Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juang Akbar
"Penelitian ini membahas investasi Cina di luar negeri dan keberhasilan Cina dalam mendorong serta meningkatkan ODI dikarenakan adanya kebijakan politik pintu terbuka dan "go global" pada tahun 2001. Hal tersebut dilakukan guna untuk mendukung pembangunan perekonomian di Cina. Selain itu, faktor yang mendorong ODI Cina antara lain keinginannya dalam mengakses energi dan bahan mentah, memperoleh teknologi, merek dagang dan keterampilan, serta menghindari friksi perdagangan. Hasil penelitian juga dapat menunjukkan angka investasi Cina di Indonesia.

This research analyzes China`s Outward Direct Investment and successes of China to motivate and increase the ODI because there are "open door" policy and "go global" in 2001. Those policies did for support China?s economic development. In addition, the ODI support factor are the China`s desirability to access energy and raw materials, acquisition technology, brands, and know-how, and avoid the hyper-competition in domestic market. The result of the research also shows nominal of China`s Outward Direct Investment in Indonesia. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arvin Wirarendra Djojodirono
"Laporan ini memberikan analisis dan evaluasi mendalam tentang strategi internasional IKEA serta perkembangan IKEA di Indonesia dan China, selain itu analisis ini memberikan rekomendasi bagi IKEA untuk melanjutkan operasi luar negerinya. Metode analisis meliputi analisis SWOT dan Porter five force serta PESTEL untuk memeriksa perbedaan lingkungan eksternal dan internal IKEA di setiap negara. Semua hasil analisis dapat ditemukan di lampiran. Hasil analisis menunjukkan bahwa mode masuk dan pengembangan IKEA di Indonesia dan Cina telah sangat berhasil / khususnya IKEA telah berhasil menggabungkan strategi internasional mereka sambil juga beradaptasi dengan perbedaan budaya negara.
Laporan ini menarik perhatian pada fakta bahwa di Cina pemasok lokal Ikea menyumbang 27% dari total pangsa pembelian global IKEA. Pertumbuhan eksponensial IKEA di Indonesia disebabkan oleh ledakan kelas menengah di Indonesia, dengan pertumbuhan konstan sebesar 26% dari 2017 hingga 2018. Temuan lebih lanjut akan disajikan dalam laporan.
Laporan tersebut menemukan bahwa prospek posisi IKEAS saat ini di kedua negara sangat positif. Namun, tantangan dan peluang IKEA dibutuhkan analisis lebih lanjut. Rekomendasi yang dibahas meliputi:
- Strategi IKEA terkait masalah DIY pasar Chinses
- Meningkatkan keterlibatan pelanggan IKEA melalui pengembangan "home-pod" di Cina
- Strategi IKEA dalam memerangi pemalsuan di Indonesia serta masalah "flat-design" di Cina
- Meningkatkan pasokan rantai IKEA untuk mengurangi biaya produksi di Cina dan Indonesia

This report provides in-depth analysis and evaluation of IKEA international strategy as well as IKEA development in Indonesia and China, moreover, this analysis provides recommendation for IKEA to continue their foreign operation. Method of analysis includes SWOT and Porter five force’s as well as PESTEL analysis to examine the difference between IKEA’s external and internal environment in each country. All of the result analysis can be found in the appendices. Result of the analysis shows that IKEA mode of entry and development in Indonesia and China have been considerably successful/, in particular, IKEA has successfully combined their international strategy while also adapting to country cultural differences.
This report draws attention to the fact that in china Ikea’s local supplier is accounted for 27% of total IKEA global purchasing share. IKEA exponential growth in Indonesia is due to the middle-class boom in Indonesia, with the constant growth of 26% from 2017 to 2018. Further findings will be present in the reports.
