Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Rianti
"Kepemilikan dan analisis yang tepat pada informasi penting untuk dilakukan investor agar mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi. Investor dihadapkan dengan berbagai macam informasi di pasar modal. Data historis seperti volume transaksi dan imbal hasil dapat menjadi informasi yang signifikan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan menggunakan data perdagangan saham intrahari untuk periode 10 Agustus hingga 28 Desember 2007 dari Bursa Efek Indonesia, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh volatilitas imbal hasil saham terhadap volume transaksi dan sebaliknya pada 14 saham teraktif di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa volatilitas imbal hasil dan volume perdagangan memiliki korelasi yang positif. Korelasi ini menunjukkan bahwa ketika volatilitas imbal hasil atau resiko karena variabilitas tingkat pengembalian tinggi, volume perdagangan yang terjadi juga tinggi. Hal ini merupakan indikasi bahwa tipe investor pada 14 saham teraktif di BEI merupakan risk taker. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara volatilitas imbal hasil dan volume perdagangan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa volatilitas imbal hasil tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume perdagangan dan sebaliknya. Hubungan yang terjadi pada 14 saham teraktif di Bursa Efek Indonesia merupakan aplikasi dari Mixture Distribution Hypothesis.

Ownership and analysis of information are important for investor in order to make profit from investing. Investors face many types of information at stock market. Historical data for example trading volume and return are also has a possibility to become significant information to exploit profit. By using intraday stocks transaction data for period August, 10 until December 28, 2007, this research try to figure out how return volatility influence trading volume and vice versa on Indonesia Stock Exchange?s 14 most active stocks. The concluding remark proved that return volatility and trading volume has positive correlation. The correlation shows at the time volatility or risk from variability to get return high, trading volume also high. This result indicates that profile of investor in 14 most active stocks are risk taker. However, research can not found causality relationship between return volatility and trading volume. This result show that return volatility can not be used to predict trading volume and vice versa. The relationship between return volatility and trading volume on Indonesia Stock Exchange?s 14 most active stocks are the application of Mixture Distribution Hypothesis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6564
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haramain Billady
"Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk melihat hubungan antara volume perdagangan intrahari dengan volatilitas imbal Hasil intrahari pada saat ada berita dan pada saat tidak ada berita.
Dalam penelitian ini digunakan data harga saham dan volume perdagangan dari saham saham LQ 45 periode Februari 2006 sampai dengan januari 2007. Adapun berita yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah pengumuman laporan keuangan triwulan pertama dan pengumuman dividen. Adapun metodologi penelitian yang di pakai ialah Pairwise Correlation dan regresi untuk meneliti hubungan contemporaneous (hubungan bersama sama) serta Granger Causality test untuk meneliti hubungan kausalitas.
Sedangkan interval waktu data yang digunakan dalam penelitian ini ialah interval waktu 5 menit. Adapun pembagian periode yang dilakukan ialah periode berita dan periode tanpa berita yang terdiri dari periode sebelum berita dan periode setelah berita. Setelah membagi periode penelitian, Pada periode berita ditemukan bahwa sebagian besar saham dalam periode ini mensudukung Sequential Arrival Information Hypoythesis dimana terdapat hubungan kausalitas yang signifikkan Pada hampir keseluruhan saham dan hubungan contemporaneous (hubungan bersam-sama) yang tidak signifikkan pada sebgaian besar saham.
Sedangkan hubungan kausalitas yang terjadi pada periode ini sebagian besar merupakan hubungan kausalitas satu arah. Sedangkan dalam periode tanpa berita baik sebelum berita maupun sesudah berita ditemukan hubungan kausalitas yang signifikkan pada hampir keseluruhan saham.
