Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148099 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Women are important actors in development. Unfortunately women as human resources have been experiencing many problems and obstacles that may undermine their existence to participate and improve her roles in development. Therefore, their roles need to be increased, in particularly in economic sectors, they can be involed in any kind of occupational activities including small huosehold industry."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Budiartiningsih
"Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah yang dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan penduduk sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk yaitu berupa sebidang tanah pertanian yang diharapkan dapat mereka garap dan olah. Di daerah transmigrasi UPT II Sungai Pagar, misalnya, telah disediakan lahan pertanian untuk digarap dan diharapkan mereka bisa memperoleh pendapatan dan hasil lahan tersebut.
Pada awalnya para transmigran masih mempunyai harapan atas hasil yang mereka terima dari ladang yang mereka usahakan meskipun hasil itu haru dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan akan makan.an. Namun, setelah lebih kurang empat tahun di lokasi, pendapatan rumah tangga dari hasil pertanian tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar tersebut. Hal ini disebabkan adanya gangguan alam, seperti berkurangnya kesuburan tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan hama seperti babi hutan bahkan sampai perusakan tanaman oleh sekawanan gajah.
Dalam keadaan serba tidak pasti. tersebut, apa peranan kaum perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya ditinjau dan kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi keluarga transmigan? Dalam menghadapi gangguaan alam yang berakibat pada segala aspek kehidupan transinigran para transmigran khususnya perempuan harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi terlebih dahulu pada lingkungannya. Adaptasi ini diperlukan agar kehidupan rumah tangga tetap tenang sehingga tercipta suasana kerasan bagi anggota rumah tangga yang pada akhirnya juga akan berguna untuk mengurangi rasa penyesalan karena harus meninggalkan daerah asalnya.
Untuk tetap bertahan di daerah yang baru, kaum perempuan melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun nonekonomis. Pekerjaan ekonomis mereka lakukan agar dapat membantu ekonomi keluarga yang jika diharapkan kepada pendapatan suami saja dirasakan tidak mencukupi, serentara pekerjaan yang tidak bernilai ekonomis dilakukan agar kehidupan rumah tangga tetap berlangsung. Kaum perempuan tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan domestik tetapi juga sudah masuk ke dalam pekerjaan yang produktif sementara kaum pria tetap bertahan dalam lingkungan publiknya.
Di dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kaum perempuan pada umumnya bekerja sendiri, terlebih-lebih pada awal penempatan mereka karena sewaktu berangkat ke daerah transmigrasi sebahagian besar transmigran hanya membawa istri dan anak-anak atau balita. Salah satu alasan mereka berbuat seperti itu adalah karena anak-anak sedang dalam niasa sekolah sehingga dirasakan tidak mungkin untuk dipindahkan serta masih adanya perasaan ragu apakah di daerah yang baru nantinya mereka dapat membiayai kebutuhan keluarga jika mempunyai tanggungan yang lebih besar. Pekerjaan rumah tangga yang mereka lakukan adalah antara lain, mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengambil air dan mencari kayu bakar.
Di samping mengerjakan pekerjaan tumah tangga, perempuan juga membantu pekerjaan suami di ladang. Sebagai daerah baru tenaga perempuan sangat dihutuhkan untuk membantu pekerjaan di ladang,. Perempuan merupakan tenaga inti selain tenaga suami. Mereka melakukan pekerjaan hampir sama dengan yang dilakukan oleh suami, yaitu ikut membakar pohon yang sudah anti, mencangkul ladang, menanam, menyiang hingga memanen hasil. Pekerjaan di ladang ini dilakukan oleh perempuan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bahkan tidak jarang mereka melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus seperti mengasuh anak sambil bertanam. Keadaan tersebut menunjukan bahwa di daerah transmigrasi perempuan berperan ganda.
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada saat penghasilan dari lahan pertanian sudah semakin sedikit maka perempuan mulai mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya misalnya .dengan berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, membuat kue dan membuat kerupuk. Peranan kaum perempuan dalam perekonomian rumah. tangga terbukti relatif besar. Meskipun dalam rumah tangga perempuan juga menyumbangkan penghasilan mereka tetap dianggap hanya membantu suami dalam mencari nafkah. Demikian pula halnya dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Dominasi suami atas pengeluaran rumah tangga diperlihatkan dari kaum perempuan yang menyatakan bahwa mereka harus meminta izin terlebih dahulu jika akan mengeluarkan uang dalam jumlah relatif besar. Keadaan ini semakin dikuatkan dengan adanya anggapan bahwa keikutsertaan perempuan atau istri dalam bekerj hanyalah disebabkan oleh situasi pada saat itu yang memungkinkan perempuan untuk bekerja.
