Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratiwi Rapih Astuti Natsir
"Musik klasik diduga memengaruhi fisiologis modulasi melalui nafsu makan. Namun, belum ada penelitian yang secara langsung membahas efek musik klasik terhadap nafsu makan. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental pada 36 tikus galur wistar dewasa dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok tikus dipajankan musik klasik selama lima belas hari dan kelompok lainnya tidak dipajankan musik. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rerata jumlah makanan yang dikonsumsi perhari antara kedua kelompok (p = 0,148). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan antara pajanan musik klasik dan nafsu makan pada tikus galur Wistar.

Classical music is hypothesized influence physiology through appetite modulation. But, there hasn`t been a study directly investigating the effect of classical music on food appetite. This study was conducted experimentally to 36 adult Wistar-Strained rats into two groups. One group rats was exposed to classical music for fifteen days and other group didn`t get music exposure. The result showed no significant difference on mean of food consumed per day between two groups (p = 0,148). The conclusion of this study is that there is no association between classical music exposure and food appetite in Wistar-Strained rats."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09135fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Suraya
"Musik dapat mempengaruhi emosi dan beberapa fungsi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pajanan musik rock terhadap nafsu makan pada tikus galur Wistar jantan dengan metode eksperimental. Selama 15 hari, tikus diberi pajanan musik rock selama empat jam per hari, dan diukur jumlah makanan yang dikonsumsi tiap tiga hari. Data dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dan didapatkan bahwa pajanan musik rock secara signifikan berhubungan dengan perubahan nafsu makan pada tikus galur Wistar; nilai p = 0,007. Kesimpulannya, Pajanan musik rock selama empat jam dalam waktu 15 hari berpengaruh terhadap peningkatan nafsu makan tikus galur Wistar.

Music affects emotion and some body functions. The aim of this research is to know whether rock music exposed to Wistar-strained rats is linked to their appetite using experimental method. Each rat was exposed to rock music four hours a day in 15 consecutive days and measured for their food consumption every three day. The data were analyzed statistically with independent-t test. In conclusion, rock music was significantly linked to the change of appetite on Wistar-strained rats; p value: 0.007. Rock music exposure to Wistar-strained rats for four hours in 15 consecutive days resulted in the increase of their appetite."
2009
S09046fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Kristyanto
"Musik dapat memodulasi emosi melalui pengeluaran neurohormon. Modulasi ini berakibat pada perubahan masukan dan penggunaan energi sehingga berpengaruh terhadap berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pajanan musik rock terhadap berat badan tikus galur Wistar. Kelompok variabel diberi pajanan musik rock selama empat jam dalam 15 hari. Tiap tiga hari berat badan tikus ditimbang. Data tersebut dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Didapatkan bahwa pajanan musik rock secara signifikan meningkatkan berat badan tikus (P=0,028). Pajanan musik rock selama empat jam dalam 15 hari meningkatkan berat badan tikus galur Wistar.

