Ditemukan 1539 dokumen yang sesuai dengan query
Heelas, Paul
Australia: Blackwell, 2005
200.905 11 HEE s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: The guilford press, , 2005
200.19 HAN
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Arif Hartarta
"Sering dikatakan bahwa spiritualitas adalah api dari ajaran agama, di mana spiritualitas dianggap sebagai jalan sekaligus tujuan kehidupan keagamaan. Artikel ini mengkaji naskah tunggal berjudul Serat Darma¬sonya (yang selanjutnya disingkat SD) yaitu sebuah pustaka yang menjelaskan pengetahuan tentang ilmu syariat dan tarekat. Pustaka ini mengajukan tafsir-tafsir kritis terhadap aktivitas berbagai tradisi, khususnya di Jawa. Dalam kajian ini penulis menitikberatkan pada dua hal, yaitu: 1) logika spiritual dalam teks SD, dan 2) model resistensi keagamaan terhadap unsur tradisi. Bentuk kajian ini adalah penelitian kualitatif yang berkonsentrasi pada analisis teks. Pembacaan terhadap teks dilakukan dengan dua cara: heuristik dan hermeuneutik. Pada masa Majapahit akhir telah muncul lontar Darmasunya yang kemudian menjadi kitab panduan penganut ajaran Siwa-Buddha. Belakangan, pada sekitar awal abad 20 (muncul kitab lain yang bernuansa Islami dengan judul sama. Teks Darmasonya memaparkan petuah tentang sikap hidup seorang Muslim berdasarkan Al Quran, Hadits, dan kitab-kitab spiritual keagamaan terdahulu. Teks Darmasonya juga menyuguhkan beragam kritik mengenai sikap hidup, yakni sederetan pola abstrak, disiplin, hukum-hukum atau aturan yang berasal dari penguasa tertinggi jagad raya. Ajaran dalam teks tersebut merupakan sesuatu yang abstrak namun dipandang berharga oleh pengarang atau kelompok tertentu serta dijadikan acuan moralitas dalam menjalani arah kehidupan di Jawa."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Sarah Monica
"Tesis ini mengkaji tentang pengalaman-pengalaman transendental yang mendorong orang memilih jalan tasawuf sebagai upaya mengatasi problem kecemasan dalam kehidupan perkotaan. Lokus riset ialah zawiah Rumi Centre yang berafiliasi dengan tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Penelitian ini dilakukan dengan metode etnografi dari Mei 2021 sampai November 2022. Fenomena kecemasan dan disorientasi terjadi akibat tekanan problematika keseharian dan kegagalan individu manusia memahami dunia dengan rasionalitas mereka. Gejala itu menjelma kondisi liminal yang mendorong orang melakukan perjalanan spiritual demi menemukan makna hidup hakiki. Dalam prosesnya, mereka memperoleh pengalaman visioner (visionary experiences) yang memvalidasi upaya pencarian tersebut sebagai sebuah ‘calling’ (panggilan hidup). Pengalaman itu mengarahkan mereka ke dunia tasawuf yang menawarkan visi hidup untuk perjumpaan dengan Tuhan semata melalui perantaraan mursyid. Ada tiga temuan menarik, pertama bahwasanya perjalanan spiritual yang bersifat individual, turut mengandung aspek sosial dan relasional; kedua spiritualitas tasawuf berfungsi untuk mengatasi masalah duniawi (outer worldly) yang memicu kecemasan, melalui pengolahan dan pendisiplinan rohani (inner worldly) tanpa mesti melepaskan diri dari dunia materialitas sebagaimana pada praktik asketisme umum, sebab upaya subyek mencapai makrifat pada dasarnya tetap membutuhkan subyek lain sebagai refleksi kekuasaan ilahiah yang memberikan kekuatan dan makna hidup; ketiga pengalaman terkoneksi dengan mursyid, Waliyullah, serta Rasulullah memposisikan praktik tasawuf menjadi wahana sekaligus instrumen keilahian yang mentransformasikan spiritualitas para pelaku tasawuf, sehingga membentuk kesadaran subyek etis baru sebagai makhluk manusia.
