Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridwan Maulana
"Skripsi ini membahas persebaran bahasa dan dialek di Kepulauan Seribu. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap sebelas informan di sebelas titik pengamatan. Pengolahan data dalam penelitian ini berdasarkan penghitungan dialektometri dan penyusunan berkasisoglos. Penelitian ini menunjukkan persebaran bahasa di Kepulauan Seribu melalui analisis pengelompokan jumlah etimon dan medan makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara leksikal terdapat dua bahasa di Kepulauan Seribu, yaitu bahasa Melayu dan bahasa Bugis. Secara fonologis,variasi yang muncul menunjukkan jarak yang tinggi.

This thesis discuss about language distribution at Kepulauan Seribu.To collect the required data the writer interviewed eleven informan with in eleven research areas. To analyze the data, the writer applied dialectometric and the bundels of isogloss. This study shows the languages distribution at Kepulauan Seribu which were based on the analysis of grouping the number of etymon and area of meaning. The result of study reveals that lexically, there is only two language at Kepulauan Seribu and phonologically the variants appear indicate high differents variants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10979
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wapalley, Lydia Ingeline
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1979
499.2 BAH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1987
499.28 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Multamia Retno Mayekti Tawangsih
"1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian bahasa daerah terutama di bidang pemetaannya, tidaklah sebanding dengan perkiraan penghitungan jumlah lima ratusan bahasa daerah yang terdapat di Indonesia. Dengan demikian, maka penelitian geografi dialek dalam hal ini pemetaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang perlu digarap. Pemetaan bahasa cukup penting untuk mendapat perhatian karena banyak hal yang dapat dipetik dari hasilnya. Antara lain peta bahasa-bahasa daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai alat untuk memonitor dua kepentingan nasional yang kontradiksi yaitu program pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di satu pihak dan program pelestarian bahasa-bahasa daerah sebagai unsur kebudayaan nasional di lain pihak. Ditinjau dari sudut pengembangan bahasa, peta bahasa dapat memberikan gambaran umum mengenai situasi kebahasaan setempat. Sekurang-kurangnya memberikan jawaban berapa jumlah bahasa daerah di Indonesia dan bahasa apa saja yang ada di Indonesia. Sebagai hasilnya, dapat diketahui secara pasti berapa jumlah bahasa daerah yang harus dilestarikan dan bahasa-bahasa daerah mana yang perlu mendapatkan prioritas. Moeliono (1981:7) berpendapat bahwa:
"Bahasa-bahasa itu perlu diperikan sebelum menghilang dari muka bumi mengingat kenyataan bahwa angka kematian bahasa di dunia lebih besar daripada angka kelahirannya. Lajunya pengurangan bahasa itu tidak selalu harus diukur dalam satuan abad, sebab bahasa yang jumlah penuturnya sangat kecil, misalnya lima ribu orang, dapat musnah dalam satu dua generasi. Banyak pula di antara bahasa itu yang tidak mengenal ragam tulisan sehingga demi pengembangan teori linguistik, bahasa yang jumlah penuturnya sangat terbatas atau yang daerah pakainya sangat terpencil dan jalur komunikasi ramai perlu direkam baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan".
Pendapat Moeliono mengenai musnahnya sebuah bahasa dalam satu dua generasi mungkin saja terjadi andaikata ada faktor-faktor luar bahasa yang mendorong hal itu terjadi. Misalnya, masyarakat bahasa Taogwe yang penuturnya diperkirakan berjumlah 50 orang (Wurm 1984: Peta 3 Northeastern Irianjaya), merupakan masyarakat "terasing" karena faktor alamnya di pedalaman Irian Jaya. Secara geografis mereka tinggal di suatu daerah di mana 4 buah sungai bertemu yaitu Sungai Rouffaer dan Sungai Van Daalen (dari arah Barat), Sungai Idenburg (dari arah Timur), dan Sungai Mamberamo (dari arah Utara). Seandainya Pemerintah, memindahkan mereka dari tempat asalnya ke pemukiman suku-suku terasing. Hal ini, memaksa masyarakat bahasa Taogwe untuk berkomunikasi dengan masyarakat bahasa lainnya di pemukiman itu ataupun dengan petugas pemerintah yang menangani pemukiman suku-suku terasing itu. Anak-anak masyarakat Bahasa Taogwe juga akan mulai masuk SD, tentunya mulai belajar bahasa Indonesia. Lambat laun pemakaian bahasa Taogwe akan berkurang apalagi jika beberapa penutur bahasa Taogwe itu menikah dengan orang yang berbahasa-ibu lain. Dalam satu dua generasi mungkin saja bahasa Taogwe--yang dikenal sebagai salah satu bahasa di dalam kelompok Dataran Danau Tengah-itu akan musnah.