Music can modulate emotion through neurohormones secretion. This modulation affects energy input and output, and thus body weight. This research aimed to know whether rock music influenced rats’ body weight. The variable group was exposed to rock music for four hours in 15 consecutive days. Every three days, rats’ body weight was measured. The data were analyzed using unpaired-t test. This study resulted in that rock music significantly increase rats’ body weight (P=0.028). Rock music exposure to Wistar-strained rats for four hours in 15 consecutive days resulted in the increase of their body weight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Purwaning Rahayu
"Toluena sudah diketahui sebagai toksikan yang dapat menimbulkan toksisitas pada manusia sehingga ditetapkan nilai ambang batas pada pekerja sebesar 50 ppm. Hingga saat ini data mengenai efek pajanan toluena dibawah nilai ambang batas terhadap gangguan pada tingkat molekuler masih terbatas. Penelitian mengenai dosis toluena dibawah nilai ambang batas masih diperlukan sebagai upaya perlindungan yeng lebih baik terhadap pekerja. Penelitian toksisitas pada dosis toluena yang lebih rendah dari nilai ambang batas dapat dilakukan pada hewan coba. Rancangan penelitian eksperimental murni terhadap 30 ekor tikus Wistar jantan dengan tingkat pajanan1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml, dan kontrol. Pajanan dilakukan selama 14 hari berturut-turut dengan durasi 4 jam per hari, dengan mengalirkan toluena cair ke dalam chamber yang dipertahankan pada jumlah yang tetap. Analisis data dilakukan untuk memperoleh perbandingan jumlah sel Sertoli dan kadar malondyaldehide (MDA) testis antar kelompok penelitian dengan uji ANOVA, untuk mengendalikan faktor suhu dan kelembaban lingkungan digunakan uji MANOVA. Jumlah sel Sertoli pada kelompok 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; dan kelompok kontrol masing-masing nilai memiliki nilai mean 2,35 per 10 lapang pandang; 4,47 per 10 lapang pandang; 4,08 per 10 lapang pandang; 5 per 10 lapang pandang; dan 4;83 per 10 lapang pandang yang secara statistik tidak bermakna pada p=0,067. Kadar MDA testis pada kelompok 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; dan kelompok kontrol untuk masing-masing kelompok memiliki nilai median 0,10 mmol/mg; 0,9 mmol/mg; 0,12 mmol/mg; 0,06 mmol/mg; dan 0,07 mmol/mg, yang secara statistik tidak bermakna pada nilai p= 0,856. Disimpulkan dosis pajanan kurang dari sama dengan 12,8 ml tidak menyebabkan perubahan kadar MDA testis dan penurunan jumlah sel sertoli.

Toluene has known as toxicant that can cause human toxicity which the treshold is 50 ppm. Nowadays, we have lacked data of effects of toluene exposure below the treshold that can lead mollecular disturbances. The experiment of toluene exposure below the treshold is necessary to prevent the workers. The experiment of toluene toxicity by toluene exposure below the treshold can do in animal. The true experimental study of 30 male Wistarrats, administered by 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; and 12,8ml toluene liquid and control. Exposure given by flows the liquid toluene on the chamber with the duration of 4 hours per day, for 14 consecutive days. Statistical analysis to comparation the Sertoli cel and malondialdehyde (MDA) level in each group do by ANOVA test and MANOVA test do to control the environment. Sertoli cel on each group 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; and control has each mean 2,35 per 10 field of view; 4,47 per 10 field of view; 4,08 per 10 field of view; 5,00 per 10 field of view; and 4;83 per 10 field of view, which is not significants in p=0,067. The testicular MDA level on each group 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; and control has each median 0,10 mmol/mg; 0,09 mmol/mg; 0,12 mmol/mg; 0,06 mmol/mg; and 0,07 mmol/mg, which is not significants in p=0,856. Conclutions the exposure dose less then equal to 12,8 ml cannot lead the testicular MDA level and decreasing of Sertoli cells
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christ Billy Aryanto
"ABSTRAK
Penelitian Mozart effect telah banyak dilakukan di negara-negara barat, tetapi belum diketahui pengaruhnya pada partisipan di Asia, khususnya Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik barat dan musik tradisional Indonesia terhadap kemampuan penalaran spasial mahasiswa Indonesia. 37 partisipan mengerjakan tiga borang tugas spasial setelah mendengarkan Sonata for Two Pianos in D, KV. 448 karya Mozart, musik Gamelan Bali, dan hening selama 10 menit. Mood, arousal, dan kesukaan serta kelaziman terhadap lagu yang didengarkan juga diukur untuk mengetahui apakah hal tersebut memengaruhi skor penalaran spasial. Ditemukan bahwa musik karya Mozart dan musik Gamelan Bali secara signifikan meningkatkan penalaran spasial dibandingkan keadaan hening. Musik karya Mozart diketahui dapat meningkatkan mood dan arousal, sedangkan musik Gamelan Bali hanya meningkatkan arousal saja. Analisis dari kesukaan dan kelaziman lagu menunjukkan musik karya Mozart lebih disukai dibandingkan musik Gamelan Bali, meskipun kedua lagu sama-sama lazim bagi partisipan. Hasil dan saran penelitian akan didiskusikan lebih lanjut untuk mengeksplorasi hasil yang tidak konsisten dari penelitian Mozart effect sebelumnya.

