Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The Agricultural Ritual of"Aum Tandur and Aum Panen" is still done by the society. The research aims at finding the process of cooperation in that ritual. The methods of research is descriptive qualitative. The techniques of collecting the date are observation, interview and literary study...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stanley Darwin Chandra
"Berdasarkan Sustainable Development Goals, salah satu cara untuk menurunkan angka kelaparan yang saat ini berjumlah 22,53 juta populasi di Indonesia adalah dengan meningkatkan riset dan teknologi yang berkaitan dengan produktivitas agrikultur. Salah satunya adalah dengan mengembangkan agrikultur terkontrol menggunakan greenhouse atau disebut dengan controlled environment agriculture. Dalam skripsi ini, penulis mengajukan sistem pemantauan dan pengontrolan multiple greenhouses berbasis Internet of Things (IoT) menggunakan platform ThingSpeak. Sistem ini mampu mengontrol parameter lingkungan optimal pada greenhouse, sehingga tanaman diharapkan dapat tumbuh berkembang dengan baik. Sistem ini juga mampu mengontrol dan memantau multiple greenhouses pada lokasi yang berbeda menggunakan satu platform. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tanaman di dalam greenhouse memiliki kualitas jumlah daun lebih banyak 26,29%, lebar batang lebih lebar 44,28%, dan tinggi tanaman lebih tinggi 42,11% dibandingkan tanaman yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa sistem secara efektif dapat memberikan keadaan lingkungan optimal untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik dibandingkan tanaman tak terkontrol.

According to Sustainable Development Goals, one way to reduce hunger’s rate, which currently there are 22.53 million people in Indonesia. is by increasing research and technology related to agriculture productivity. One of the examples is improving controlled agriculture using greenhouse or known as controlled environment agriculture. In this thesis, writer proposes a monitoring and controlling system for multiple greenhouses based on Internet of Things (IoT) using ThingSpeak platform. This system can control optimal environment parameters inside greenhouse, so that the plants are expected to grow well. The system also capable of controlling and monitoring multiple greenhouses at different locations using a single platform. The measurement results show that the plants inside greenhouse have 26.29% more leaves, 44.28% wider rod width, and 42.11% higher plants height compare to uncontrolled plants. This shows that the system can effectively provide optimal environment parameter to produce better plants compare to uncontrolled plants. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan P., Remus
"Kebijakan Penghapusan/Rescheduling Tunggakan Kredit Usaha Tani (KUT) Tahun 1998 menarik perhatian dan perdebatan publik. Kebijakan ini berisikan penetapan persyaratan kelonggaran tunggakan KUT untuk MT.1998 dan MT. 1998/1999 menjadi 50%, penghapusan tunggakan dan kredit macet KUT Musim Tanam (MT) 1985 sampai dengan MT 1995, dan rescheduling tunggakan KUT MT 1995/1996 sampai dengan MT 1997 selama 4 (empat) MT atau 2 (dua) TP. Kebijakan ini diberlakukan seragam dan berlaku untuk keseluruhan petani dan koperasi penyalur KUT di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha menunjukkan komitmennya untuk berpihak kepada masyarakat kecil, khususnya petani dan guna mendukung perkembangan usaha-kecil dan menengah serta bertujuan menyelamatkan penyediaan pangan nasional khususnya beras. Alasan lain yang tidak kalah penting bahwa petani mengalami kerugian-kerugian akibat bencana alam yang meluas. Pihak-pihak yang tidak setuju menilai kebijakan seperti ini tidak mendidik dan mengabaikan rasa keadilan.
