Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi , 2007
R 338.9 IND p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Erman Suparno
Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi , 2007
R 338.9 ERM s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Rahmat Topo Susilo
"Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa masyarakat telah berpartisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan, namun kewenangan tetap ada ditangan pemerintah. Faktor pendorong untuk berpartisipasi adalah masyarakat sudah terbiasa dengan program pemerintah, bermanfaat, kebutuhan masyarakat dan adanya stimulan. Sedangkan penghambat partisipasi meliputi seringnya pergantian pejabat, pembangunan KTM terlalu singkat, kesibukan warga dan bencana alam. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi , 2007
R 338.9 IND p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Pardamean, Antonius
"[ABSTRAK
Sebagai Daerah Otonomi Baru, Kabupaten Pangandaran memiliki Pendapatan Asli Daerah yang relatif
kecil karena pemanfaatan sumber daya alam yang belum optimal. Pemanfaatan yang optimal
memunculkan industri yang dibangun secara terpadu guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Metode Penelitian menganalisis data dari studi literatur, FGD, opini pakar untuk mendapatkan industri
dan prioritasnya, model master plan yang sesuai RTRW, model kelembagaan dan kerjasama. Analisa
keekonomian menggunakan analisa cash flow mendapatkan nilai NPV, IRR, POT beserta skenario
optimum untuk dikerjasamakan. Hasil analisis keekonomian KTM di kabupaten Pangandaran selama 30
tahun dengan membangun kawasan industri dapat meningkatkan PAD sebesar Rp419 milyar ditambah
fasilitas infrastruktur yang selesai dibangun pihak swasta pada tahun ke 9. NPV sebesar Rp875 Milyar,
IRR 17,07% dan POT selama 11,44 tahun menjadi skenario ideal untuk kerjasama Private Sector dengan
BUMD yang menggunakan sistem Revenue Sharing.

ABSTRACT
a new autonomy region, Pangandaran District’s revenue is relatively low in revenue category because
they natural resources is not optimal yet in used. The new industry will come if utilization of natural
resources run optimally which is the industry will contribute to leverage to the original district income so
that development programs can be done . Methodology Research analyzed data from literature study,
focus group discussions, expert opinions, to get type of industry, priority, a master plan appropriate
models based on RTRW, institutional models and partnership model. The economic analysis using
discounted cash flow analysis to get NPV, IRR,POT along with optimum scenario for partnership. KTM’s
economic analysis results in Pangandaran district for 30 years by build industrial zone can increase
revenue up to Rp419 billion plus infrastructures facilities will submit by private sector in nine year. NPV
Rp875 billion, IRR 17.07% and POT in 11.44 year as the ideal scenario for Private Sector cooperation
with Public sector that use Revenue Sharing System, a new autonomy region, Pangandaran District’s revenue is relatively low in revenue category because
they natural resources is not optimal yet in used. The new industry will come if utilization of natural
resources run optimally which is the industry will contribute to leverage to the original district income so
that development programs can be done . Methodology Research analyzed data from literature study,
focus group discussions, expert opinions, to get type of industry, priority, a master plan appropriate
models based on RTRW, institutional models and partnership model. The economic analysis using
discounted cash flow analysis to get NPV, IRR,POT along with optimum scenario for partnership. KTM’s
economic analysis results in Pangandaran district for 30 years by build industrial zone can increase
revenue up to Rp419 billion plus infrastructures facilities will submit by private sector in nine year. NPV
Rp875 billion, IRR 17.07% and POT in 11.44 year as the ideal scenario for Private Sector cooperation
with Public sector that use Revenue Sharing System]"
2015
T44739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Widasari
"Aksesibitas dan lokasi yang baik menjadi pemicu perkembangan kawasan hunian. Salah satu indikasi perkembangan tersebut adalah terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi non-hunian. Di kota Jakarta, khususnya dikawasan hunian Jakarta Selatan bermunculan kawasan hunian yang mulai diramaikan oleh kehadiran cafe, restoran, lounge, coffee club, butik dan sebagainya. Kawasan Kemang, Tebet, Kebayoran Baru dan Pondok Indah adalah contoh-contoh kawasan hunian yang kini menunjukkan ciri-ciri keragaman fungsi dan kegiatan, walaupun awalnya kawasan-kawasan tersebut direncanakan sebagai kawasan hunian.