ABSTRACT
Research on Mozart effect have been widely researched in western countries, but it is not known the influence on participants in Asia, especially Indonesia. This study aims to determine the effect of western classical music and Indonesian traditional music on Indonesian students rsquo spatial reasoning abilities. 37 participants did three spatial task rsquo s forms after listening to Sonata for Two Pianos in D, KV. 448 works by Mozart, Balinese Gamelan music, and silence for 10 minutes. Mood, arousal, and liking also familiarity of the songs were also measured to determine whether this affects the score of spatial reasoning. It was found that Mozart music and Balinese Gamelan music significantly improve spatial reasoning compared to the state of silence. Music by Mozart are known to improve mood and arousal, while the Balinese Gamelan music only enhances arousal. Analysis of liking and familiarity of the songs show that by Mozart music is preferred over Balinese Gamelan music, although both songs were equally familiar for participants. Results and recommendations will be discussed to explore the inconsistent results from previous studies Mozart effect."
2016
T47462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdianto
"Toluena adalah bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan dasar dan pelarut di bidang industri. Toluena bersifat neurotoksik, dapat menembus sawar darah-akson sehingga dapat menyebabkan gangguan di sistim saraf pusat serta saraf tepi termasuk di saraf optik. Pada penelitian sebelumnya pajanan inhalasi kronis toluena dosis tinggi pada tikus dapat meningkatan kadar malondialdehyde (MDA).
Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui efek pajanan toluena terhadap saraf optik, dengan pemeriksaan kadar MDA plasma, MDA saraf optik dan histopatologi saraf optik. Tiga puluh tikus wistar jantan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok pajanan toluena 12.5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm selama 4 jam/hari dalam waktu 2 minggu. Kondisi lingkungan dipertahankan pada suhu berkisar 25oC-32oC dengan kelembaban relatif 30%-70 % Pemeriksaan kadar MDA plasma dan MDA saraf optik dilakukan dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS). Penilaian histopatologis saraf optik dengan pewarnaan biru toluidin dan mikroskop cahaya.
Dari hasil penelitian ditemukan perbedaan median nilai histopatologi saraf optik (p<0.001) yang bermakna antar kelompok. Nilai histopatologi saraf optik mulai menunjukan perbedaan bermakna pada kelompok dengan pajanan toluena 50 ppm. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar MDA saraf optik yang bermakna antar kelompok pajanan toluena (p=0.056). Pajanan toluena menyebabkan degenerasi akson dan fibrosis pada saraf optik tikus.

Toluene is a widely used chemical, mostly as basic material and as a solvent in industry. Toluene is neurotoxic, can penetrate the blood-axons barrier that can cause disturbances in the central nervous system and peripheral nerves including the optic nerve. In previous study, chronic inhalation exposure of rats to toluene in high doses can cause elevated levels of malondialdehyde (MDA).
The objective of this experimental study is to determine the effects of toluene exposure in the optic nerve, by examining the levels of plasma MDA, optic nerve MDA and optic nerve histopathology. Thirty male wistar rats were divided into five groups: control group, 12.5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, and 100 ppm toluene exposure groups, exposure was 4 hours/day for a period of 2 weeks. The environment (temperature and humidity) was kept in 25oC-32oC and 30%-70%. Measurement of plasma MDA and optic nerve MDA level was conducted by using Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS). The optic nerve histopathologic was assessed by using toluidine blue staining and light microscopy.
The result showed there were significant differences in the optic nerve histopathology score (p<0.001) between groups. Optic nerve histopathology score began to show significant differences in the group with 50 ppm toluene exposure. No significant differences were found in the mean levels of optic nerve MDA between groups (p=0.056). Toluene exposure causes degeneration of axons and fibrosis in the rat optic nerve.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusita Permana Sari
"Latar Belakang: Pelarut organik, Toluena luas digunakan dalam industri dan dapat menyebabkan gangguan pada berbagai organ termasuk hati. Tujuan dari studi ini untuk meneliti efek pajanan inhalasi akut toluena pada berbagai dosis rendah terhadap hati tikus Wistar jantan.
