Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4796 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chamberlin, Holly. author
Batam: Karisma Publishing Group, 2005
813 CHA l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago: Scott, Foresman, 1954
810.8 LIV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Nadya Kirana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menawarkan cara pandang baru mengenai representasi persahabatan sesama perempuan dalam anime Kiki’s Delivery Service melalui tokoh Kiki dan Ursula. Penelitian ini sekaligus ingin melihat implikasi representasi persahabatan sesama perempuan dalam karya tersebut terhadap wacana upaya pemberdayaan perempuan Jepang pada awal zaman Heisei. Persahabatan sesama perempuan dicirikan dengan hubungan yang mengedepankan keintiman dan kasih sayang (Ford, 2016). Maka dari itu, dibandingkan dengan laki-laki, perempuan cenderung memiliki tingkat pengungkapan diri yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan Teori Penetrasi Sosial untuk menguraikan lebih lanjut interaksi yang terjalin dalam persahabatan tokoh Kiki dan Ursula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengungkapan diri yang terjadi pada tokoh Kiki dan Ursula berhasil membuat mereka merasa berdaya.  Oleh karena itu, anime Kiki’s Delivery Service dapat dikatakan merepresentasikan bahwa pengungkapan diri dalam persahabatan sesama perempuan merupakan salah satu langkah dalam mencapai pemberdayaan perempuan. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa anime Kiki’s Delivery Service turut berkontribusi dalam merepresentasikan upaya pemberdayaan perempuan di Jepang pada zaman Heisei (1989-2019).

This research aims to analyze and offer a new perspective on the representation of female friendship in the anime Kiki’s Delivery Service through the characters Kiki and Ursula. The study also seeks to explore the implications of female friendship’s representation within the anime on the empowerment of Japanese women discourse in the early Heisei era. Female friendships are characterized by intimate and affectionate relationships (Ford, 2016). Therefore, compared to men, women tend to have a higher level of self-disclosure. This research employs the Social Penetration Theory to further examine the interactions within the friendship of Kiki and Ursula. The findings indicate that the process of self-disclosure in the characters Kiki and Ursula contributes to their sense of empowerment. Hence, Kiki’s Delivery Service can be said as representing that self-disclosure in female friendships is a step towards women’s empowerment. Additionally, the study argues that the anime also contributes to representing efforts towards women’s empowerment in Japan during the Heisei era (1989-2019)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Song, Jesook, 1969-
Albany : SUNY Press, 2014
306.815 3 SON l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ikeda, Daisaku, 1928-
Jakarta: Indira , 1988
294.342 IKE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Kartono
"Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki hasrat dan berupaya menjalin hubungan dengan manusia lain. Kualitas hubungan yang dijalin menentukan sejauhmana hidup manusia menjadi bermakna, memuaskan, dan produktif.
Keintiman dalam hubungan sosial merupakan sumber utama kenyamanan dan pertahanan terhadap krisis sepanjang siklus kehidupan (Sloan & L?Abate, 1985, dalam Turner & Helms, 1991). Relasi yang hangat Sangat dibutuhkan oleh kaum remaja yang mengalami transisi fisik, psikologis, dan sosial. Hubungan yang dekat dan mesra dengan orang lain dapat dijalin melalui pernikahan atau dengan persahabatan. Dalam penelitian ini penulis memusatkan perhatian pada hubungan persahabatan karena persahabatan dapat dijalin oleh berbagai individu dari herhagai tahapan usia dan orang-orang yang telah menikahpun masih membutuhkan kehadiran sahabat.
Persahabatan bukanlah sekedar keadaan, melainkan suatu perasaan yang mendalam dan dapat disadari namun sukar dilukiskan dengan kata-kata (Pogrebin, 1987). Menurut Block (1981, dalam Soekandar, 1989) persahabatan sukar didefinisikan secara tepat karena setiap individu memiliki konsep yang berbeda tentang persahabatan sehingga tidak ada standar yang tepat untuk semua orang.