Untuk itu penulis melakukan penelitian ini, pertama-tama dengan melihat apakah kondisi permasalahan petani pangan memang sama dan seragam dalam dimensi wilayah untuk menjustifikasi kebijakan pengampunan hutang yang diberlakukan secara seragam, menyeluruh dan besar-besaran. Untuk melihat ada tidaknya keberagaman permasalahan dan kondisi pangan, penulis menggunakan analisa cluster dan analisa panel data. Analisa cluster dilakukan dengan menggunakan data series secara terpisah selama 8 tahun yaitu tahun 1992/1993 hingga 1999/2000, dengan observasi 23 propinsi di Indonesia. Analisa ini menggunakan enam variabel yang diperoleh dari data sekunder, terdiri dari pendapatan per kapita petani pangan(X1pd/kap), luas lahan sawah per petani(X2lahan), ratio bencana serangan hama dan penyakit tanaman per total hasil pertanaman pada periode yang sama (X3serhpt), ratio bencana banjir per total luas pertanaman pada periode yang sama(X4banjir), ratio bencana kekeringan per total luas pertanaman pada periode yang sama (X5kering) dan keuntungan produksi padi Bimas per hektar(X6keunt). Hasil analisa memberi kesimpulan bahwa sebenarnya terbukti permasalahan dan kondisi pangan di tiap wilayah propinsi relatif beraneka ragam. Dengan analisa ini diperoleh tiga kelompok cluster yang dapat diidentifikasi sebagai kriteria kelompok A, B dan C, dengan aspek perbedaan pada jumlah keunggulan/kebaikan dari variabel-variabel observasi pada masing-masing kelompok secara berurutan, yang dihitung berdasarkan centroid tiap-tiap variabel. Sedang analisis panel data dilakukan dengan juga menggunakan dimensi kelompok propinsi, yang didasari kelompok yang terbentuk pada TP.1997/1998 dari hasil analisa cluster sebelumnya (kelompok ini kemudian diasumsikan sama untuk periode TP.1992/1993 sampai dengan TP.1997/1998). Penggunaan periode ini dilakukan karena merupakan kondisi kelompok propinsi sebelum kebijakan 1998 diberlakukan. Sebagai variabel terikat, digunakan variabel tunggakan KUT/hektar (Y Tgk.lha). Analisa memperlihatkan bahwa variabel-variabel bebas yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tunggakan KUT/hektar ternyata tidak sama pada tiap kelompok cluster. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dan keberagaman dari masing-masing cluster. Dan kedua hasil analisa ini membuktikan bahwa pemberlakuan kebijakan yang seragam untuk seluruh wilayah tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dihadapi.
Selain itu juga dilakukan analisa regresi linier majemuk terhadap tiap kelompok (cluster) yang terbentuk secara terpisah setiap tahun, untuk 8 periode, yaitu TP.1992/1993 hingga TP. 1999/2000. Hal ini dilihat dari perubahan variabel tunggakan KUT/hektar atas pengaruh variabel-variabel bebas, terutama untuk melihat sejauh mana pengaruh signifikannya secara statistik variabel indikator kebijakan, yang diwakili oleh variabel bencana serangan hama dan penyakit(X3serhpt), banjir (x4banjir) dan kekeringan (X5kering). Hal ini sesuai dengan salah satu alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut adalah faktor bencana alam. Sehingga asumsi yang digunakan adalah kebijakan hanya tepat dan wajar diberlakukan pada kelompok propinsi dimana variabel bencana alam memberikan dampak yang signifikan secara statistik terhadap perubahan tunggakan KUT/hektar. Hasil analisa menunjukkan ternyata dari 24 cluster observasi, hanya 3 cluster (kelompok) propinsi yang layak dan wajar memperoleh perlakuan penghapusan/penjadwalan tuggakan KUT. Hal ini memperlihatkan bahwa kebijakan yang diberlakukan pemerintah secara seragam dan menyeluruh tidak sesuai dengan dimensi wilayah.
Upaya yang paling tepat dan terbaik bagi pemerintah adalah dengan melakukan pemeriksaan dan audit secara menyeluruh dan komprehensif terhadap kinerja kredit pada tingkat petani peserta dan koperasi penyalur KUT, namun hal ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian analisa ini memberikan alternatif kebijakan bagi pemerintah, sekalipun memiliki kekurangan karena tidak mampu menghindari bias atan penyimpangan dari realitas yang sebenarnya pada tingkat petani peserta.
