Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47672 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Sediment toxicity test are becoming increasingly important in regulation and assessment programs throughout the world. Sediment toxicity testing using planktonic diatom, chaetoceros gracilis has been developed to determine the suitability of the diatom as sediment test organism...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Franz
"Peningkatan pemakaian logam berat dalam keperluan sehari-hari meningkatkan juga pencemaran logam berat tersebut ke sehingga menjadi sangat penting mengidentifikasi potensi pencemaran dalam kolom air. Sedimen dasar sebagai stok historikal pencemar logam berat juga perlu diteliti risiko pencemarannya terhadap kolom air. Selain meneliti kandungan total perlu dilakukan spesiasi untuk menggambarkan potensi pencemaran yaitu mobilitas dan bioavaliabilitasnya pada kolom air dan sedimen dasar.
Kegiatan sampling telah dilakukan di Danau Mahoni UI untuk kondisi musim hujan dan musim kering pada empat site dengan tiga kedalaman pada masing-masing site. Adapun logam berat yang di teliti adalah Cd, Cu, Pb, dan Zn. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bila dibandingkan dengan PP 82 tahun 2001, kandungan total logam berat pada Danau UI masih memenuhi baku mutu, sementara untuk potensi pencemaran (mobilitas dan bioavailibilitas) logam beratnya juga masih dalam kategori aman, dimana fraksi dissolved dan fraksi acid extractable berada dibawah 1% dari total logam berat. Keberadaan sedimen sebagai stok pencemar logam berat juga masih dalam kategori aman yang disimpulkan dari mobility factor yang <1% untuk setiap unsur. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan spesisasi yang dilakukan, kolom air dan sedimen dasar Danau Mahoni UI dalam kategori aman.

Anthropogenic use of heavy metal as raw material is increasing causing persistence and accumulation in the environment which will further cause higher exposure to living species. Sediment as a historical stock and accumulation site of heavy metal is important to be assessed due to its risk to enter and contaminate the water column. When assessing heavy metal risk to living beings, it is also necessary to assess the speciation of heavy metal in addition to total concentration to obtain a more comprehensive understanding. This research aimed to identify the contamination potential by specifying the fraction of heavy metal in water column and sediment.
Sample was taken from Danau Mahoni UI in rainy and dry season in four sites with three depth point for each site. The elements assessed includes Cd, Cu, Pb, and Zn. This research finally concluded that the water of Danau Mahoni UI is in low risk and can be used as water source according to the standard of Government Regulation number 82 (2001) as the dissolved and acid extractable fraction with high mobility and bioavailability is less than 1% by its total content. The mobility factor of sediment that is less than 1% shows that the sediment is in low risk to recontaminate the water columns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto, 1950-
"Proses dekomposisi senyawa ester menjadi asam karboksilat dan alkena dalam sedimen disimulasikan dengan pendekatan pirolisis metilasi in situ. Simulasi dekomposisi senyawa ester telah dilakukan terhadap fraksi kerogen dan aspalten dari tujuh sampel dalam interval kedalaman 1100-2330 m mewakili runtunan sedimen sumur GNK-67, sub Cekungan Palembang-Selatan.
Hasil studi menunjukkan bahwa dalam fraksi kerogen maupun aspalten banyak mengandung ester rantai panjang dari n-C10 sampai n-C20 dengan kelimpahan dominan n-C16 dan n-C18. Ester-ester ini secara umum menunjukkan pola perubahan yang menggambarkan proses potensial yang tidak terpengaruh oleh tingkat oksisitas maupun keasaman sedimen.