Metode: Tiga puluh ekor hewan coba dibagi menjadi lima kelompok. Satu kelompok sebagai kelompok kontrol dan empat kelompok diberikan pajanan toluena masing-masing 1,6 cc, 3,2 cc, 6,4 cc, 12,8 cc selama 4 jam/hari selama 14 hari terus menerus. Pada hari ke 14, hewan coba didekapitasi, untuk pemeriksaan Malondialdehid (MDA) Hati, MDA Plasma (metode Will’s) dan Histopatologi Hati (pewarnaan Hematoxilin Eosin).
Hasil: Rerata kadar MDA Hati antar kelompok pajanan berbeda bermakna (p=0,009). Perbedaan bermakna terlihat pada kelompok pajanan 6,4 cc dan 12,8 cc dibandingkan dengan kelompok pajanan 1,6 cc dan 3,2 cc. Perbedaan bermakna juga terlihat pada kelompok 6,4 cc dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rerata kadar MDA Plasma antar kelompok pajanan tidak berbeda bermakna (p=0,118). Rerata skor gambaran Histopatologi Hati antar kelompok pajanan berbeda bermakna (p<0,001). Perbedaan bermakna terlihat pada kelompok pajanan 3,2 cc, 6,4 cc dan 12,8 cc dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok pajanan 1,6 cc. Perbedaan bermakna juga terlihat pada kelompok pajanan 6,4 cc dibandingkan dengan kelompok pajanan 3,2 cc dan pada kelompok pajanan 12,8 cc dibandingkan kelompok pajanan 6,4 cc. Pajanan toluena berkorelasi bermakna positif dengan kadar MDA Hati, kadar MDA Plasma dan gambaran Histopatologi Hati (r=0,415: p=0,025, r=0,416: p=0,025, r=0,719: p<0,001).
Kesimpulan: Pajanan akut toluena dosis rendah pada tikus Wistar jantan menunjukkan kerusakan sel yang ditandai dengan kenaikan kadar MDA Hati, skor gambaran Histopatologi Hati yang bermakna masing-masing mulai pada dosis pajanan 6,4 cc (setara dengan 50 ppm), 3,2 cc (setara dengan 25 ppm) dan menunjukkan korelasi positif kuat antara pajanan toluena dengan skor gambaran Histopatologi Hati.

Background: An organic solvent, Toluene is widely used in industry and can cause disordes in various organs including the liver. The aim of the study was to investigate the effects of acute inhalation exposure to toluene at various low doses of the male Wistar rat liver.
Methods: Thirty male Wistar rats were divided into five groups. One group as a control group and four groups were exposed to toluene 1.6 cc, 3.2 cc, 6.4 cc, 12.8 cc respectively for 4 hours/day for 14 days continuously. On the 14th day, the animals were decapitated, for examination of Liver Malondialdehyde, Plasma Malondialdehyde (Will's method) and Liver Histopathology (Haematoxylin-eosin staining).
Results: The mean Liver MDA levels between exposure groups were significant differences (p=0,009). The significant differences were observed in the 6,4 cc and 12,8 cc exposured group compared to the 1,6 cc and 3,2 cc exposure group. The significant differences were observed in the 6,4 cc exposure group compared to the control group also. The mean Plasma MDA levels between groups were not significant differences (p=0.118).. The mean Liver Histopathology feature between groups were significant differences (p<0,001). The significant differences were observed in the 3,2 cc, 6,4 cc and 12,8 cc exposure group compared to the control group and 1,6 cc exposure group. The significant differences were observed in the 6,4 cc exposure group compared to 3,2 cc and in the 12,8 cc exposure group compared to 6,4 cc exposure group also. Toluene exposure was positively significantly correlated with Liver Malondialdehyde level, Plasma Malondialdehyde level and Liver Histopathology feature (r = 0.415: p = 0.025, r = 0.416: p = 0.025, r = 0.719: p <0.001).