Untuk solusi kebijakan, penulis melakukan analisa diskriminan pada periode pengamatan terakhir, TP.1999/2000, untuk melihat besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap masing-masing kelompok kategorikal. Hal ini akan memudahkan pemerintah melihat permasalahan dalam dimensi wilayah, dengan memprioritaskan kebijakan pangan pada variabel yang memberikan pengaruh paling dominan di masing-masing kelompok. ldealnya pengelompokan kategorikal tunggakan KUT/hektar sebagai variabel terikat diperoleh dari sumber teoritis atau dari pemerintah. Sayangnya hal ini tidak ada, sehingga penulis melakukan pengelompokan tunggakan berdasarkan (1) hasil analisa cluster variabel tunggakan KUT/hektar saja dan (2) pengelompokan secara manual (apriori). Hasil analisa ini memperlihatkan ternyata variabel pendapatan perkapita petani pangan (X1pd/kap) merupakan satu-satunya variabel bebas yang memberikan pengaruh dalam membedakan ketiga kelompok Tunggakan KUT/hektar yaitu Tinggi, Sedang dan Rendah, dengan besaran yang berbeda-beda. Dengan demikian, jika pemerintah ingin memperbaiki keadaan pada tiap kelompok, titik berat kebijakan dan program yang dilakukan adalah dengan prioritas program untuk peningkatan pendapatan per kapita petani pangan.
Pada analisa terakhir, penulis mencoba melihat sejauh mana pengaruh Kebijakan Penghapusan/Rescheduling Tunggakan KUT terhadap kemungkinan meningkatnya tunggakan pada waktu mendatang. Hasil analisa memperlihatkan ternyata kebijakan, yang merupakan bentuk kebijakan pengampunan hutang memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan akumulasi tunggakan pada periode berikutnya. Hal ini disebabkan terjadinya moral hazard dari petani, koperasi penyalur dan pihak lain yang terkait, yang meyakini kebijakan serupa akan diberlakukan lagi di masa mendatang. Hal ini diperburuk dengan tiadanya perbedaan insentif/sanksi bagi petani/koperasi yang rajin membayar cicilan tunggakan dengan mereka yang sengaja tidak mau melakukannya. Pada akhirnya, ini akan berdampak buruk pada kelangsungan program kredit pada masa-masa mendatang, baik dari sisi pendanaan maupun keberhasilan pencapaian tujuan program."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprodjo Pusposutardjo
Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001
631.587 SUP p (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Empirically,key stakeholders who significanly influence or have a central position towards its activities relatively dominated inplementations of agricultural developmnet programs....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"It is believed that action research has been numerously implemented for a long time in Indonesia.Nevertheless, it can be generally stated that its implementation was relatively lack in accomodating farmer's aspiration....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfah S. Nurusman
"Media Withmore & Morrel PA dan teknis digunakan sebagai media kultur in vitro eksplan tunas pucuk abaca, Musa textiles Nee masing-masing dengan penambahan BA 2 ppm , BA 1 ppm + NAA 10 ppm, disamping kontrol, tanpa penambahan hormon, Aklimatisasi dilakukan setelah 2 bulan , masing-masing planlet ditanamkan ke dalam polibag berisikan campuran tanah kebun : pasir (1 : 1). Uji Anava 2 faktor dari data pengamatan eksplan sebelum di-aklimatisasi menunjukkan bahwa kedua macam medium Withmore & Morrel itu menghasilkan berat segar serta tinggi planlet yang tidak berbeda. Aldimatisasi yang dilakukan tidak berhasil, yang mutigkin disebabkan panasnya cuaca serta kondisi rumah kaca yang digunakan tidak memadai, Penelitian ini menunjukkan bahwa medium teknis bisa digunakan dalam memproduksi bibit abaca secara kultur in vitro sehingga biaya produksi menjadi sangat hemat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Lintang Satyawan
"Sebagai salah satu negara yang unggul di bidang agroindustri, Indonesia memiliki berbagai macam biomassa yang bermanfaat untuk dikonversi menjadi komoditas bernilai tambah. Jenis biomassa di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari kelapa sawit hingga tebu. Namun, industri pengolahan biomassa juga menghasilkan limbah yang mengandung berbagai komposisi selulosa, hemiselulosa, dan lignin tergantung dari jenis biomassanya. Pada penelitian ini, jenis biomassa yang dipilih adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS), brangkasan jagung, dan ampas tebu karena banyak dijumpai di Indonesia. Penelitian ini difokuskan pada simulasi bioproduksi asam ferulat yang merupakan produk hidrolisis hemiselulosa, khususnya arabinoxylan dengan bantuan katalis enzim ferulic acid esterase (FAE). Enzim FAE diproduksi oleh jamur Aspergillus niger CBS 120.49 dalam batch fermentor, dimana biomassa substrat dihidrolisis. Proses ini disimulasikan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer v9.0 dan menggunakan tiga skenario berbeda yang melibatkan TKKS, brangkasan jagung, dan ampas tebu sebagai bahan baku, serta dua sub-skenario di mana biomassa dikeringkan dengan mesin pengering di sub-skenario pertama dan dikeringkan di bawah sinar matahari pada ruang terbuka di sub-skenario kedua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan TKKS yang dikeringkan menggunakan mesin sebagai bahan baku merupakan skenario yang paling menjanjikan dengan rendemen asam ferulat sebesar 26.97% pada konsentrasi 627.76 gram per liter, gross margin sebesar 55.64%, dan pengembalian investasi (ROI) 35,59% serta payback period dalam 2.81 tahun dengan IRR sebesar 26.02% dibandingkan hasil dari skenario lainnya. Oleh karena itu, penggunaan TKKS yang dikeringkan dengan bantuan mesin sebagai substrat menunjukkan hasil terbaik dalam evaluasi dan simulasi secara keseluruhan.