This thesis examines transcendental experiences that encourage people to choose the path of Sufism as an effort to overcome the problem of anxiety in urban life. The research locus is the Zawiah Rumi Center which is affiliated with the Naqsyabandiyah Haqqani congregation. This research was conducted using the ethnographic method from May 2021 to November 2022. The phenomena of anxiety and disorientation occur due to the pressures of everyday problems and the failure of individual humans to understand the world with their rationality. These symptoms become liminal conditions that encourage people to take a spiritual journey to find the true meaning of life. In the process, they gain visionary experiences which validate the search as a 'calling'. This experience directs them to the world of Sufism which offers a vision of life for an encounter with God solely through the mediation of a murshid. There are three interesting findings, first that the individual spiritual journey also contains social and relational aspects; secondly, the spirituality of Sufism functions to overcome worldly problems (outer worldly) that trigger anxiety, through spiritual processing and discipline (inner worldly) without having to break away from the world of materiality as in the practice of general asceticism, because the subject's efforts to achieve makrifat basically still require other subjects as a reflection of divine power which gives strength and meaning to life; the three experiences are connected with murshid, Waliyullah, and Rasulullah positioning the practice of Sufism to be a vehicle as well as an instrument of divinity that transforms the spirituality of the doers of Sufism, thereby forming awareness of new ethical subjects as human beings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Harahap, Miftah Ainul Hayati
"Kepuasan hidup merupakan keadaan hidup yang sudah mencapai titik puas dengan terpenuhinya keinginan dan tuntutan. Setelah masa pandemi COVID-19 ini, mahasiswa masih menjadi kelompok yang terancam kepuasan hidupnya karena berbagai hal dan tuntutan yang harus diadaptasikan. Sementara faktor spiritualitas menjadi bagian dalam diri yang dihubungkan dengan kepekaan akan adanya kuasa dari zat yang paling tinggi (Tuhan), alam ataupun tujuan yang lebih bermakna. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kepuasan hidup mahasiswa keperawatan post pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional dengan metode clueter random sampling dengan mengumpulkan 99 sampel. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini karakteristik responden data demografi, kuesioner Satisfaction with Life Satisfaction Scale (SWLS), kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES), kuesioner Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Mayoritas responden memiliki kepuasan hidup yang kurang (50,5%), spiritualitas yang baik (53,5%), dan dukungan sosial yang tinggi (61,6%). Hasil dari penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kepuasan hidup pada mahasiswa keperawatan, namun ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kepuasan hidup mahasiswa keperawatan.
Kepuasan hidup merupakan keadaan hidup yang sudah mencapai titik puas dengan terpenuhinya keinginan dan tuntutan. Setelah masa pandemi COVID-19 ini, mahasiswa masih menjadi kelompok yang terancam kepuasan hidupnya karena berbagai hal dan tuntutan yang harus diadaptasikan. Sementara faktor spiritualitas menjadi bagian dalam diri yang dihubungkan dengan kepekaan akan adanya kuasa dari zat yang paling tinggi (Tuhan), alam ataupun tujuan yang lebih bermakna. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kepuasan hidup mahasiswa keperawatan post pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional dengan metode clueter random sampling dengan mengumpulkan 99 sampel. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini karakteristik responden data demografi, kuesioner Satisfaction With Life Satisfaction Scale (SWLS), kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES), kuesioner Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Mayoritas responden memiliki kepuasan hidup yang kurang (50,5%), spiritualitas yang baik (53,5%), dan dukungan sosial yang tinggi (61,6%). Hasil dari penelitian ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kepuasan hidup pada mahasiswa keperawatan, namun ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kepuasan hidup mahasiswa keperawatan.
Life satisfaction is a state of life that has reached the point of being satisfied with the fulfillment of desires and demands. After the COVID-19 pandemic, students are still a group whose life satisfaction is threatened due to various things and demands that must be adapted. While the spirituality factor becomes a part of the self that is associated with sensitivity to the existence of power from the highest substance (God), nature or a more meaningful purpose. The purpose of this study was to determine the relationship between spirituality and life satisfaction of nursing students after the COVID-19 pandemic. This research is a quantitative cross-sectional study using random sampling method by collecting 99 samples. The questionnaire used in this study is the demographic data of respondents, the Satisfaction With Life Satisfaction Scale (SWLS) questionnaire, the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) questionnaire, the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) questionnaire. The majority of respondents have less life satisfaction (50.5%), good spirituality (53.5%), and high social support (61.6%). The results of the study found that there was no significant relationship between spirituality and life satisfaction in nursing students, but a relationship was found between social support and life satisfaction in nursing students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023