Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Town sticker phenomenon has been appeared long time ago. This phenomenon happened without any serious purpose. At the beginning, it functioned only as a decoration. Gradually, along with the development of people thought, point of view, and the increase of their taste, the function of sticker changes. Nowadays, town stickers become a practical media of social class identify. Then such phenomenon is being observed by critical discourse analysis (AWK). Based on that analysis, town sticker has become effective media to show class identity of their owner. "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1994
499.221 5 HAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007
499.221 5 HAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Taufik
"Karya proyek ini bertujuan merancang skema penilaian performansi untuk kelas Talking English tingkat dasar di ILP. Skema dirancang dengan menggunakan langkah penyusunan yang dikemukakan oleh Mertler (2001). Langkah itu terdiri atas penentuan tujuan pembuatan skema penilaian, penentuan objek penilaian, penentuan bentuk skema, penentuan kriteria, skala dan deskripsi naratif, percobaan skema dan diakhiri dengan penyempurnaan skema penilaian. Penyusunan kriteria di dalam skema ini diformulasikan berdasarkan konsep kemampuan bahasa komunikatif (Communicative Language Ability/ CLA) yang dikemukakan oleh Lyle Bachman (1990). Berdasarkan formulasi penyusunan itu diperoleh suatu bentuk skema penilaian deskriptif dengan metode check list yang digunakan untuk penilaian yang dilakukan secara berkelanjutan.

The aim of this project work is to design a marking scheme that will be used in assessing the performance of the students in Talking English Basic class in ILP. The scheme was designed using the stages proposed by Mertler (2001). The stages start with the process of deciding the aim of marking scheme creation in order to acknowledge the importance of the proposed scheme. It is then continued with the process of deciding the object of the assessment, the type, criteria, scale and performance description of the scheme. The steps end with the testing of the scheme. The tested scheme is improved through discussion of the results of the testing. The criteria of the scheme are formulated based on the concept of Communicative Language Ability as proposed by Bachman (1990). Based on the formulation, the writer has created a descriptive marking scheme, which can be used to assess students? daily performance through the use of checklist method."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ngusman Abdul Manaf
"ABSTRACT
The focus of this sociolinguistic study is the relationship between social economic status (socionomic status) and the linguistic code, especially the sentence complexity. The purposes of the study are (1) to measure sentence patterns' among groups of speaker socionomic lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle; (2) to measure the index of sentence complexity based of the average sentence length (ASL), the index of sentence complexity based on average block length (ABL), and the index of sentence based of the average clause depth (ACD) of four socionomic status groups; (3) to measure the variety of sentence complexity among four socionomic status groups; (4) to measure the effect of socionomic status on the sentence complexity; (5) to measure the contributions of each subvariable of socionomic status to the sentence complexity, and; (6) to measure the close relationship between socionomic status and sentence complexity.
This study used two approaches, namely lingustic and sociological approaches. The relationship between socionomic status and sentence complexity was analyzed in terms deficit theory. The subjects of this study were the native speakers of the Minangkabau language in Municipality of Padang. The data were sentences spoken by informants and individual reports about the social, economic, and cultural conditions of the informants. The data were collected by using recording and questionnaire. The data in the form of sentence were analyzed by using the technique of sentence patterns measurement and sentence complexity according to Cook (1979). Data that were collected by using questionnaire were analyzed by using Hollingshead and Redlich's (1958) and Labov's techniques (1966) to measure the socionomic status of the speakers. Sentence complexity variation among the four socionomic status groups was measured by using one-way variant analysis. The effect of socionomic to the sentence complexity and the contributions of each socionomic's subvariables to sentence complexity were measured by using double regresion analysis technique.
The findings of this study include the following.
There is no significant different between sentence patterns and the index of sentence complexity of oral Minangkabau language spoken by lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle socionomic status speaker. The sentence patterns and sentence complexity do not indicate the socionomic status of its speakers. There is no difference of linguistic codes in sentence complexity among the four socionomic status groups.
There is no significant effect between socionomic and ASL. On other side, socionomic status gives significant effect to ABL and ACD. All socionomic's subvariables (Job, education, and income) do not give significant contribution to ASL. Among the three subvariables of socionomic, it is only the income that gives significant contribution to ABL and ACD. Although the effect of socionomic to ASL is minimal, it indicates positive correlation between the socionomic status and ASL, ABL, and ACD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Santiar
"ABSTRAK
Dalam proses mengajar bahasa Jepang terutama di Perguruan Tinggi, pengajar dituntut untuk dapat selalu mengajarkan hal-hal yang merupakan hasil penelitian terbaru. Hal ini tentunya sejalan dengan tuntutan seorang pengajar yang juga sekaligus peneliti. Sehubungan dengan hal ini, saya tergerak untuk mengali, perubahan apa saja yang telah terjadi dalam bahasa Jepang, agar sedapat mungkin menyampaikan bentuk perubahan maupun gejala atau kecenderungan perubahan bahasa Jepang. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa, yatu alat komunikasi yang dinamis, berubah sesuai dengan perubahan zaman.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah dengan meneliti perubahan yang telah dialami oleh bahasa Jepang, selain dapat menyampaikan hal ini sebagai materi pengajaran untuk menambah wawasan para mahasiswa, saya berharap akan dapat mendapat gambaran arah perubahan yang sedang dialami bahasa Jepang.
Pada dasarnya metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Selanjutnya sebagai tambahan informasi, saya juga mengamati gejala yang terjadi dalam bahasa Jepang yang dipakai sehari-hari dalam percakapan maupun media massa.