Pemetaan bahasa perlu dilakukan baik pada daerah-daerah yang monolingual maupun pada daerah-daerah yang multilingual. Terlebih-lebih pada daerah-daerah tertentu yang multilingual agaknya masalah sentuh bahasa tidak dapat dihindarkan. Dapat diduga bahwa di daerah yang multilingual masalah kebahasaan akan lebih kompleks dibandingkan dengan di daerah yang monolingual. Pendataan bahasa-bahasa daerah di Indonesia sesungguhnya telah mulai dijajagi sejak tahun lima puluhan, hanya saja belum ada kesatuan pendapat. Perbedaan yang muncul mungkin disebabkan karena perbedaan metode penelitian yang dipergunakan serta dasar pemilahannya. Untuk mengatasi ketidaksamaan informasi mengenai jumlah bahasa daerah yang terdapat di Indonesia, Lembaga Bahasa Nasional (1972) berusaha..."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D188
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"MARC singkatan dari Machine Readable Catalogue sudah ada sejak awal 1960an, dimulai tatkala Library of Congress menjajagi kemungkinan menggunakan teknik otomasi pada katalognya. Setelah berusaha beberapa tahun termasuk kerjasama dengan The British, muncullah MARC yanh menjadi standar internasional untuk cantuman katalog...."
020 VIS 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Multamia Retno Mayekti Tawangsih
1990
D1844
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maluku: Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara, 2014
499.22 BAH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fautngil, Christ
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu pemetaan dan sebaran unsur-unsur leksikal bahasa-bahasa daerah di Lima wilayah kecamatan Kotamadya Jayapura dan sekitarnya. Pendekatan yang digunakan ialah perhitungan jarak kosa kata yang dikemukakan Seguy dengan persentase yang disarankan Guitar. Perhitungan ini diperkuat pula dengan penarikan garis-garis isoglos sebagaimana digunakan oleh Chambers & Trudgill. Interpretasi dipakai unsur-unsur bahasa, yaitu gejala-gejala kebahasaan, baik fonologis maupun morfologis dan latar belakang sejarah, geografi, dan sosial budaya.
Hasil yang diperoleh antara lain (1) terdapat tujuh bahasa dalam lima wilayah kecamatan itu, (2) terdapat saling pengaruh antara bahasa-bahasa itu, (3) bahasa-bahasa yang ada sekarang ini merupakan hasil asimilasi dan hasil perkembangan bahasa-bahasa pada masa lalu. Dalam kaitan dengan tujuh bahasa itu, penelitian terdahulu menyatakan bahwa antara Kayu Pulau dan Tobati merupakan bahasa tersendiri, demikian halnya Kemtuk di Sabron dan Moi di Dosai-Hasil perhitungan jarak kosa kata dalam penelitian ini hanya sebesar 511 untuk Sabron-Dosai dan 54% untuk Kayu Pulau-Tobati.
Terdapatnya rumpun bahasa Austronesia di Teluk Yos Sudarso, menurut penelitian terdahulu (yakni Orru, Kayu Pulau, dan Tobati), diasumsikan sebagai akibat pengaruh yang kuat dari sebelah barat, yakni pengaruh Ternate-Tidore melalui Raja Ampat dan Biak. Dengan pengaruh-pengaruh kuat tersebut, bahasa-bahasa di teluk itu yang dulunya diperkirakan serumpun dengan bahasa-bahasa di batik gunung Dobonsolo (yakni bahasa-bahasa Irian), akhirnya didominasi oleh rumpun Austronesia.
Sebaran penduduk berdasarkan sejarah dimulai dari bagian timur, selatan, dan barat- Sebaran tersebut diperkirakan dalam dua tahapan besar, yakni kelompok timur, selatan, dan barat (dekat --> Demta) merupakan kelompok pertama dan kelompok yang datang dari daerah barat dan jaLinan kembali hubungan timur-barat seperti dikemukakan di atas sebagai kelompok kedua. Hubungan timur dan barat yang dekat masih berjalan terus hingga sekarang.

ABSTRACT
This study has two main objectives: the mapping and distribution of lexical elements in five districts in Jayapura and the neighboring areas. This study used the technique created by Seguy for counting word distance, and word percentage created by Guiter (dialectometry). The dialectometry is also supported by techniques for drawing isglossis as used by Chambers and Trudgill. The interpretation of the results was based on linguistic phenomena both phonologically and morphologically, as well as and historical, geographical, and socio-cultural background.
The results of the study are: (1) there are seven languages in the five districts, (2) there are linguistic influences among these languages, (3) the existing languages now are the results of the distribution of languages and the migration of the people in the past. In relation to seven languages, earlier studies claimed that the languages in Kayu Pulau and Tobati are separate languages and so are the Kemtuk language in Sabron and the Moi language in Dosai- The calculation and percentage of dialectometry is 51% for Sabron-Dosai and 64% for Kayu Pulau-Tobati.
The languages in the Yos Sudarso Bay, that is, the Ormu language, the Kayu Pulau Language, and the Tobati language, according to earlier studies, belong to the Austronesian group because of the influences from western languages, like the Ternate-Tidore languages, which came through the Raja Ampat and Biak. Because of these strong influences, these languages around the bay, which were once the same group as those at the other side of Mount Dobonsolo namely the Papuan Languages, then changed to belong to the Austronesian group.
The migration of people, according to history, began from the east, the south, and the west- This migration is thought to occur twice: the first group which is called the east, south, west group (Demta); the second group migration from the west and east as described above. The contact between east and west still exists today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T 1857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>