Untuk memahami persahabatan, diperlukan pengetahuan tentang model atau sistemnya, yang disebut pola persahabatan. Pola persahabatan terdiri dari atribut, proses, dan fase persahabatan. Atribut persahahatan adalah sifat yang menjadi ciri khas atau unsur-unsur yang penting dan saling terkait yang mewarnai persahabatan. Atribut-atribut persahabatan meliputi rasa suka timbal balik, keterbukaan, loyalitas atau komitmen, kepercayaan, kesetaraan dan kemiripan, penghormatan dan kebebasan terhadap sahabat, dan pertukaran bantuan. Yang dimaksud dengan proses persahabatan adalah berbagai pemikiran (kognitif), perasaan atau reaksi emosi (afektif) dan tingkah laku yang terjadi selama berlangsungnya persahabatan. Sedangkan fase-fase persahabatan adalah pembentukan, pemeliharaan, dan pemutusan persahahatan (Hartup, 1975; Pogrebin, 1987: Becker, 1992: Blieszner & Adams, 1992: Fisher & Adams, 1994).
Penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran lebih luas mengenai atribut dan proses persahabatan. Fase-fase persahabatan tidak diteliti karena akan memakan waktu yang cukup lama-sehingga memerlukan studi longitudinal. Sebagai tambahan, diteliti pula permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau, yang akan mewarnai pola persahabatan mereka.
Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi perantau di Universitas Indonesia, dengan pertimbangan adanya pengaruh usia (Blieszner & Adams, 1992) dan kebutuhan pribadi terhadap pola persahabatan (McAdams, 1982, dalam Brehms, 1991). Dalam hal ini peneliti melihat pentingnya peran sahabat dalam meringankan tekanan-tekanan yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi selaku kaum remaja yang mengalami berbagai perubahan fisik, emosi, dan sosial. Selain itu, peran sahabat menjadi lebih penting lagi bagi para mahasiswa dan mahasiswi perantau yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan efektif pada lingkungan sosial budaya yang baru dan asing. Kondisi-kondisi lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan budaya yang asing bagi mereka akan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang beragam pula, yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku mereka dalam kontak sosial, khususnya persahabatan.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini dilakukan dengan angket dan wawancara terstruktur. Angket digunakan untuk menggali permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau di UI, sedangkan lembar wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang atribut dan proses persahabatan. Data-data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.
Dari hasil angket DPM diperoleh 3 permasalahan utama yang paling banyak dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau ialah :(1) Penyesuaian Studi: (2) Psikologis pribadi; dan (3) Cita-cita karir masa depan. Permasalahan utama yang dirasakan oleh para subjek secara langsung atau tidak langsung memang mewarnai atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan mereka.
Berdasarkan hasil wawancara terstruktur, diketahui bahwa yang memhedakan antara sahahat dan teman adalah tingkat keterbukaan, sahabat dipandang sebagai sumber bantuan (fungsi utama), rasa aman, perhatian, menambah wawasan pergaulan, dan tempat pencurahan perasaan. Atribut-atribut persahabatan meliputi (1) rasa suka timbal balik dan kedekatan yang timbul arena adanya keterbukaan, toleransi, perhatian, empati, kepekaan, dan kemampuan bergaul; (2) kesetaraan dan kemiripan yang dianggap penting adalah dalam hal agama, usia, pandangan/visi, hobby, sifat, tingkat sosial ekonomi, keluarga, pendidika, dan kecerdasan; (3) keterbukaan atau pengungkapan diri tampak dalam membicarakan masalah pribadi, studi, keluarg, pergaualan, keuangan, pengalaman sehari-hari, masa depan, dan juga soal-soal keagamaan; (4) kepercayaan merupakan hal yang penting ada dalam persahabatan mereka, dan bentuk-bentuk umumnya adalah menceritakan dan menjaga rahasia, kesiapan membantu, dan ketidajengganan minta bantuan; (5) loyalitas atau komitmen didefinisikan sebagai kepercayaan, keikutsertaan sahabat dalam kegiatannya, dan kerelaan membela sahabat; (6) penghormatan dan kebebasan terhadap pendapat sahabat terwujud dalam anggapan bahwa sahabat adalah penting sebagai salah satu masukan yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, namun tidak sampai mendominasi kehidupan atau menenggelamkan pendapat mereka sendiri; (7) saling bantu yang tampil dalam persahabatan para mahasiswa dan mahasiswi perantau meliputi bantuan dukungan semangat, saran-saran, perhatian, penghiburan, pandangan (dalam agama, dan sebagainya), tenaga , waktu, dan uang.