Sedangkan Pada hubungan Contemporaneus (hubungan bersama sama) ditemukan karakteristik yang berbeda dari tiap sampel. Pada sampel saham yang mengeluarkan laporan keuangan, ditemukan hubungan contemporaneous yang signifikkan pada sebagian besar saham di 2 periode tanpa berita. Sedangkan pada saham yang mengeluarkan pengumuman dividen ditemukan hubungan contemporaneous yang tidak signifikkan pada sebagian besar saham di 2 periode tanpa berita. Adanya hubungan kausalitas pada hampir keseluruhan saham dari 3 periode dimana hubungan kausalitas yang mendominasi pada 3 periode tersebut ialah volume perdagangan Granger Cause Volatilitas saham menunjukkan bahwa volume perdagangan dapat digunakan investor untuk memprediksi volatilitas suatu saham dan digunakan untuk keputusan transaksi ke depannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Eva Chaharani
"Penelitian ini menguji hubungan antara cuaca lokal di Jakarta terhadap imbal hasil saham pada saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Mengikuti yang dilakukan oleh Saunders (1993), Hirshleifer dan Shumway (2003), dan Chang et al. (2007), penelitian ini menguji pengaruh dari cloud cover terhadap imbal hasil saham. Dimana, penelitian ini menghipotesiskan terdapat hubungan antara cloud cover dan imbal hasil saham. Fokus dari penelitian ini ada pada cloud cover. Hal ini karena berdasarkan Saunders (1993) dan Hirshleifer dan Shumway (2003), yang menyatakan bahwa sinar matahari merupakan variabel cuaca paling penting yang memengaruhi mood [Chang et al. (2007)]. Peneliti meregresikan imbal hasil saham dalam cloud cover. Karena efek dari cloud cover dapat didorong oleh kondisi cuaca yang berlawanan, maka mengikuti Chang et al. (2007), peneliti memasukkan variabel-variabel cuaca lain ke dalam regresi meliputi tingkat hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Sebuah variabel dummy untuk tingkat hujan (Dhujan) didefinisikan sebagai 1 jika data dari BMG menunjukkan bahwa terjadi hujan selama observasi. Suhu diukur dalam Celcius, dan kecepatan angin (angin) diukur dalam knot. Mengikuti Chang et al. (2007), peneliti juga mengendalikan efek day-of-the-week dan month-of-the-year. Oleh karena itu peneliti memasukkan variabel dummy untuk hari Senin (DMon), Jumat (DFri), Januari (DJan), Desember (DDec) ke dalam perhitungan regresi. Peneliti melakukan dua penghitungan regresi. Dimana dalam penghitungan pertama, dengan mengikuti Hirshleifer dan Shumway (2003), peneliti melakukan deseasonalize terhadap tiap variabel cuaca dengan mengurangi rata-rata variabel cuaca tiap minggu dari rata-rata tiap-tiap hari. Sedangkan dalam penghitungan ke dua, dengan mengikuti Saunders (1993), peneliti tidak melakukan deseasonalize terhadap variabel-variabel cuaca. Dari 17 hasil regresi yang dilakukan, baik dengan menggunakan variabelvariabel cuaca yang telah maupun yang belum di-deseasonalized, terdapat satu variabel terikat yang dipengaruhi oleh cloud cover, yaitu variabel terikat return saham LSIP. Namun, pada sebagian besar sampel penelitian ditemukan bahwa cloud cover tidak memengaruhi imbal hasil saham. Oleh karena itu, untuk sebagian besar sampel penelitian, dapat dikatakan bahwa peneliti gagal menolak hipotesis nol dari penelitian, yang berarti tidak terdapat hubungan antara cloud cover dan imbal hasil saham. Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa investor tidak dapat membuat sebuah strategi aktif dengan menggunakan kondisi cuaca."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Christiana A. Andyono
"Tujuan dari skripsi ini adalah meneliti mengenai pengaruh dari faktor fundamental perusahaan yang digambarkan dengan book-to-market ratio, kebijakan pendanaan perusahaan, dan ukuran perusahaan, serta kondisi makroekonomi yang digambarkan oleh inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang terhadap imbal hasil saham perusahaan pertambangan pada periode 2004-2008 dengan rentang data tahunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa book-to-market ratio, ukuran perusahaan, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang memiliki pengaruh yang signifikan.. Sedangkan kebijakan pendanaan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil saham pertambangan. Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi investor dalam mengambil keputusan-keputusan berinvestasi terutama pada saham-saham pertambangan.