Conclusions: Low doses toluene acute exposure in male Wistar rats showed cell damage characterized by increased Liver Malondialdehyde level, Liver Histopathology feature score that statistically significant started at exposure dose of 6.4 cc (equivalent with 50 ppm), 3.2 cc (equivalent with 25 ppm), respectively and showed strong positive correlation between toluene exposure and Liver Histophatology feature score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhyarjon
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Buah merah merupakan tanaman yang kaya akan bahan-bahan antioksidan seperti beta karoten dan alfa tokoferol. Baik buah maupun minyaknya sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan diyakini memiliki khasiat dalam pengobatan berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker. Meskipun buah merah sudah digunakan secara luas oleh masyarakat, namun penelitian ilmiah tentang khasiat buah merah masih sangat terbatas. Penelitian pengaruh minyak buah merah terhadap karsinogenesis hati pada tikus yang diinduksi N-2-Fluroenilasetamida (FAA) bertujuan untuk menganalisis perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis akibat FAA pada tikus. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus jantan galur Wistar, berumur ± 3 bulan dengan berat badan berkisar 150-200 gram, yang dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu: kelompok kontrol, merupakan kelompok yang mendapatkan akuades, kelompok BM, adalah kelompok yang diberi minyak buah merah 10μl/gram BB/hari, kelompok FAA, merupakan kelompok yang diinduksi karsinogenesis FAA 40μg/hari dan kelompok BM+FAA, merupakan kelompok yang mendapatkan minyak buah merah dan FAA dengan dosis yang sama dengan kelompok BM dan kelompok FAA Perlakuan diberikan dengan sonde lambung setiap had selama ± 8 minggu. Pada minggu ke 8 tikus dikorbankan kemudian diambil hati dan darab dari jantung. Sebagai parameter karsinogenesis adalah kadar asam sialat, kadar proteasom dan skor karsinogenesis berdasarkan pemeriksaan histopatologis. Disamping itu juga diukur parameter untuk menilai fungsi hati seperti: albumin, protein total dan pola elekroforesis protein plasma serta aktivitas glutamatepiruvate transaminase (GPT) plasma. Data penelitian kemudian diolah secara statistik.
Hasil dan kesimpulan: Pada pemeriksaan asam sialat ditemukan bahwa kadar asam sialat hati kelompok FAA secara statistik lebih tinggi dibandingkan kontrol, namun demikian kadar asam sialat plasma belum ditemukan perbedaan yang bermakna. Uji statistik yang dilakukan terhadap kadar proteasom plasma dan jaringan hati menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Sedangkan pemeriksaan histopatologis memperlihatkan skor karsinogenesis kelompok FAA lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kontrol. Sementara itu pemeriksaan asam sialat, proteasom maupun histopatologis kelompok BM+FAA tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok FAA. Dari basil-basil tersebut dapat disimpulkan bahwa karsinogenesis yang terjadi masih pada tahap dini dan belum ditemukan perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis. Pada penilaian fungsi hati tidak ditemukan perbedaan bermakna kadar protein total, kadar albumin dan pola elektroforesis protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa FAA walaupun sudah menimbulkan karsinogenesis tapi tidak menggangu fungsi hati. Pada pemeriksaan GPT plasma ditemukan aktivilas pada kelompok BM dan FAA Iebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol atau kelompok FAA. Hal ini memberikan kesan bahwa minyak buah merah, walaupun tidak menyebabkan karsinogenesis hati namun dapat menimbulkan kerusakan hati. Hal ini didukung oleh pemeriksaan histopatologis jaringan hati yaitu ditemukannya gambaran degenerasi hidropik yang menandai awal kerusakan sel hati.