The report finds the prospect of IKEAS current position in both countries is very positive. However, challenges and opportunity for IKEA require further analysis. Recommendation discussed include:
- IKEA’s strategy regarding the Chinses market DIY issue
- Improving IKEA customer engagement through developing “home-pod” in china
- IKEA strategy on combating counterfeit in Indonesia as well as their flat design issue in china
- Improving the IKEA chain supply to reduce the production cost in both China and Indonesia
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chung Hwa Hui-Nederland. Brochures no. 1
21 hlm
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Since China adopted an open-door policy in 1979, it has tripled the size of its economy (Purves, 1993). China's gross domestic product (GDP) has been steadily increasing at a 12 percent annual rate while foreign exchange reserves increased dramatically from US$19.4 billion in 1992 to US$73.6 billion in 1995 (People's daily, 1997). 2006, Chinese outbound tourist reached 34.52 million, a record high in history. China become the fastest growing source of tourists in Asia. Chinese tourists traveling abroad changing the tourism pattern in the Asia-Pacific region, as well as the pattern throughout the world. The history is quite short. That is a decade ago, people only traveled to Hong Kong and Macau to see their relatives. In 1992, only 2.93 million Chinese travelers went abroad, most of them were government delegations. Civilians began traveling abroad just ten years ago and the rate of travel has been growing rapidly. Whenever golden weeks between May 1st and 7th and October 1st and 7th occur, there have been more people who want to travel abroad."
790 JUKIN 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S7999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti U. Dradjat
"ABSTRAK
Keramik Cina merupakan salah satu artefak panting dalam penelitian arkeologi. Di Indonesia keramik Cina seringkali ditemukan di berbagai situs, baik dari masa prasejarah, masa Hindu Budha maupun masa pengaruh agama Islam, bahkan berlanjut hingga masa kolonial. Dari berbagai hasil penelitian arkeologi yang telah dilakukan, terungkap bahwa fungsi keramik Cina tenyata beraneka ragam, ada yang digunakan sebagai peralatan hidup sehari-hari, alat upacara, dipakai sebagai bekal kubur dan juga dimanfaaikan sebagai wadah kubur. Lain daripada itu ditemukan pula sejumlah tipe barang keramik Cina, yang memiliki aneka ragam warna hiasan serta bahau dasar. Bertolak dari yang dapat diamati, maka penanggalan keramik Cina tersebut dapat diketahui, yakni berasal dari masa dinasti Han sampai dengan dinasti Ching. Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah tanah air kita ini, setidaknya dapat dijadikan data dasar bagi rekonstruksi masalah lalu terutama bertalian dengan negeri Cina, seperti hubungan Cina dengan beberapa pusat kekuasaan, yang ternyata bukan hanya karena perdagangan.
Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah Nusaniara ini ternyaia bukan hanya sebagai barang komoditi yang banyak dipenjual belikan, tetapi eksistensinya disababkau pula karena beberapa hal. Secara sepintas dapat diketahui bahwa pada masa lampau, keramik ini dipergunakan pula sebagai upeti atau hadiah persembahan dari raja Cina untuk beberapa orang raja di sini. Oleh karenanya maka dapat dikatakan sudah ada pula hubungan politik antara kedua negara. Selain itu ada pula keramik Cina yang sengaja dibawa sebagai peralatan yang digunakan oleh para awak kapal yang berkunjung dari daratan Cina."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
"ABSTRAK
Perubahan politik luar negeri Cina, yang terjadi sejak 50an hingga 80an, ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor. Selama ini faktor yang menonjol dan selalu dijadikan acuan banyak kalangan adalah adanya kaitan antara politik dalam negeri yang merupakan cerminan politik luar negerinya. Padahal sebenernya banyak faktor lainnya yang menjadi penentu perubahan kebijakan politik luar negeri Cina. Salah satu hal yang menjadi indikasi kuat adalah faktor internasional yang ikut mempengaruhi politik luar negeri Cina.
Atas dasar hal tersebut diatas, tulisan ini bermaksud mencari kejelasan, apakah memang benar faktor internasional menjadi penentu kebijakan luar negeri Cina, ataukah ada faktor lain yang lebih penting.
Untuk mencari dan menguji kebenaran tersebut, dalam menulis makalah ini digunakan metode penelitian melalui telaah kepustakaan dengan menggunakan bahan primer maupun sekunder. Dengan meneliti dokumen maupun bahan-bahan lainnya, maka diharapkan akan dapat diperoleh asumsi baru mengenai faktor penentu politik luar negeri Cina.