As one of the leading countries in the agroindustrial sector, Indonesia has a broad range of biomass that are useful to be converted into value-added commodities. The biomass types range from oil palm to sugarcane. However, the agroindustrial processing of biomass also produces waste that contains various compositions of cellulose, hemicellulose, and lignin depending on the type of biomass. In this study, the chosen types of biomasses are oil palm empty fruit bunch (OPEFB), corn stover, and sugarcane bagasse since they are very common in Indonesia. The research is focused on the bioproduction simulation of ferulic acid, which is a product of hemicellulose, specifically arabinoxylan hydrolysis with the help of ferulic acid esterase (FAE) enzyme catalyst. The enzyme is produced and excreted by Aspergillus niger CBS 120.49 strain in a batch fermenter, where the biomass is being hydrolysed. The process is simulated using SuperPro Designer v9.0 software and employs three different scenarios involving OPEFB, corn stover, and sugarcane bagasse as the raw materials, as well as two sub-scenarios where the biomass is dried with a machine dryer in the first sub-scenario and is dried using open-air sun drying method in the second sub-scenario. The results of this research have shown utilization of machine dried OPEFB as the raw material is the most promising scenario with the ferulic acid yield of 26.97% at a concentration of 627.76 grams per litre, a gross margin of 55.64%, and 35.59% return of investment (ROI) as well as a payback period of 2.81 years at IRR of 26.02% compared to the results from other scenarios. Therefore, the use of OPEFB as the substrate with machine drying method shows the best results in overall assessment and simulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailil Kadar
"ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan pada umumnya tergantung pada partisipasi masyarakat. Akan tetapi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya tidaklah timbul dan tumbuh dengan sendirinya.
Untuk itu pemerintah di negara-negara yang sedang berkembang tidak hanya menghadapi masalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan warga negaranya, tetapi juga sekaligus harus berupaya untuk menumbuhkan atau menimbulkan partisipasi dari seluruh warga negara yang hendak dibangun itu agar ikut mengambil bagian dalam kegiatan pembangunan yang memang diperuntukkan bagi mereka segala hasilnya. Demikian pula halnya dalam kegiatan pembangunan pertanian.
Untuk memberi kesejahteraan bagi warga negaranya, maka pemerintah di negara-negara sedang berkembang, haruslah melaksanakan kegiatan pembangunan yang menyangkut aspek-aspek yang luas dari segi penghidupan dan kehidupan warga negaranya.
Tanpa mengenyampingkan berbagai aspek yang luas itu, karena mengingat sebahagian terbesar penduduknya berdiam di wilayah pedesaan, yang juga merupakan wilayah hunian terbesar, dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian, maka dalam kegiatan pembangunannya pemerintah Indonesia telah menetapkan prioritas utama bagi pembangunan pertanian.
Karena makanan pokok, sebahagian terbesar penduduknya adalah beras, maka dalam kegiatan pembangunan pertanian perhatian utama dipusatkan pada peningkatan produksi tanaman pangan terutama padi. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka sejak tahun 1966, berbagai inovasi teknologi pertanian diperkenalkan yaitu Panca Usaha Tani, Intensifikasi Khusus dan yang terakhir yang dilaksanakan sejak tahun 1988 adalah Supra Insus yang merupakan penyempurnaan dari inovasi teknologi pertanian sebelumnya.