Uji korelasi indeks dekomposisi ester terhadap data parameter kematangan terbakukan menunjukkan gambaran yang jelas bahwa pola perubahan residu normal ester paralel dengan data tersebut. Dua parameter ester n-C16 dan n-C18 telah diusulkan sebagai parameter kematangan termal alternatif dengan batas awal jendela pembentukan minyak disekitar 1500 m."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Ayu
"Pesisir selatan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki sebuah teluk bernama Teluk Pacitan. Proses erosi dan sedimentasi perlu diketahui untuk melihat kondisi fisik pantai. Ukuran dan diameter butir sedimen merupakan bagian dari sifat-sifat sedimen yang dapat memberikan informasi tentang proses transport sedimen. Distribusi sedimen memberikan gambaran mengenai asal sedimen, sejarah transportasi, dan kondisi pengendapannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan sedimentasi dan menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap diameter butir sedimen. Metode pengambilan sampel daerah acak berstrata pada setiap segmen sepanjang 150x150 meter untuk pengumpulan sampel sedimen dan data kemiringan gisik pantai. Pengelompokkan sedimen dari hasil pengayakan yang dilakukan di laboratorium P2O LIPI berdasarkan skala Wentworth dan dilakukan uji granulometri. Arus pantai dan energi geombang diperoleh dari sumber data BMKG Ocean Forecast System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen dengan jenis pasir mendominasi di semua pantai. Nilai mean pada pantai hadapan samudera berkisar antara -0.18 ndash; 2.43, sorting adalah well sorted hingga poorly sorted, skewness adalah very fine skewed hingga very coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Pantai hadapan teluk, nilai mean 2.20 ndash; 4.49 dari sisi barat hingga timur, sorting adalah very well sorted hingga moderately sorted, skewness adalah very fine skewed hingga coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Hasil uji statistik dengan Analisis Regresi Linier Berganda diperoleh hasil arus pantai, energi gelombang, dan keimiringan gisik pantai berpengaruh secara simultan terhadap diameter butir sedimen.

The southern coast of Pacitan regency is one of the areas directly adjacent to the Indian Ocean and has a bay called Pacitan Bay. The process of erosion and sedimentation should be known to see the physical condition of the beach. The size and diameter of the sediment grains are part of the sedimentary properties that can provide information about the sediment transport process. Sediment distribution provides an overview of the origin of sediments, transportation history, and deposition conditions. This study aims to analyze the sedimentation environment and analyze the variables that have the most influence on the diameter of the sediment grains. Methods of sampling stratified random areas on each segment along 150x150 meters for collection of sediment samples and slope data of coastal gradients. The grouping of sediments from the sieving result conducted in LIPI P2O laboratory based on Wentworth scale and granulometry test. Coastal currents and wave energy are obtained from BMKG Ocean Forecast System data source. The results showed that sediment with sand types dominates on all beaches. Mean values on oceanfront beaches range from 0.18 2.43, sorting is well sorted to poorly sorted, skewness is very fine skewed to very coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. Beachfront bay, mean value 2.20 4.49 from west to east side, sorting is very well sorted to moderately sorted, skewness is very fine skewed to coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. The result of statistical test with Multiple Linear Regression Analysis showed that coastal currents, wave energy, and the slope of the coastal gradient influence simultaneously to the diameter of the sediment grains.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejumlah 23 contoh lempung telah terpilih dari 8 m panjang contoh inti sedimen yang diperoleh dari Danau Sentarum di hulu Sungai Kapuas. Contoh-contoh tersebut dianalisis memakai XRD di State Laboratory of Marine Geology di Shanghai, Republic of China. Pengumpulan contoh ini merupakan bagian dari Program Westpac untuk meneliti mineralogi lempung dan turunannya di sekitar Paparan Tepi Kontinen Sunda dan Laut China Selatan. Sekuen dari bagian bawah ke atas, lempung berubah warna dari abu-abu gelap menjadi abu-abu berangsur menjadi berwarna coklat terang dan kuning terang. Sisipan tipis sedimen lebih kasar sebagai lempung lanauan, kadangkadang sebagai lempung pasiran muncul di bagian atas maupun bawah sekuen sedimen ini. Bagian bawah dari sekuen mengandung remah bahan karbon luruhan tumbuhan. Kaolinite sering muncul pada setiap contoh sebagai hasil pelapukan kimiawi batuan asam pada kondisi lembab dan hangat iklim tropis. Chlorite, illite dan quartz muncul dominan sebagai hasil pelapukan fisik hidrolisis lemah. Feldspar dan gibsite kadang-kadang muncul. Hidrolisis lempung di lingkungan danau mengubah chlorite menjadi kaolinite dan illite. Perubahan sekuen stratigrafi dan mineralogi dari lempung menandakan bahwa lempung diluruhkan dari berbagai jenis batuan dan diendapkan kembali di lingkungan danau yang berubah lingkungannya sepanjang waktu.