Ternyata setelah melalui telaah yang lebih teliti mengenai sejarah dalam negeri Cina maupun kegiatan Cina di dunia internasional, dapat di ambil kesimpulan bahwa memang faktor domestik dan internasional, dapat diambil kesimpulan bahwa memang faktor domestik dan internasional berperan. Tetapi yang lebih penting lagi ternyata adalah adanya beberapa faktor yang terbentuk oleh pengalaman sejarah yang berasal dari konsep pemikiran. Faktor-faktor penentu tersebut adalah faktor historis, Cina sebagai kekuatan yang tidak puas, ideologi anti imperialisme, teori tiga dunia serta konfliknya dengan Uni Soviet."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Hidriyah
"Investasi asing kini memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis karena dianggap mampu merefleksikan kepentingankepentingan tidak hanya bagi negara investor, tetapi juga negara-negara tujuan investasi. Keberadaan investasi asing bagi negara berkembang seperti Indonesia menjadi hal yang sangat penting dikarenakan terbatasnya sumber modal nasional. Investasi dari salah satu negara maju yaitu Jepang menjadikan hubungan kedua negara sangat bergantung satu sama lain. Tahun 1997 tepatnya pada saat krisis ekonomi Asia terjadi, tingkat investasi Jepang mengalami penurunan yang cukup drastis. Dampak dari krisis ekonomi ini dirasakan masih ada hingga sekarang, dikarenakan jumlah investasi belum meningkat seperti sebelum krisis Asia terjadi.
Penelitian ini diadakan untuk meneliti kondisi-kondisi apakah yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi investasi Jepang ke Indonesia pada tahun 2001-2007. Sebagai upaya menganalisa permasalahan tersebut, dapat dipergunakan beberapa konsep, yaitu: John H.Dunning mengenai motivasi pengadaan investasi oleh MNC, konsep comparative advantage oleh David Ricardo, dan juga konsep competitive advantage yang dinyatakan oleh Michael E. Porter.
Pada penelitian kali ini, akan ditemukan beberapa hal, diantaranya kedinamisan dari comparative advantage pada Indonesia dan kondisi competitive advantage wilayah Jepang yang dapat dipengaruhi berbagai kondisi. Namun kondisi yang terjadi pada tahun 2001-2007 terdapat perubahan pada comparative advantage terlebih pada masalah country risk, dimana kondisinya menyebabkan bertambahnya beban perekonomian, sehingga masih terjadi penurunan investasi dari Jepang.

Foreign Direct Investment (FDI) currently plays important role in internationalizing business activities. FDI reflects the interest of investor and recipient countries. For Indonesia, FDI is a great importance to be an alternative of national capital resources. FDI that come from Japan has occupied special place in bilateral relations between Japan and Indonesia. In the year of 1997, when financial crisis afflicts Asian countries, Japanese investment has declined drastically. One decade after the crisis, the total amount of Japanese investment has not reached the point before the crisis.
The research is to find out of what are the conditions that make the fluctuation of Japan?s investment to Indonesia happen in 2001 to 2007. As a way to analyze the problem, some concepts can be used, such as: John H.Dunning with the motivation of investment by MNC, the concept of comparative advantage by David Ricardo, and also the concept of competitive advantage by Michael E. Porter.
In this research, will be founded some parts, such as the dynamic of comparative advantage in Indonesia and the condition of competitive advantage in Japan area that can be influenced by some conditions. Unfortunately, the condition that happened in 2001 to 2007 has changing on the comparative advantage, moreover in the problem of country risk, which the condition causing much more economy problem so the Japan?s investment still going down."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25102
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Indradjaja
"Adanya pendapat yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tidak berperan dalam proses pembuatan politik luar negeri, menjadi latar belakang dipilihnya topik ini. Pertanyaannya adalah apakah benar bahwa DPR RI tidak ada peran ? Kalau benar, mengapa demikian ? Kalau ada, bagaimana peran DPR RI tersebut ? Jawaban-jawaban atas pertanyaan itu merupakan hal-hal yang dikaji dalam tesis ini.
Sesuai dengan definisi politik luar negeri, yaitu tindakan-tindakan suata negara terhadap lingkungan luar dan kondisi-kondisi yang melingkupi pembuatan tindakan tersebut, make dipilihlah 2 (dua) kasus. Kasus itu adalah Normalisasi Hubungan Diplomatik Indonesia Republik Rakyat Cina dan kasus Penyelesaian Masalah Timor Timur di For a Intemasional Pasca Peristiwa Dili 1991.
Untuk memahami peran DPR RI tersebut, maka digunakan beberapa kerangka pemikiran. Partama, adalah tentang model hubungan legislatif dan eksekutif dalam suatu sistem politik dalam kaitan dengan pembuatan politik luar negeri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kenneth N, Waltz. Kedua, adalah konsep-konsep tentang fungsi dan hak-hak lembaga legislatif secara umum dan DPR RI secara khusus.