Sekalipun belum seluruh paket supra insus dilaksanakan oleh para petani, akan tetapi inovasi ini telah dilaksanakan oleh petani-petani di Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang, Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Hasilnya nampak terutama dari peningkatan produksinya per hektar dalam setiap musim panen. Peningkatan produksi pertanian di atas, menarik untuk dipelajari terutama untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus dan dari faktor-faktor tersebut faktor mana yang paling besar pengaruhnya.
Berdasarkan pembahasan secara teoritis, diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus adalah komunikasi media massa, pendidikan dan kepemimpinan. Ketiga faktor tersebut di atas diasumsikan berdiri secara sendiri-sendiri dan tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya. Pengaruhnya dapat bersifat langsung dan dapat juga bersifat tidak langsung. Dalam kaitannya dengan pengaruh yang bersifat tidak langsung, partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus diduga dipengaruhi oleh sikap petani terhadap supra insus. Sikap petani terhadap supra insus dipengaruhi oleh komunikasi media massa, kepemimpinan dan pendidikan.
Bertitik tolak dari teori-teori tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan 13 buah hipotesa yang dicoba diuji kebenarannya dengan jangkauan penelitian di Kecamatan Cilamaya.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petani atau mereka yang bermata pencaharian utama di sektor pertanian khususnya tanaman padi sawah, yang menjadi penduduk di wilayah Kecamatan Cilamaya. Dari populasi di atas ditetapkan sampel sejumlah 96 orang petani, berdasarkan rumus penetapan sampel yang dikemukakan oleh Frank Lynch.
Untuk keperluan pengujian hipotesa yang telah dirumuskan dipergunakan uji statistik baik yang sederhana maupun yang berganda berdasarkan rumus statistik product moment, parsial, determinasi dan regresi. Penghitungan skor penelitian dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dilakukan baik secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan program Micro-Stat.
Berdasarkan hasil analisa dengan alat uji statistik, maka dapat dibuktikan bahwa faktor sikap petani mengenai supra insus berpengaruh positip terhadap partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus. Faktor-faktor komunikasi media massa, kepemimpinan dan pendidikan (baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama) juga berpengaruh positif, baik terhadap sikap petani mengenai supra insus, maupun terhadap partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus.
Terhadap sikap petani mengenai supra insus, dapat dikemukakan susunan intensitas pengaruh dari tiga faktor tersebut di atas menurut besarnya pengaruh secara berurutan adalah komunikasi media massa, pendidikan, dan kepemimpinan.
Terhadap partisipasi petani dalam melaksanakan suprainsus, urut-urutan faktor yang mempengaruhi, menurut besarnya intensitas pengaruh adalah pendidikan, kepemimpinan dan komunikasi media massa.
Hasil analisa juga menunjukkan bahwa dalam upaya peningkatan partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus faktor sikap memegang peranan yang penting bahkan dapat dikatakan dominan.
Oleh karena itu dalam thesis ini diajukan saran bahwa dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam Pembangunan, khususnya partisipasi petani dalam melaksanakan supra insus, perhatian terhadap pembentukan sikap yang positip terhadap inovasi-inovasi bagi keperluan keberhasilan pembangunan lebih diutamakan. Karena, sikap yang positip terhadap inovasi juga menunjukkan adanya kecenderungan dari individu untuk menerima inovasi dimaksud, yang akhirnya akan berwujud dalam bentuk kesediaan atau kesukarelaan untuk melaksanakannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riajeng Kristiana
"ABSTRAK
Kapang rizosfer mempunyai kemampuan menghambat
Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) W.C. Snyder & H.N. Hans.
penyebab penyakit layu pada tanaman tomat (Lycopersicon esculetum Mill.).
Kapang rizosfer diisolasi dari daerah perakaran tanaman tomat di lahan
konvensional Desa Cikahuripan dan Sukamulya, Sukabumi. Tujuh belas spesies
yang antagonis terhadap F. oxysporum f.sp. lycopersici telah diidentifikasi dari 47
isolat yang diisolasi dan 2 isolat koleksi LIPI MC. Mekanisme antagonis untuk
mengendalikan patogen terlihat beragam dari tiap spesies kapang rizosfer.
Kompetisi dengan kapang patogen terlihat pada Trichoderma sp. dan Mucor sp.