The purpose of this thesis is to analyze the effects of book-to-market ratio, corporate financing decision, size, inflation rate, risk-free rate (SBI rate), and the growth of Mining Sector GDP for the period of 2004-2008. The range of data used in this research paper is yearly data. The result shows that book-to-market ratio, size, inflation rate, risk-free rate (SBI rate), and growth of Mining sector GDP have a significant effect on the mining companies stock return. Nevertheless, corporate financing decision don?t have a significant effect on mining companies? stock return. This result can be utilized as a reference for investors in order to determine the best investment decisions especially in mining sector stocks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ponco T. Widagdo
"Shin and Stulz (2000) menentang dogma hubungan antara risiko dan return (imbal hasil) saham dengan membuktikan adanya hubungan terbalik antara risiko perusahaan dengan imbal hasil saham perusahaan itu (volatilitas asimetrik). Penelitian ini melengkapi seri penelitian tentang perilaku tingkat pengembalian saham yang dimulai oleh Pratt (1966) pada disertasinya yang mengambil sample di New York Stock Exchange tahun 1926 sampai 1959. Solfdosky dan Miller (1969) melanjutkan penelitian Pratt dengan mengambil sampel antara tahun 1951 sampai 1966 dan menemukan hal yang serupa dengan Pratt.
Penelitian lanjutan di bidang ini telah menemukan beragam hasil, sebagian mendukung seluruhnya, dan ada juga yang menolak pembuktian Pratt, Solfdosky, dan Miller. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya perbedaan rentang waktu dan jenis sampel yang diambil, metodologi penelitian yang digunakan, dan sampel bursa yang diambil. Dalam skripsi ini, model utama yang digunakan adalah model dari Shin dan Stulz yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Mereka mengggunakan perubahan volatilitas pada tahun t sampai t+1 sebagai proksi dari kepemilikan opsi riil perusahaan. Eksekusi opsi riil dinilai akan mempengaruhi volatilitas arus kas perusahaan, yang lalu akan tercermin dalam perubahan volatilitas imbal hasil saham di bursa. Shin dan Stulz (2000) menyebut penerapan aplikasi manajemen risiko perusahaan yang kurang baik sebagai salah satu penyebab hubungan negatif antara imbal hasil dan volatilitas. Kelemahan utama penelitian ini adalah periode waktu dan jumlah sampel yang tidak sebanyak Shin dan Stulz.

Shin and Stulz (2000) argues the traditional tenets of risk and return relationship. They proved that the relation between risk and return is negative. This research is complementary to previous research on return behaviour started by Pratt (1966) on his dissertation that took sample in New York Stock Exchange from 1926 to 1959. Pratt?s work is continued by Solfdosky dan Miller (1969) by taking sample in another year, 1951 untill 1966 and they found similar conclusion with Pratt (1966). Many other scholars have continued this subject and they have found variety of conclusion. The differences mainly caused by the differences in time range, market where they took their sample, and the methodology they used.