"
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ogiee Rakha Fauzan
"Pertambahan penduduk merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 271 juta jiwa dan 56% diantaranya tinggal di pulau Jawa (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal ini menyebabkan intensitas aktivitas antropogenik meningkat, sehingga mengakibatkan limpasan limbah yang besar yang dibuang ke sistem sungai. Pencemaran ini dapat ditemukan baik di kolom air maupun di sedimen yang telah terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polutan di sungai-sungai perkotaan yang berada di wilayah Jabodetabek, menganalisis hubungan antara penggunaan lahan dan kualitas sungai dan memberikan rekomendasi mengenai opsi remediasi yang akan dilaksanakan. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel yang berada di hulu Sungai Ciliwung dan beberapa titik yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Pengujian yang dilakukan meliputi parameter organik dan unsur logam berat. Parameter organik berupa DO, TN, TP, TOC, pH, suhu dan TSS. Hasil analisis tata guna lahan dan jarak garis lurus setiap pengambilan sampel ke bagian hilir Sungai Ciliwung dikaitkan dengan data yang telah diperoleh dari pengujian sampel. Analisis logam berat dilakukan dengan menghitung nilai indeks geoakumulasi, dimana komposisi logam berat pada setiap titik pengambilan sampel dibandingkan dengan nilai latar belakang atau hulu Sungai Ciliwung. Ditemukan adanya unsur-unsur seperti Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb dan Re yang menjadi beban pencemaran terbesar di lokasi tersebut. Setelah melalui perhitungan indeks geoakumulasi, ditemukan bahwa Sungai Mookervart tergolong pencemaran ekstrim. Sehingga Sungai Mookervart menjadi pilihan utama dalam melakukan pemulihan melalui metode remediasi. Metode remediasi yang disarankan adalah pengerukan atau dredging karena geometri Sungai Mookervart cenderung kecil. Secara teknis, pengerukan Sungai Mookervart sepanjang 2,16 km akan menelan biaya sekitar 8 miliar rupiah dan membutuhkan waktu 10 hari untuk menyelesaikan perbaikan.

Population growth is an unavoidable phenomenon. In Indonesia alone there are approximately 271 million people and 56% of them live on the island of Java (Central Bureau of Statistics, 2014). This causes the intensity of anthropogenic activity to increase, resulting in large waste runoff being discharged into the river system. This pollution can be found both in the water column and in sediments that have accumulated over a long period of time. This study aims to identify pollutants in urban rivers located in the Greater Jakarta area, analyze the relationship between land use and river quality and provide recommendations on remediation options to be implemented. Data collection was carried out by taking samples in the upper reaches of the Ciliwung River and several points scattered in the Greater Jakarta area. The tests carried out include organic parameters and heavy metal elements. Organic parameters in the form of DO, TN, TP, TOC, pH, temperature and TSS. The results of the land use analysis and the straight line distance of each sampling to the lower reaches of the Ciliwung River are associated with the data that has been obtained from sample testing. Heavy metal analysis was carried out by calculating the geoaccumulation index value, where the composition of heavy metals at each sampling point was compared with the background value or the upstream of the Ciliwung River. It was found that the presence of elements such as Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb and Re which became the biggest pollution burden at that location. After going through the calculation of the geoaccumulation index, it was found that the Mookervart River is classified as extreme pollution. So that the Mookervart River becomes the main choice in carrying out recovery through the remediation method. The recommended remediation method is dredging or dredging because the geometry of the Mookervart River tends to be small. Technically, dredging the 2.16 km Mookervart River would cost around IDR 8 billion and take 10 days to complete the repairs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dedi Irawan
"Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan di Laboratorium Kimia, Universitas Indonesia dan bertujuan : Untuk mengetahui kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) pada Ikan Bandeng dan Sedimen di Pertambakan Bermangrove. Sampel berupa ikan bandeng dan sedimen diambil dari pertambakan bermangrove yang dibagi ke dalam enam stasiun. Masing-masing stasiun diteliti kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) di ikan bandeng dan Sedimen. Kandungan logam Cr yang ditemukan di ikan bandeng memenuhi kisaran 0.03-0.029 mg/kg. Ambang batas logam Cr di biota menurut Keputusaan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2001 sebesar 0.005 ppm, artinya seluruh stasiun telah melampaui ambang batas. Untuk kandungan logam Cr di sedimen di kisaran 0.021-0.636 mg/kg. ambang batas logam Cr di sedimen menurut Swedish Enviromental Protection Agency (<40 mg/kg), mengacu pada standard tersebut maka logam Cr di sedimen belum melebihi ambang batas.