Sedangkan proses-proses persahahatan adalah (1) proses kognitif yang terdiri dari konsep dan harapan tentang persa- habatan, sahabat, dan diri sendiri: (2) proses afektif berupa merasa bebas mengungkapkan diri, lebih berempati, puas, percaya, berkomitmen untuk meneruskan hubungan (reaksi-reaksi emosi positif), atau acuh tak acuh (reaksi emosi negatif): (3) proses-proses tingkah laku yang mencakup meningkatnya komunikasi, keakraban, pengekspresian afeksi (tingkah laku positif), atau berkurangnya komunikasi dan pertukaran bantuan (tingkah laku negatif).
Secara umum, penelitian ini bertujuan memberikan sedikit sumbangan bagi khasanah penelitian tentang persahahatan yang belum banyak didalami. Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan, serta pengaruh permasalahan utama yang dirasakan oleh subjek penelitian terhadap persahabatannya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti lain, menambah pengetahuan pembaca, sebagai awal upaya preventif terhadap permasalahan remaja pada umumnya, dan mahasiswa perantau khususnya, serta mendorong timbulnya ide-ide penelitian baru."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S2534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senohadi Boentoro
"Pendahuluan dan tujuan: Pembedahan laparoskopi telah diakui dapat mengurangi tingkat morbiditas sehingga meningkatkan keselamatan pasien. Saat tindakan LLDN, komplikasi yang paling sering adalah cedera pembuluh darah ginjal, yang sering membutuhkan transfusi darah. Selain perlunya transfusi darah, pendarahan berat yang disebabkan oleh cedera pembuluh ginjal membutuhkan konversi dan perbaikan terbuka. Dengan demikian, penelitian ini ingin mendeskripsikan dan menganalisis kebutuhan transfusi darah dalam operasi laparoscopic living donor nephrectomy di pusat kami.
Bahan dan metode:  Studi kohort retrospektif ini dilakukan di Departemen Urologi di Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo. Rekam medis semua pasien donor ginjal yang menjalani prosedur LLDN di institusi kami dari November 2011 hingga Oktober 2017 ditinjau. Data termasuk usia donor, kadar hemoglobin sebelum operasi, kadar hemoglobin pasca operasi, jumlah pendarahan intraoperatif, jumlah arteri renalis, jumlah vena renalis, sisi donor, konversi ke operasi terbuka, durasi operasi, dan BMI donor dikumpulkan dan dianalisis. Data-data ini selanjutnya dikorelasikan dengan tingkat transfusi.
Hasil: Terdapat 500 pasien yang menjalani tindakan laparoscopic living donor nephrectomy di institusi kami. Semua pasien menjalani prosedur LLDN dengan pendekatan transperitoneal. Perbedaan proporsi tingkat transfusi darah antara pasien pria 0,9% dibandingkan dengan 0,6% pada pasien wanita tidaklah signifikan (p=0,782). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam proporsi tingkat transfusi darah dengan sisi ginjal (p=0,494), jumlah arteri (p=0,362), usia (p=0,978), BMI (p=0,569), dan kadar hemoglobin sebelum operasi (p=0,766). Median perkiraan jumlah pendarahan pada pasien yang menerima transfusi darah intraoperatif secara signifikan lebih besar daripada pasien yang tidak menerima transfusi darah (p <0,001).
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, kami menyarankan bahwa di institusi kami, penggunaan produk darah pra operasi tidak selalu diperlukan. Kurva pembelajaran dan teknik ahli bedah memiliki peran penting dalam mencegah komplikasi intraoperatif dan kehilangan darah.

Introduction and objectives: Laparoscopic surgery has been acknowledged to reduce the morbidity rate thus improving patient safety. During the LLDN, the most frequent complication is renal vessels injuries, which often requires a blood transfusion. Besides the need for a blood transfusion, major bleeding caused by renal vessels injuries require open conversion and repair. Thus, this study would like to descript and analyze the need for blood transfusion in laparoscopic living donor nephrectomy surgery in our center.
Materials and methods: We performed a retrospective cohort study in the Department of Urology at Cipto Mangunkusumo National Hospital. The records of all kidney transplantation donor patients who underwent LLDN procedures carried out at our institution from November 2011 to October 2017 were reviewed. Data including donor age, preoperative hemoglobin level, postoperative hemoglobin level, intraoperative bleeding, number of artery(ies), number of vein(s), donor side, conversion to open surgery, surgery duration, and donor BMI were collected and analyzed. These data were further correlated with transfusion rate.