Thesis ini mencoba mengkaji perubahan fungsi hunian dan pengaruhnya terhadap ruang kota dengan studi kasus jalan Tebet Utara Dalam. Untuk itu dilakukan penelitian melalui penelusuran aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan kawasan hunian kota dan perubahan fungsi dari hunian menjadi non-hunian. Penelitian juga dilakukan untuk memahami bagaimana proses perubahan itu terjadi dan pengaruhnya terhadap kualitas ruang kota. Melalui studi kasus jalan Tebet Utara Dalam terungkap bahwa penggal jalan ini telah mengalami perubahan fungsi hunian menjadi shopping street dengan karakteristik kegiatan dan pengguna yang didominasi oleh kalangan remaja.
Dari hasil penelitian, saya menyimpulkan bahwa perubahan dari fungsi hunian menjadi shopping street di jalan Tebet Utara Dalam memicu keberagaman fungsi dan peningkatan intensitas kegiatan. Keadaan ini memberi pengaruh terhadap perubahan fisik kawasan khususnya yang terkait dengan aspek tata bangunan, elemen ruang kota dan kualitas lingkungan.

Good accessibility and good location give influence to development process of residential area. This indicated by change of residential function into non-residential function. This phenomenon reflected in the emergence of cafe, restaurant, lounge, coffee club, and boutique in several residential areas at South Jakarta. Areas in Kemang, Tebet, Kebayoran Baru and Pondok Indah are examples that shown development of living function into diverse functions and activities although initially they were designed as residential areas.
This study tried to investigate changes of residential function and its impact to the quality of urban space. The research was carried out through investigation on aspects which influences the development and change process from residential into non-residential area. Using jalan Tebet Utara Dalam as the case study it revealed that the area has been changed from residential function into shopping street which is characterized by activities and users dominated by teenagers.
This study concludes that changes from residential to shopping street at jalan Tebet Utara Dalam has triggered the diversity of functions and increased the intensity of activities. This situation draws changes on physical condition, especially on the buildings mass, elements of urban space and the quality of surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26018
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Saptika
"Semakin maraknya pembangunan kota-kota baru, memunculkan istilah Kota Baru Mandiri (selanjutnya akan disebut Kota Mandiri), yang dikl oleh sebagian pengembang dalam konsep pembangunan kota barunya. Sementara masih terdapat kesimpangsiuran persepsi pada masyarakat umumnya mengenai apa dan bagaimana pengertian konsep Kota Mandiri tersebut. Tuhsan ini bermaksud menggah secara teoritis definisi Kota Mandiri, dan menganabsa kasus-kasus yang ada, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat "meluruskan" pendapat dan persepsi mengenai konsep Kota Mandiuri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Gunthar Riady
"ABSTRACT
Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan masalah kepadatan penduduk khususnya di Pulau Jawa. Mereka yang ditransmigrasikan itu, pada umumnya adalah dari kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, tidak mempunyai lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha-usaha pertanian. Berdasarkan hal itu maka sudah sewajarnya mereka ini mendambakan adanya tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan kehidupannya di daerah asal. Akan tetapi dalam kenyataannya tidaklah selalu diikuti dengan tingkat keberhasilan seperti yang diharapkan.
Transmigrasi dengan segala dampak permasalahannya adalah . merupakan tantangan yang harus diatasi dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia.Dengan berpindahnya kelompok transmigran dengan sistem budayanya ke daerah lain yang mempunyai kondisi fisik, sosial budaya yang berbeda menimbulkan masalah yang perlu dicermati. Masalah pokok yang dapat timbul dalam kaitannya dengan hal itu adalah masih banyaknya di antara mereka yang belum terangkat ke keadaan yang lebih baik. Dalam hal ini tampaknya adaptasi terhadap daerah pemukiman yang baru merupakan faktor yang menentukan.
Adanya perubahan lingkungan hidup buatan yang ditemui transmigran di tempatnya yang baru, menuntut mereka untuk dapat mengembangkan strategi adaptasi dan kemampuan beradaptasi yang tinggi. Dan menurut asumsi sementara terlihat bahwa tingkat kemampuan adaptasi masyarakat transmigran di daerah pemukiman transmigrasi Kota Bangun adalah rendah. Indikasi dari hal itu ditandai dengan banyaknya warga transmigran yang meninggalkan lokasi pemukiman, disamping secara umum terlihat bahwa tingkat kesejahteraannya yang masih rendah.