Red fruit (Pandanus conoideus Lam) is an endemic plant in Eastern Indonesia especially in Papua. This fruit has been used traditionally since many years ago for various purposes such as daily food consumption, traditional medicine, handycraft etc. As traditional medicine it is believed that this fruit can cure many diseases like cancer, AIDS, arthritis and many others. This advantage might be due to it's rich antioxidant substances such as carotene and a tocopherol. This study was conducted to investigate the effect of red fruit oil on FAA induced carcinogenesis in rat Twenty four male Wistar rats, approximately 3 months old, weighing 150-200 g were equally divided into 4 groups. The first (control) group, received distilled water. The second (BM) group received 10pLIg body weight/day of red fruit oil. The third (FAA) group received 40µg FAAIday. The fourth (BM+FAA) group received red fruit oil as well as FAA with similar dose as BM and FAA group_ The treatments were given for eight weeks and at the end of S~' weeks the animal were sacrificed, liver and the blood were collected. To analyzed liver carcinogenesis, the level of sialic acid, proteasome and histopathological based carcinogenesis score were measured To asses liver function, glutamate-pyruvate transaminase (GPT) activity, albumin and total plasma level protein were measured, and plasma protein electrophoresis pattern were also determined. The data were statistically analyzed using ANOVA and Tukey test.
This study showed that liver sialic acid level of FAA rats was significantly higher than those in the control group but there was no statistically difference between sialic plasma level of FAA group compared to the control. The liver and proteasome plasma level found to be similar among the groups. Histopatological finding showed that carcinogenesis scores in FAA group was higher than the control group. Moreover, there were no differences in sialic acid level as well as carcinogenesis scores between BM+FAA group compared to FAA group. The analysis of liver function showed that liver function of all groups were still in normal range.
It can be concluded that the FAA induced liver carcinogenesis was still in early stage and red fruit oil supplementation has no protection effect on liver carcinogenesis. Surprisingly, the plasma GPT activity of BM and BM+FAA group were significantly higher than control group or FAA group_ This result showed that red fruit oil supplementation it self, even though couldn't induce carcinogenesis, lead to liver cells changes, a cloudy swelling degeneration, which reflecting an early liver injury.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Helenasari
"Toluena yang bersifat lipofilik dapat menyebabkan gangguan irama, fibrosis jaringan interstitial serta pembentukan vakuola lipid. Pajanan toluena perinhalasi dapat menyebabkan stress oksidatif pada miokardium melalui pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang akan memicu stress oksidatif dengan pembentukan lipid peroksidase sehingga membentuk malondialdehyde (MDA) yang dapat terdeteksi pada miokardium.
Tujuan: mengetahui tingkat pajanan toluena pada dosis rendah di bawah ambang batas yang menyebabkan kenaikan nilai MDA miokardium dan kenaikan jumlah vakuola lipid.
Metoda: Penelitian menggunakan 30 ekor tikus Wistar jantan usia 3 bulan dengan berat badan 150 - 200 gram, dibagi secara acak sederhana menjadi satu kelompok kontrol dan empat kelompok intervensi yang diberikan pajanan toluena 1,6 ml, 3,2 ml, 6,4 ml, 12,8 ml masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus. Pajanan diberikan per inhalasi dengan cara menyemprotkan toluena cair ke dalam akuarium, disertai penambahan dosis tiap jam sesuai dengan perhitungan aliran udara dan volume akuarium. Pajanan dilakukan selama 4 jam per hari dalam14 hari berturut-turut. Pada akhir penelitian dianalisa kenaikan nilai MDA miokardium dan jumlah vakuola lipid. Secara mikroskopik vakuola lipid yang mengalami pergeseran inti ke tepi, dihitung dalam 10 lapang pandang.
Analisis data: Uji Oneway ANOVAdigunakan untuk mencari kebermaknaan tingkat pajanan toluena dengan nilai MDA miokardium serta tingkat pajanan toluena dengan jumlah vakuola lipid.