Semua isolat kapang rizosfer memproduksi agen antifungi volatil bukan HCN dan
tidak dapat memproduksi enzim kitinase. Kapang rizosfer memproduksi agen
antifungi non-volatil iturin yaitu Aspergillus fumigatus Fres., Aspergillus niger
Van Tieghem, dan 2 isolat Aspergillus sp. Enzim protease diproduksi oleh
A. fumigatus, Aspergillus sp., Fusarium oxysporum Schlecht, dan
Humicola fuscoatra Traaen. Aspergillus niger dan Penicillium sp., merupakan
kapang rizosfer yang memproduksi agen antifungi non-volatil dan volatil terhadap
patogen. Baik pada suspensi konidia patogen yang disimpan 4° C dan tidak
disimpan dalam lemari pendingin yang diberi agen antifungi non-volatil
Aspergillus niger (1:1) memperlihatkan persentase hambatan pertumbuhan
konidia patogen tertinggi masing-masing 77,97 % dan 76,08 % pada pengamatan
jam ke-8. Agen antifungi non-volatil Aspergillus niger pada berbagai konsentrasi
meningkatkan perkecambahan tomat masing-masing 4,17 % pada benih tomat
yang diberi filtrat atau suspensi konidia patogen yang diinkubasi selama 30 menit.
Sedangkan waktu inkubasi 60 menit, agen antifungi non-volatil A. niger pada
berbagai konsentrasi meningkatkan perkecambahan tomat 5,25 %?21,04 % pada
benih tomat yang diberi suspensi konidia patogen dan menurunkan
perkecambahan tomat 6,38 %?13,04 % pada benih tomat yang diberi filtrat
patogen. Perpanjangan waktu inkubasi 30 menit menghambat selama 4 hari
kolonisasi patogen pada tomat yang diberi campuran filtrat atau suspensi konidia
patogen dan agen antifungi non-volatil A. niger pada berbagai konsentrasi. Agen
antifungi volatil dari Penicillium sp. dapat menghambat perkecambahan konidia
patogen sebesar 22,07 %.

Abstract
Rhizosphere moulds have activities to reduce the growth of Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) W.C. Snyder & H.N. Hans, the causal
pathogen of wilt disease of tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) plant.
Moulds were isolated from rhizosphere of tomato plants growing in the Villages
of Cikahuripan and Sukamulya, Sukabumi. Seventeen species that have
antagonistic effect to F. oxysporum f.sp. lycopersici were identified from 47
isolates isolated from rhizosphere of tomato plant and 2 isolates of LIPI MC
collection. Antagonistic mechanism for control the pathogen seemed different
from each species of the rhizosphere moulds. Competition with the pathogen was
produced by Trichoderma sp. and Mucor sp. All isolates of the rhizosphere
moulds produced non-HCN volatile antifungal agent and did not produced
chitinase enzyme. Rhizosphere moulds that produced iturin non-volatile
antifungal agent were Aspergillus fumigatus Fres., Aspergillus niger Van
Tieghem, and 2 isolates of Aspergillus sp. Protease enzyme was produced by
A. fumigatus, Aspergillus sp., Fusarium oxysporum Schlecht, and
Humicola fuscoatra Traaen. Aspergillus niger and Penicillium sp. were
rhizophere moulds that produced non-volatile and volatile antifungal agents
respectively against the pathogen. Both on the suspension of the pathogen conidia
stored in 4° C and unstored in refregerator that given non-volatile antifungal agent
of A. niger (1 : 1) showed the highest percent inhibition of the pathogen conidia
respectively 77.97 % and 76.08 % in observation to-8 hours. Non-volatile
antifungal agent of A. niger at various consentrations increased the germination of
tomato respectively at 4.17 % on tomato that given the filtrate or suspension of
conidia of the patogen at 30 minutes incubation. While in the incubation time of
60 minutes, non-volatile antifungal agent of A. niger at various concentration
increased the germination of tomato at 5.25 %─21.04 % on tomato that given
suspension of conidia of the pathogen and decreased the germination of tomato at
6.38 %─13.04 % on tomato that given the pathogen filtrate. Extending of
incubation time for 30 minutes 4 days delayed the colonization of the pathogen on
tomato that given a mixture of the filtrate or the suspension of the pathogen
conidia and non-volatil antifungal agent of A. niger at various concentrations.
The volatile antifungal agent of Penicillium sp. decreased the germination of
conidia of the patogen at 22.07 %."
2012
T31894
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>