The research was conducted in June 2015 Blanakan Village, Subang, West Java and Chemistry Laboratory, University of Indonesia and aims: To determine the content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in the Milkfish and Sediment in aquaculture. Samples of fish and sediment taken from aquaculture divided into six stations. Each station studied heavy metal content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in fish and sediments. Cr metal content found in fish meet the range of 0.03-0.029 mg/kg. Cr threshold in biota desperation by the Minister of Environment in 2001 amounted to 0.005 ppm, meaning the whole station has exceeded the threshold. Cr for the metal content in the sediment in the range of 0.021-0.636 mg/kg. Threshold of Cr in sediments according to the Swedish Environmental Protection Agency (< 40 mg/kg), refers to these standards, the Cr in sediments has not exceeded the threshold."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Purnama Tirta
"Eutrofikasi merupakan salah satu problem lingkungan perairan yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Pada sebagian besar danau, fosfat merupakan nutrisi pembatas pada proses fotosintesis alga. Meskipun konsentrasi fosfat di badan air dikurangi, eutrofikasi masih dapat terjadi karena adanya mobilisasi fosfat dari pore water sedimen ke badan air. Oleh karena itu, monitoring terhadap cemaran fosfat di perairan perlu mengkaji pelepasan fosfat dalam sedimen dan bagaimana interaksinya pada badan air. Studi pelepasan fospat dari sedimen ke badan air dilakukan menggunakan perangkat DGT dengan ferrihidrit sebagai binding gel dan N- -methylenebisacrylamide sebagai crosslinker. Hasil penelitian menunjukkan DGT dengan dengan komposisi akrilamid 15 % ; N- -methylenebisacrylamide 0,1 % dan ferrihidrit sebagai binding gel dapat digunakan untuk pengukuran fosfat yang lepas dari sedimen ke badan air.
Hasil penggelaran DGT selama 7 hari pada kondisi oxic dan anoxic menunjukkan proses lepasnya fosfat dari sedimen ke badan air dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan kondisi oxic lingkungan. Konsentrasi fosfat yang lepas dari pore water sedimen ke badan air pada kondisi anoxic memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan kondisi oxic. Hasil penelitian dari penggelaran DGT selama 7 hari untuk sampel sedimen buatan dan sedimen nyata pada kedalaman 1 sampai 15 cm dari permukaan air menunjukkan sedimen memiliki profil massa fosfat yang berbeda sesuai dengan kedalaman. Konsentrasi fosfat yang lepas cenderung lebih tinggi dengan bertambahnya kedalaman dan waktu inkubasi. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi oxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , hari ke-3 dan hari ke-7 masing-masing sebesar 1,00 μg/L pada kedalaman 14 cm, 6,61 μg/L pada kedalaman 14 cm, dan 20,92 μg/L pada kedalaman 11 cm. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi anoxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , ke-3, dan ke-7 masing-masing sebesar 9,62 μg/L pada kedalaman 12 cm, 10,31 μg/L pada kedalaman 13 cm, dan 24,19 μg/L pada kedalaman 10 cm. CDGT fosfat maksimum untuk sampel sedimen nyata setelah penggelaran 7 untuk kondisi oxic sebesar 29,23 g/L di kedalaman 14 cm, sedangkan untuk kondisi anoxic sebesar 30,19 g/L di kedalaman 8 cm.