Hasil: Rata-rata tingkat pajanan ada hubungan bermakna secara statistik terhadap nilai MDA miokardium yaitu antara kelompok pajanan 12.8 ml dengan kontrol (p=0.024), kel. 12.8 ml dengan kel. pajanan 6.4 ml (p=0.002) dan kel. 12.8 ml dengan kel. 3.2 ml (p=0.002). Sedangkan rata-rata tingkat pajanan tiap kelompok tidak ada hubungan bermakna terhadap rata-rata jumlah vakuola lipid (p=0.248).
Kesimpulan: Tingkat pajanan toluena dibawah nilai ambang batas menyebabkan kenaikan kadar MDA miokardium pada kelompok pajanan 1,6 ml (12,5 ppm) sampai dengan 6,4 ml (50 ppm). Tidak terdapat kenaikan jumlah vakuola lipid pada tikus Wistar jantan.

Lipophilic nature of toluene can cause rhythm disturbances, interstitial fibrosis problems and disturbances in forming lipid vacuoles. Toluene exposure through inhalation can cause oxidative stress in the myocardium to form Reactive Oxygen Species (ROS) which will trigger oxidative stress with the formation of lipid peroxide and forming Malondialdehyde (MDA) which can be detected in the myocardium.
Objective: To determine the level of exposure to toluene at low doses below the threshold that causes the increase in value of myocardial MDA and increase in the number of lipid vacuoles.
Method: The study used 30 male Wistar rats aged 3 months weighing 150-200 grams, were divided randomly into a control group and four intervention groups which were given exposure to toluene at 1.6 ml, 3.2 ml, 6.4 ml, 12.8 ml, each consisting of 6 rats. Exposure is done through inhalation by spraying liquid toluene into the tank, along with addition doses per hour according to the calculation of the air flow and the volume of the aquarium. Exposure is done for 4 hours every day in 14 consecutive days. At the end of the study, the increase in myocardial MDA value and number of lipid vacuoles is analyzed. On a microscopic level, lipid vacuoles which experience shiftednucleus to the edge are counted in 10 visual fields.
Data Analysis: Oneway ANOVA is used to find the significance level of toluene exposure with myocardial MDA values and exposure levels of toluene by the number of lipid vacuoles.
Results: The average level of exposure is statistically significant to the myocardium MDA value, which is between 12.8 ml exposure group with the control (p = 0.024), 12.8 ml exposure group with 6.4 ml exposure group (p = 0.002), and 12.8 ml exposure group with 3.2 ml exposure group (p = 0.002). While the average level of exposure for each group has no significant relation to the average number of lipid vacuoles (p = 0.248).
Conclusion: The level of toluene exposure below the threshold value causes an increase in myocardial MDA levels in the exposure group of 1.6 ml (12.5 ppm) to 6.4 ml (50 ppm), but the group of 12.8 ml (100 ppm), a decrease in the value of MDA transpires. There was no increase in the number of lipid vacuoles in male Wistar rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Rudhiati
"Kurang nafsu makan merupakan masalah makan pada anak usia 1-3 tahun yang sering dikeluhkan ibu, dan dapat mempengaruhi berat badan anak serta status gizi anak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap nafsu makan anak usia 1-3 tahun yang mengalami gizi kurang.
Desain penelitian yang digunakan randomized controlled trial dengan jumlah responden 38 orang. Baik pada kelompok kontrol maupun intervensi sama-sama menunjukkan peningkatan pada nilai nafsu makan, akan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada selisih rerata nafsu makan sesudah fase terapi baik pada kelompok kontrol maupun intervensi (P>0,05).
Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan desain randomized controlled trial cluster dan melakukan pengontrolan yang lebih ketat terhadap variabel perancu nafsu makan anak.

Lack of appettite is an eating problem in children age 1-3 years, which is often complained by mothers. Lack of appettite affects children‟s weight and their nutritional status. This study aimed to identify the effect of acupressure therapy on children age 1-3 years with undernutrition.
The research design randomized control trial was used. Involving 38 respondent. The result of this study showed that there was no significant diferences between appetitte score before and after intervention among control and intervention groups (p control= 0,08; p intervention= 0,41; α= 0,05).
This research recommends that acupressure therapy can be used to support the intervention in therapeutic feeding center program at puskesmas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>