Hasil temuan tesis ini menunjukkan bahwa politik luar negeri (kasus Normalisasi Hubungan Diplomatik Indonesia Republik Rakyat Cina dan kasus Penyelesaian Masalah Timor Timur di For a Internasional Pasca Peristiwa Dili 1991) sebagai output bukanlah berbentuk peraturan setingkat Undang-Undang (W). Konsekuensi logisnya adalah fungsi pembuatan W yang dimiliki DPR RI tidak digunakan. Yang digunakan oleh DPR RI adalah fungsi kontrol saja. Fungsi kontrol inipun digunakan secara terbatas oleh DPR RI, yang ditunjukkan oleh digunakannya wewenang bertanya di dalam Komisi saja. Selain itu penggunaan fungsi kontrol ditunjukkan juga oleh adanya berbagai masukan dan saran yang diberikan Komisi I DPR RI kepada Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.
Tesis ini juga menemukan kenyataan bahwa Menteri Luar Negeri Republik Indonesia adalah pelaksana politik luar negeri Indonesia). Demikian halnya dalam kasus Penyelesaian Masalah Timor Timm- pasca Peristiwa Dili 1991. Kebijakan Penyelesaian Masalah Timor Timur tersebut tidak pernah dibahas oleh pemerintah secara serius di dalam rapat-rapat dengan DPR RI (Komisi I). Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Presiden Republik Indonesia (Jenderal purnawirawan Suharto) adalah tokoh yang menentukan dan mendominasi pembuatan politik luar negeri Indonesia (dua kasus) tersebut. Salah satu sebab dominannya Presiden RI tersebut karena pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 belum dijelaskan dalam peraturan perundangan yang lebih operasional. Ketiadaan perturan perundangan yang lebih opersional tersebut menyebabkan kedudukan DPR dalam pembuatan politik luar negeri RI menjadi tidak terlalu jelas. Akibatnya DPR RI tidak berdaya, ketika lembaga tersebut diabai.kan oleh eksekutif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lis Riana Dora M.P.
"ABSTRAK
Sejak pembentukan negara Republik Rakyat Cina (1949), kebijakan Cina terhadap Korea sangat dipengaruhi oleh pertimbangan keamanan. Cina memandang Korea Utara sebagai wilayah penyangga antara dirinya dengan kekuatan-kekuatan lain, seperti: Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Uni Soviet. Dalam masa Mao Zedong, kebijakan luar negeri Cina di Semenanjung Korea dipusatkan pada Korea Utara dan tidak menjalin hubungan dengan Korea Selatan. Berdasarkan politik dan ideologi, Cina memihak Korea Utara menentang Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat dan Jepang. Berbeda dengan Mao, di bawah pimpinan Deng Xiaoping, Cina menjalin hubungan ekonomi secara informal dengan Korea Selatan pada tahun 1980-an. Selanjutnya dalam era pasca-Perang Dingin, tepatnya pada tanggal 24 Agustus 1992, Beijing menormalisasi hubungan diplomatik dengan Seoul. Namun, hal ini bukan berarti bahwa Cina meninggalkan Korea Utara. Beijing tampak berusaha memelihara hubungan baik dengan Pyongyang. Dengan menggunakan pendekatan keterkaitan antara faktor-faktor internal dan eksternal yang dikemukakan Samuel S. Kim, skripsi ini berusaha menjelaskan pelaksanaan kebijakan luar negeri Cina di Semenanjung Korea dalam era pasca- Perang Dingin (1989-1994), termasuk sikap Cina terhadap tiga isu penting di kawasan itu, yakni: nuklir Korea Utara, unifikasi Korea, dan masa depan Korea Utara. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Cina di Semenanjung Korea, yaitu: kepemimpinan dan elite; kepentingan ekonomi; serta kepentingan politik dan keamanan. Sedangkan faktor-faktor eksternal utama yang mempengaruhi kebijakan Cina tersebut ialah normalisasi hubungan Cina-Soviet, serta jatuhnya rezim-rezim komunis di Eropa Timur dan runtuhnya Uni Soviet (berakhirnya Perang Dingin); serta hubungan Cina dan Amerika Serikat. Pembahasan permasalahan juga dikaitkan dengan tulisan Kenneth Lieberthal, A. Doak Bamett, Hans J. Morgenthau, Susan Shirk, dan William T. Tow."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>