Rendahnya kemampuan adaptasi ini diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor tingkat pendidikannya, tingkat teknologi yang dikuasainya, tingkat orientasi pasarnya, tingkat kebutuhan hidupnya, pekerjaan pokok di daerah asalnya dan motivasinya untuk bertransmigrasi.
penelitian ini dilakukan di Unit Pemukiman Transmigrasi Kota Bangun dengan sampel penelitian sebanyak 120 orang kepala Keluarga RT 3, RT 6, RT 7 dan RT 12 Unit Pemukiman Transmigrasi Kota Bangun II. Sampel ini diambil dengan cara two stage cluster sampling.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan strategi adaptasi yang dikembangkan transmigran, kondisi sosial ekonominya,serta kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui korelasi antara tingkat pendidikan, tingkat teknologi yang dikuasai, tingkat orientasi pasar, tingkat orientasi kerja, tingkat kebutuhan, pekerjaan pokok di daerah asal dan motivasinya bertransmigrasi terhadap kemampuannya adaptasi;
2. Untuk mengetahui korelasi tingkat kemampuan adaptasi transmigran terhadap tingkat pendapatannya.
Untuk mendapatkan data digunakan daftar pertanyaan dan wawancara yang mendalam. Data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik Kuadrat Chi dan Roefisien Kontingensi. Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi.
Dari analisis data ditemukan bahwa :
1. Tingkat kemampuan adaptasi transmigran adalah rendah.Hanya 21% dari responden yang mempunyai klasifikasi tinggi. Hal ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa tingkat pendapatan Keluarga transmigran pada umumnya rendah. Hanya 35% dari mereka yang termasuk kategori tidak miskin dengan tingkat pendapatan > Rp 455.900,- perkapita per tahun. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pula kemampuan adaptasi transmigran berkorelasi langsung dengan tingkat pendapatannya (nilai C=0,48), yang berarti bahwa tingkat keeratan korelasi tersebut adalah kuat.
2. Hasil perhitungan kuadrat Chi dan Koefisien Kontingensi dengan (=0,05) maka dapat diketahui bahwa:
(a) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran di pengaruhi oleh tingkat pendidikan (C=0,35), artinya hubungan kedua variabel tersebut tergolong cukup kuat;
(b) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat teknologi yang dikuasainya (C=0,55), artinya tingkat keeratan hubungan itu kuat;
(c) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat orientasi pasar (C=0,38), artinya tingkat keeratan hubungan itu termasuk cukup kuat;
(d) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan hidupnya (C=0,28), artinya keeratan hubungan itu termasuk cukup kuat;
(e) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh pekerjaan pokok di tempat asalnya (C=40), artinya tingkat keeratan hubungan itu termasuk kuat;
(f) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh motivasinya bertransmigrasi (C=0,42), artinya tingkat keeratan hubungan tersebut termasuk kuat.
Daftar Kepustakaan: 50 buku, 4 dokumen dan 10 artikel (1974 - 1993)

ABSTRACT
Transmigration is one of the important alternatives in coping with problems of population density, especially on the Island of Java. People who are transmigrated are mostly those of low income, who do not possess sufficient land to develop agriculture. Therefore, they are hoping of getting better level of welfare than what they had in their home village. But the fact is that such hope does not always' come true as expected.
Transmigration with all the impact matters is really a challenge that needs to overcome within the framework of human resource development. By migrating, the transmigration community and its cultural system to a new area with different physical and cultural conditions create new problems that have to be settled. The main problems is that there are still many of the transmigrants who are not jet exercising a better living condition. In this case it seems that adaptation to the new settlement area is the determining factor.
The change man made environment encountered by the transmigrants demand them to develop high adaptation strategies and adaptive ability. The preliminary assumption is that the adaptation level of transmigrants at the transmigration settlement in Rota Bangun is considered low. That is indicated by the fact that a number of transmigrants have left the settlement, besides the level of welfare of the transmigrants is still low.
The low level of adaptation is through to be influenced by several factors such as : education level, level of technology adopted, level of market orientation, level of working orientation, level of living needs, main job in theirs home village, and their motivation to migrate.
This research is done in the Transmigration Settlement Unit at Kota Bangun with the research sample of 120 household heads living in RT (Administrative Neighborhood Association) III, VI, VII, and XII at the Transmigration Settlement Unit of Kota Bangun II. Samples were by drawn using the "two stage cluster sampling". In general, this research aims to see the patterns of adaptation strategies developed by the transmigrants, the social economic conditions and their ability to adapt to the environment. Specifically, this research aims:
1. to know the correlation of the level of education, level of technology adopted, level of market orientation, level of working orientation, level of living needs, main job in the home village and motives to migrate the adaptation ability of the transmigrants.