Results: There were 500 patients underwent laparoscopic living donor nephrectomy procedure at our institution. All of the patients had LLDN with a transperitoneal approach. The difference in blood transfusion rate proportion between male patients with 0.9% compared to 0.6% in female patients was not significant (p=0.782). There are no significant difference in blood transfusion rate proportion regarding to renal side (p=0.494), number of artery (p=0.362), age (p=0.978), BMI (p=0.569), and preoperative hemoglobin (p=0.766). Median estimated blood loss in patients who received intraoperative blood transfusion was significantly much greater than in patients who did not receive a blood transfusion (p<0.001).
Conclusion: Based on this study, we suggest that in our institution, preoperative blood products are not necessarily needed. The surgeon's learning curve and technique play a significant role in preventing intraoperative complications and blood loss."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maxwell, John C.
"John C. Maxwell, #1 New York Times bestselling author, shows listeners how to achieve a life of purpose and significance through intentional living."
Surabaya: MIC , 2016
158.1 MAX i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Beatrix Rusly
"ABSTRAK
Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan manusia Iain untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Interaksi ini dimulai sejak ia berada dalam kandungan, dan terus
berlanjut sepanjang hidupnya.
Pada mula interaksi ini hanya antara individu dan kedua orang tuanya, tetapi lama
kelamaan semakin meIuas. Pada mass usia sekolah interaksinya tidak hanya dengan -orang
tua saja, melainkan juga dengan guru dan teman sebayanya. Pada masa ini hubungan
dengan teman sebaya memegang peranan yang penting dalam perkernbangan anak,
terutama dalam perkembangan sosialnya.
Bentuk hubungan dengan teman sebaya ini ada dua bentuk, yaitu persahabatan dan
penerimaan oleh teman sebaya. Kedua hal ini memiliki peranan yang berbeda dalam
perkembangan sosial anak. Melalui persahabatan seorang anak dapat mengembangkan rasa
percaya dan kesensitifan pada orang Iain, anak juga dapat belajar mengenai hubungan
timbal balik. Melalui penerimaan oleh teman sebaya anak dapat belajar mengenai kerja
sama., belajar mengkoordinir aktivitasnya, dan.belajar mematuhi aturan dan norma-norma
dalam suatu kelompok; [Parker dan Asher, 1993 dalam Sroufe et. al. 1996).
Adanya kesenjangan pengetahuan mengenai bagaimana hubungan antara kedua
konsep ini dalam perkembangan sosial anak mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai hal ini.
Penelitian ini dilakukan di suatu sekolah dasar di Jakarta pada anak usia 10-
11 tahun. Penelitian ini mecoba mencari ada tidaknya perbedaan kualitas persahabatan
antara anak yang memiliki tingkat penerimaan tinggi dan anak yang memiliki tingkat
penerimaan rendah. Hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan alat
ukur sebagai berikut, Sosiometri Roster-dan Rating, Sosiometri Nominasi, dan Kuesioner
Kualitas Persahabatan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probability
sampling dengan teknik cluster sampling untuk pengambilan sampel siswa usia sekolah.
Sampel yang diambil dipisahkan ke dalam dua kelompok yaitu, (1) Kelompok Tingkat
Penerimaan Tinggi (TPT), 30 orang, dan (2) Kelompok Tingkat Penerimaan Rendah
(TPR) 30 orang.
Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya .perbedaan kualitas persahabatan yang
signifikan antara kedua kelompok tersebut. Dari hasil analisa keenam aspek kualitas
persahabatan juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok tersebut, kecuali pada aspek yang terakhir yaitu aspek konflik dan
pengkhianatan.
Pada analisa lebih lanjut, yaitu dengan memisahkan kelompok TPR dan TPT
berdasarkan jenis kelaminnya, ternyata ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
kelompok TPT dan TPR pada anak perempuan. Perbedaan ini muncul pada aspek
pertolongan dan bimbingan, dan aspek konflik dan pengkhianatan.
Hasil yang demikian diduga disebabkan oleh peranan faktor budaya, faktor jenis
kelamin, adanya social desirability. Diduga faktor-faktor ini bekerja secara simultan
sehingga menimbulkan hasilkan hasil yang demikian.
Saran peneliti, untuk masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian mengenai
kualitas persahabatan pada laki-laki dan perempuan, mengenai hubungan kelekatan dengan
persahabatan dan penerimaan oleh teman sebaya. Juga dapat dilakukan penelitian
mengenai persahabatan dalam budaya Indonesia, untuk itu diperlukan pengembangan alat
ukur kualitas persahabatan yang lebih lanjut lagi dalam budaya Indonesia."
1997
S2545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Sae Byoul
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
152.41 KIM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>