Dengan mengambil beberapa contoh perubahan yang telah terjadi maupun yang tengah terjadi dalam bahasa Jepang, ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, bahwa sejalan dengan perkembangan zaman, bahasa Jepang ternyata juga dituntut untuk menjadi bahasa yang lebih sederhana dan lebih sistematis. Zaman yang telah berubah sedemikian rupa sehingga waktu dirasakan amat berharga dan singkat, menimbulkan dampak bergesernya kepentingan untuk menyampaikan rasa hormat yang berlebihan. Rasa hormat yang disampaikan melalui pilihan kata selama ni sangat dipentingkan, anak tetapi kelihatannya akan mengalami pergeseran sehingga dalam forum-forum tertentu cukup disampaikan melalui bentuk-bentuk ujaran formal.
Selain itu, ada juga hal yang masih bertahan seperti sistem penulisan (ortografi) Jepang, yaitu Kanji, pemakaian kanji memang mengalami penyederhanaan, seperti kosa kata yang sulit penulisan kanji-nya dihindari pemakaiannya, dan digantikan dengan kosa kata serapan yang seringkali tidak lagi ditulis dalam aksara Jepang Katakana, melainkan langsung dituliskan dengan huruf Latin (Romaji), bahkan dalam bentuk singkatan sekalipun. Untuk jangka waktu yang cukup panjang dari sekarang, penggunaan aksara kanji kelihatannya masih akan terus dipertahankan, karena bagaimanapun juga kanji adalah aksara yang merupakan aksara pelambang arti sehingga bagi orang yang mengerti kanji, huruf ini seringkali membantu menentukan makna dengan rinci. Kerumitan penulisan kanji secara umum kelihatannya masih belum dirasa mengganggu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Syihabudin
"As a kalam Allah revealed to the last prophet of all time, not only the Koran is sacred from the lack and error, but also hoptsik and aesthetic. The conthens of the Quran contains the stories that give a very high wisdom score, a comprehensive history of the various sides of human life, an amazing gesture nature and the latest proven technology, and the universal values of human life. To transfer the values. God choses an energetic media and aesthetic, that is the language with asalib al kalimat (said the force) is very dynamic. Dynamics of expression of style that makes each language has a depht Quran meaning that seems endless. One of the beautiful language of the Quran is iltifat , which recalled the style change from the patterns of dialogical patterns informative or otherwise. According to the students of knowledge of the Quran ('Ulum al Quran), the language changes or iltifat ussually occur through six patterns, ie patterns of change in the form of words numbers, pronouns, vocabulary, tools, and patterns of change of the verb to a noun or vice versa. Ilfifat is one of the concepts of language beauty that the Quran comes from the owner of all beauty."
Bandung: ITB, 2010
495 JUSOS 9:19 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
"Bertutur pada dasarnya menyampaikan informasi, atau dengan kata lain berkata. Berkata adalah mengujarkan atau melaksanakan tindak lokusi. Kegiatan itu mencakup tiga perbuatan yang berbeda:
1. Tindak menghasilkan inskripsi (urutan lambing di dalam suatu media fisik).
2. Tindak menyusun kalimat
3. Tindak mengkontekstualisasi kalimat itu.
Konteks menentukan makna ujaran pada tiga tataran yang berbeda di dalam analisi teks. Pertama, konteks dapat menjelaskan kalimat apa yang diujarkan atau apakah kalimat memang telah diujarkan. Kedua, konteks biasanya menjelaskan proposisi apa yang diungkapkan atau apakah proposisi memang diungkapkan. Ketiga Konteks menjelaskan bahwa proposisi yang dimaksud diungkapkan dengan satu macam kekuatan ilokusi. Ketiga kegunaan konteks itu menunjukan bahwa konteks relevan untuk menetukan apa yang dkatakan.
Jika kenyataan itu dihubugnkan dengan bahasa Jawa, muncul masalah yang menarik untuk diteliti, yaitu bagaimana berkata itu dilaksanakan dalam bahasa itu. Kita tahu bahwa dalam bahasa itu, ragam bahasa dibedakan secarta demikian eksplisit sehingga konteks sangat menetukan pertuturan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fahrizal
"Sejumlah literatur menunjukkan, bahwa pada komunitas bilingual atau multilingual dimungkinkan terjadinya kontak bahasa. Penggunaan salah satu bahasa akan berkaitan dengan tindak identitas. Di samping itu, salah satu cara mendefinisikan identitas etnik seringkali dapat dilihat pada kesetiaan memelihara bahasa minoritas dan bahasa daerah nonstandard. Tulisan ini mempelajari penggunaan bahasa Betawi dalam tindak komunikasi orang Betawi di Condet Bale Kambang, Jakarta Timur.
Penelitian dengan pendekatan etnografi komunikasi dan metode pengamatan terlibat, wawancara, serta perekaman ini ingin melihat bagaimana penggunaan bahasa Betawi dalam komunikasi sehari-hari dalam sejumlah speech event yang terjadi di masyarakat Condet Bale Kambang. Tindak komunikasi yang melibatkan partisipan dari berbagai kelompok umur akan dilihat pada tiga ranah, yaitu keluarga, keagamaan, dan pertemanan. Sejumlah peristiwa tutur pada tiga ranah dianalisis berdasarkan komponen-komponen komunikasi, termasuk di dalamnya analisis alih kode, fenomena generik pada masyarakat multilingual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ranah keluarga pada umumnya bahasa Betawi masih sangat komunikatif. Pada ranah keagamaan, bahasa Betawi digunakan untuk menginterpretasikan pembahasan yang umumnya berbahasa Melayu Tinggi. Sedangkan pada ranah pertemanan, bahasa Betawi pun masih komunikatif. Sebagai salah satu kantong masyarakat Betawi, ternyata orang-orang Condet masih mampu menjaga. keberlangsungan pemakaian bahasa ibunya. Dengan demikian, mereka tetap dapat dilihat identitas etniknya dari tindak komunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>