This research derived it?s methodology from Shin and Stulz (2000). Volatility is measured with variant and they used the volatility change (variant change) in year t until t+1 as a proxy for real option exercise from the company. Real option exercise will change the volatility of firm cash flow that will be reflected in their return?s variant. Shin and Stulz (2000) blaming the firm risk?s management as one of the factor that causing negative relation between volatility change and shareholder return. The main weakness of this research is time period and firm sample that considerably far more fewer than Shin and Stulz (2000).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Mahardhika
"Anomali hari dalam seminggu atau yang lebih sering dikenal dengan Day-of-The-Week (DOTW) Effect, merupakan anomali yang cukup banyak menarik minat orang-orang untuk diteliti karena bisa emberikan manfaat nyata untuk para investor. Kebanyakan penelitian yang sudah ada meneliti anomali DOTW pada imbal hasil. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari tahu apa pengaruh DOTW terhadap volatilitas imbal hasil dan volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan tujuan untuk membantu investor dalam melakukan manajemen risiko dan untuk membuktikan teori hubungan volatilitas-volume milik Admati and Pfleiderer (1988) serta Foster dan Viswanathan (1990). Penelitian ini menggunakan data imbal hasil dan volume dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan LQ45 dari tahun 2002 hingga tahun 2007. Dengan menggunakan model GARCH dan model ARMA didapat bahwa anomali DOTW pada imbal hasil terjadi untuk IHSG, tetapi tidak terjadi untuk LQ45. Sedangkan anomali DOTW pada volume perdagangan terjadi untuk IHSG dan LQ45. Teori hubungan volatilitas-volume yang terbukti adalah teori Admati dan Pfleiderer (1988), namun teori tersebut hanya terbukti untuk IHSG, tetapi tidak untuk LQ45."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadita Fitria
"Risk Management atau manajemen risiko saat ini merupakan salah satu prioritas utama yang dipertimbangkan industri keuangan, khususnya pasar modal. Risiko pasar (market risk) yang merupakan risiko yang timbul karena adanya volatilitas pada harga atas aset-aset keuangan dan kewajiban adalah salah satu risiko yang dihadapi para pelaku pasar modal. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan pemodelan volatilitas terhadap return portofolio sepuluh saham teraktif di Bursa Efek Indonesia. Pembentukan portofolio dilakukan dengan pemberian bobot berdasarkan jumlah relatif aset yang diinvestasikan pada awal periode. Selanjutnya pemodelan volatilitas return portofolio tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga model volatilitas, yaitu model RiskMetrics, normal Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), dan student GARCH atau t-GARCH. Dalam rangka mengukur tingkat risiko yang dihadapi oleh para trader di Bursa, maka perhitungan nilai risiko dilakukan secara kuantitatif dalam kerangka Value at Risk (VaR) dengan pendekatan Delta-Normal Valuation yang menggunakan asumsi distribusi normal. Penghitungan nilai risiko juga dilakukan dengan menggunakan tiga model VaR, yaitu model VaR RiskMetrics, VaR normal GARCH, dan VaR student GARCH.
Pada akhirnya ketiga model VaR yang digunakan untuk mengukur tingkat risiko tersebut dievaluasi dengan menggunakan metode Backtesting dan Kupiec?s Likelihood Ratio Test, dalam rangka mendapatkan model VaR yang akurat, efisien, dan konservatif. Hasil penelitian ini pada akhirnya menunjukkan bahwa model VaR normal GARCH berkinerja lebih baik dibandingkan model VaR RiskMetrics dan student GARCH, di mana model tersebut menunjukkan hasil yang lebih responsif terhadap adanya shock pada pasar dan lebih akurat dalam mengikuti pergerakan return aktual dari portofolio sepuluh saham teraktif yang diobservasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Kamseno
"Banyak pihak yang telah memuji penggunaan model indeks tunggal yang dimodelkan melalui Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam menjelaskan return pada sebuah sekuritas. Kelihatannya masalah kepraktisan dalam penggunaan menjadi kunci dalam penggunaan model ini secara luas di kalangan akademisi maupun para praktisi. Penggunaan sebuah model dengan alasan kepraktisan bukan berarti tidak menyimpan cacat. Berbagai kelemahan pun akhirnya ditemukan seiring dengan semakin berkembangnya teori-teori keuangan baru dan semakin kompleksnya beragam jenis investasi. Model indeks ganda ditawarkan sebagai pilihan lain dari model indeks tunggal yang dirasa kurang begitu baik menjelaskan return sebuah saham. Penggunaan peubah bebas dari kelompok saham yang residual returnnya saling berkorelasi dilakukan untuk dapat membuat indeks yang secara adil benar-benar mewakili return saham tersebut. Hal ini dikarenakan penggunaan indeks pasar yang dalam hal ini adalah indeks LQ45 hanya didominasi oleh segelintir saham saja. Hanya saham yang memiliki tingkat kapitalisasi paling besar yang mempunyai banyak pengaruh dalam pergerakan indeks tersebut. Akhirnya saham-saham yang tingkat kapitalisasi pasarnya relatif lebih kecil tidak benarbenar terwakili dalam indeks. Untuk itulah penggunaan indeks lebih dari satu melalui persamaan model indeks ganda dapat menjadi alternatif dalam menjelaskan return saham secara lebih baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
5584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Kurniawati
"Likuiditas merupakan suatu tingkat dimana transaksi dalam jumlah yang besar dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, biaya yang rendah, dan memberikan dampak yang minimal terhadap harga. Pada pasar likuid, memungkinkan para pemain pasar modal untuk membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah yang tidak terbatas dan dalam waktu yang singkat, biaya yang rendah, serta pada harga yang mendekati harga yang telah diperhitungkan. Sedangkan, pada pasar yang tidak likuid para pemain membeli atau menjual sekuritas pada harga yang berbeda dengan harga terakhir sekuritas tersebut diperdagangkan dan transaksi tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat (ada time lag). Melihat terdapatnya dampak likuiditas terhadap harga maka pengukuran likuiditas menjadi penting.