2. to know the correlation between the adaptation ability of the transmigrants and their level of income.
To get the necessary data, the researcher used questionnaires and in depth interview. The quantitative data were analyzed by using statistical analysis of Contingency Coefficient. While the qualitative data were analyzed through interpretation and logical comprehension.
From the analysis of data is found that:
1. The adaptation level of the transmigrants is low. Only 21% of the respondents belong to the high level of adaptation ability classification. This is also supported by the fact that the income level of the household heads is generally low. Only 35% of them (15 household heads) belong to non poor category with yearly per capita income of > Rp.455,900.O0. The results of this research also shows that the adaptation ability of the transmigrants has direct correlation to the income level (C=0.48) which belongs to high category.
2. The result of Contingency Coefficient computation using (= 0.05) shows that:
(a) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by level of education (C=0.35)), which means that the correlation between the two variables is medium;
(b) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of technology adopted (C=0.55), which means that the correlation between the two variables is high;
(c) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of market orientation (C=0.38), which means that the correlation between the two variables is medium;
(d) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of living needs (C=0.28), which means that the correlation between the two variables is medium;
(e) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of main job in the home village (C=0.40), which means that the correlation between the two variables is high;
(f) the level of adaptation ability of the tranmigrants is influenced by the motive to migrate (C=0.42), which means that the correlation between the two variables is high.
Bibliography: 50 literatures, 4 documents and 10 articles (1974 - 1993).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilla Melati
"ABSTRAK
Dewasa ini penyelenggaraan transmigrasi dilakukan dengan penataan wilayah
melalui program Kota Terpadu Mandiri (KTM). KTM diharapkan mampu
membentuk pusat pertumbuhan ekonomi baru kurang dari 15 tahun. Dalam
pelaksanaannya, perkembangan beberapa KTM tidak sesuai dengan yang
diharapkan sehingga mengalami keterlambatan dalam mencapai tahapannya.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan
menggunakan software structural equation modelling. Beberapa faktor dominan
yang berpengaruh dalam kinerja KTM adalah peran pemerintah daerah, peran
masyarakat dan swasta, kelembagaan ekonomi, perkembangan pertanian, serta
sarana dan prasarana perkotaan. Dengan diketahuinya faktor dominan diharapkan
dapat digunakan untuk menyusun strategi yang tepat untuk mengurangi terjadinya
deviasi dalam tahap perkembangan KTM.

ABSTRACT
Today the organization of transmigration is done by structuring the region through
the Integrated City program Mandiri (KTM). KTM is expected to form a new
economic growth center is less than 15 years. In practice, the development of
some of the KTM is not as expected so experienced delays in reaching its stages.
This study identifies the factors that cause delays using structural equation
modeling software. Some of the dominant factors that affect the performance of
KTM is the role of local governments, the role of public and private, institutional
economics, agricultural development, as well as city infrastructure. By knowing
the dominant factor is expected to be used to develop appropriate strategies to
reduce the occurrence of the deviation in the developmental stages KTM."
2016
T46645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Diana
"Penelitian ini bertujuan menguraikan aspek struktural, kultural dan prosesual dalam implementasi kebijakan Kawasan Perkotaan Baru dengan skema Kota Terpadu Mandiri. Mengambil lokasi penelitian di wilayah transmigrasi di Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini mengkesplanasi hubungan aspek struktural dalam pembangunan fisik dan pembangunan sosial. Penelitian ini kualitatif, dengan hasilnya agen dan struktur pemerintahan formal pusat dan Kabupaten lebih mendominasi tanpa melibatkan agen pada lembaga adat yang diakui dan dihormati oleh anggota masyarakat, sebagai kewenangan lokal dan hak asal usul. Perkembangan terbaru studi ini adanya pembangunan sosial hubungan struktur yang lebih mendominasi dari kekuatan kultural. Akibatnya pembangunan kawasan perkotaan baru terhambat.

This study describes structural, cultural, and processual aspects of policy implementation on New City in Rural Area using Economically Integrated, Selfreliant City scheme, located at transmigration area in Silaut District, West Sumatera Province. The study explains relations between structural aspects in physical and social development. This qualitative study shows that agent and Central and Regency formal government structures are more dominant, no involvement of recognized, respected cultural institution agent as local authority and rights origin. The study depicts the latest situation of social development, i.e. structural relation is more dominant than cultural power, impeding development of the new city in rural area."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>