Eutrophication is one of the environmental problems caused by the excessive nutrients in aquatic ecosystems. In most lakes, phosphate is a limiting nutrient for algae photosynthesis. Even though the concentration of phosphate from external loading into the water body has been reduced, eutrophication could still be occurring due to internal mobilization of phosphate from the sediment pore water into the overlying water. Therefore, released phosphate from sediments and their interaction in the pore water must be included in monitoring of phosphate concentration in aquatic system. Released phosphate from sediment into pore water has been studied by DGT devices with ferrihydrite as binding gel and NN'-methylenebisacrylamide as crosslinker. The results showed that DGT with 15% acrylamide; 0.1 % N-N'-methylenebisacrylamide and ferrihydrite as binding gel was suitable for the measurement of released phosphate from sediment into pore water.
The result of deployed DGT in oxic and anoxic condition in seven days incubation showed the released phosphate process from the sediment into pore water affected by incubation time and the existence of oxygen in the environment. Released phosphate from the sediment to the water in anoxic condition has a higher value than oxic conditions. The experimental results of deployed DGT in synthetic and natural sediment core at a depth of 1 to 15 cm from the surface of the water for 7 day showed that the sediment has a phosphate mass profile difference based on depth. The concentration of phosphate tends to be increased with depth. The maximum CDGT of phosphate released for synthetic sediment in oxic condition at 1st, 3rd, and 7th day period of incubation are 1.00 μg/L at 14 cm depth, 6.61 μg/L at 14 cm depth and 20.92 μg/L at 11 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release for synthetic sediment in anoxic condition at 1st, 3rd, and 7th day are 9.62 μg/L at 12 cm depth, 10.31 μg/L at 13 cm depth and 24.19 μg/L at 10 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release from natural sediment in oxic and anoxic condition at 7th day are 29.23 g/L at 14 cm depth and 30.19 g/L at 8 cm depth, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfisalam Ghifari Mustafa
"Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di wilayah DKI Jakarta, dimana salah satu penyebabnya adalah meluapnya Sungai Pesanggrahan. Dalam menanggulangi hal tersebut, pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 melakukan normalisasi pada sungai tersebut. Namun, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa normalisasi mengakibatkan ketidakstabilan saluran dalam angkutan sedimen. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari normalisasi sungai pada daerah hulu terhadap angkutan sedimen di daerah hilir ruas yang ditinjau. Identifikasi perubahan alur sungai sebelum dan sesudah normalisasi dilakukan berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Sampel sedimen diambil pada 3 titik pada ruas sungai yang ditinjau untuk mengetahui gradasi dari butiran sedimen tersebut. Aplikasi HEC-RAS digunakan untuk melakukan simulasi angkutan sedimen pada ruas sungai tersebut untuk sebelum dan sesudah normalisasi. Hasil simulasi digunakan untuk mengetahui perubahan penampang yang terjadi akibat adanya angkutan sedimen dan untuk mengetahui tinggi muka air pada sungai tersebut. Dari tinggi muka air dapat diketahui jari – jari hidrolik penampang untuk kemudian dilakukan perhitungan angkutan sedimen menggunakan persamaan Ackers-White karena persamaan tersebut menggunakan rentang distribusi butiran dari 0,02 – 4,94 mm. Dari hasil perhitungan didapat bahwa angkutan sedimen pada titik hulu yang ditinjau meningkat 155,11 ton/tahun, pada titik tengah meningkat 89,64 ton/tahun dan titik hilir menurun 0,28 ton/tahun.

Flooding is one of the common problem in DKI Jakarta, which one of the causes is the overflow of the Pesanggrahan River. To overcoming it, the Jakarta Provincial Government in 2013 normalized the river. However, there are several studies show that normalization results in channel instability on sediment transport. The purpose of this research is to analyze the effect of river normalization in upstream areas on sediment transport in the downstream areas of the section that being reviewed. The identification of changes in river flow before and after normalization was carried out based on data from Central Office of River Region Ciliwung-Cisadane, Ministry of Public Works. HEC-RAS is used to simulate sediment transport in the river segment before and after normalization. The results are used to determine cross section changes due to sediment transport and to determine the water level of the river. From the water level, hydraulic radius can be calculated and then carried out sediment transport calculation using Ackers-White equation since the equation using grain distribution from range 0,02 – 4,94 mm. From the calculation, can be seen that sediment transport at the upstream point increases 155,11 tons/year, at the midpoint increases 89,64 tons/year, and the downstream point decreases 0,28 tons/year"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>