Terdapat empat dimensi likuiditas yaitu immediacy, width, depth, dan resiliency. Penelitian ini terfokus pada pengukuran resiliency tujuh saham perbankan sebagai salah satu dimensi likuiditas yang akan dipaparkan secara eksploratif/deskriptif dengan menggunakan kejadian empat ledakan bom yang terjadi di Indonesia (bom Bali I, Hotel JW Marriot, Kedubes Australia, dan Bali II) sebagai suatu shock yang menyebabkan ketidakseimbangan arus order di pasar modal. Pengukuran resiliency dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan agar harga bid dan ask suatu saham kembali ke posisi semula (restored) setelah terjadinya suatu shock dimana semakin cepat waktu yang dibutuhkan maka semakin resilient (kenyal) saham tersebut.
Setelah dilakukan analisis data, tiga saham perbankan dikeluarkan dari sampel penelitian ini sebab dianggap tidak likuid berdasarkan konsep resiliency. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa dari empat saham yang diamati, ternyata saham Bank Permata Tbk. (BNLI) secara rata-rata membutuhkan waktu yang paling cepat agar harga bid dan ask kembali ke posisi semula, sehingga dapat dikatakan bahwa saham BNLI paling resilient yang berarti bahwa kejadian ledakan empat bom tersebut memberikan efek yang singkat terhadap saham BNLI yang ditandai dengan kembalinya posisi harga dalam waktu yang singkat yang mencerminkan nilai fundamentalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Maya Sarah
"Penelitian ini menganalisis rasio Market Efficiency Coefficient (MEC) dan biaya eksekusi. Analisis mencakup perhitungan besarnya rasio MEC dan biaya eksekusi, pemeringkatan berdasarkan sektor industri dan saham, dan regresi untuk mengetahui hubungan antara variabel harga saham, volume transaksi, dan varians return saham terhadap MEC dan biaya eksekusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga puluh saham yang termasuk dalam enam sektor industri di Bursa Efek Jakarta (BEJ), yaitu sektor industri pertanian, barang konsumsi, pertambangan, transportasi dan infrastruktur, properti dan real estate, serta keuangan. Data harga saham dan volume transaksi diperoleh untuk periode Januari dan Febuari 2007, selama 30 hari perdagangan di BEJ, kecuali hari Jumat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor industri pertanian merupakan sektor industri yang paling efisien sedangkan sektor properti dan real estate memiliki tingkat efisiensi terendah. Berdasarkan perhitungan biaya eksekusi, sektor industri pertanian memiliki biaya eksekusi terendah sedangkan sektor industri barang konsumsi memiliki biaya eksekusi tertinggi. Hasil regresi menunjukkan variabel varians return saham dan volume yang berpengaruh secara signifikan dan positif dengan MEC dan hanya variabel varians return saham yang berpengaruh secara signifikan dan positif dengan biaya eksekusi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>