1, and an inhibition growth rate coefficient (Ki) of 0.2619 gL-1. The fit produces a sum square error of 0.046 as compared to, between 0.050 ? 0.207 of other models. In addition to its intrinsic ability to degrade the pyrene, the bacterium was also known to produce a biosurfactant that may help the bacteria to emulsify the pyrene, so that increases its bioavailability. It was confirmed that the bacteria did produce the biosurfactant, and further analysis showed that the lipopeptide biosurfactant had a superior stability in term of pH and salinity, two characteristics required for a successful field application. In an additional study, an antimicrobial activity of the biosurfactant on five bacteria"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1915
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>