Pada saat ini perempuan banyak yang bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang bernaung di bawah perusahaan PT Tasma Puja. Perempuan masuk dalam pekerjaan ini karena semakin menyempitnya peluang bagi mereka untuk dapat membantu ekonomi rumah tangganya. Sebagai buruh mereka di upah dengan sistem upah harian sebesar Rp 3.500 per hari Pembayaran upah dilalukan dua sebulan, pekerjaan rutin yang dilakukan oleh perempuan adalah sebagai berikut: mereka biasanya meninggalkan rumah pada pukul enam pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan kembali ke rumah pada pukul empat sore. Setelah pulang ke rumah mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mengajar anak. Pendapatan yang relatif tetap dari pekerjaan ini menjadikan perempuan bertahan dengan kondisi yang demikian itu.Bekerja sebagai buruh dapat dilakuukan oleh perempuan sendiri maupun bersama-sama dengan, namun pekerjaan rumah tangga tetap dikerjakan oleh istri.
Melihat kondisi di atas, ternyata peranan perempuan dalam rumah tangga dan dalam membantu suami mencukupi kebutuhan hidup keluarga relatif besar. Begitu pula curahan waktu kerja mereka relatif lebih besar dibandingkan dengan suami mereka. Bahkan, lebih dari itu. kaum perempuan juga harus memainkan peranan yang berhubungan dengan kegiatan social dilingkungan masyarakatnya. Mereka mengikuti kegiatan arisan, pengajian, PKK, posyandu dan kelompok tani serta kesenian.
Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan rasa kerasan berada di daerah baru karena secara psikologis mereka telah terlepas dan ikatan-ikatan tradisional yang biasanya mengikat mereka, yaitu jauh dari keluarga dan jauh dari sanak famili. Keberhasilan mereka di daerah transmigasi sangat ditentukan dari kesiapan mereka dalam menghadapi kehidupan di daerah baru tersebut. Namun, secara teknis sering kali dalam keberangkatan ke daerah yang baru perempuan belum dipersiapkan secara baik sebagaimana hal itu dilakukan terhadap laki-laki.
Ketidaksiapan perempuan menghadapi situasi dan kondisi di daerah yang baru sering kali menjadi pemicu para transmigran itu untuk kembali ke daerah asalnya setelah mencoba untuk tetap bertahan selama beberapa waktu. Perempuan yang tidak siap akan merasa kecewa dan terasing, sehingga tidak mempunyai harapan untuk dapat terus bertahan. Peluang lain tidak dapat mereka temukan sementara pendapatan keluarga yang diupayakan oleh suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun, keadaan sebaliknya terjadi pada mereka yang dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungannya akan tetap bertahan. Salah satu pendorong bagi transmigran untuk tetap bertahan adalah karena di daerah yang baru mereka mempunyai tanah sementara di daerah asal hal itu sudah tidak memungkinkan lagi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini menggambarkan tentang peran ganda perempuan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan sosial keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang peran ganda perempuan, khususnya pelaksanaan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga, istri pendamping suami, pendidik ' pengatur rumah tangga dan sebagai pencari nafkah...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masngudin HMS
"Kebudayaan kemiskinan pada rumah tangga nelayan memberikan derajat yang seimbang antara suami dan istri. Namun kebudayaan yang telah mantap pada masyarakat membedakan derajat atau posisi suami dan istri, walaupun istri telah berusaha dengan segala kemampuan untuk kehidupan rumah tangganya. Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam studi tentang Kehidupan Istri Nelayan Miskin di Desa Samudera Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Kemiskinan yang terjadi secara turun temurun, masih dirasakan oleh tiap rumah tangga yang menjadi kasus dalam studi ini. Dalam sosialisasi orang tuannya kepada anak-anaknya juga masih dijalankan seraca turun temurun. Sosialisasi dalam hal pekerjaan, masih terlihat Bapaknya mengarahkan anak laki-lakinya untuk tetap menjadi nelayan, dan lbunya mengarahkan anak perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani. Kesemua ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Upaya ini dilakukan dengan cara mengerahkan sumber daya tenaga kerja yang ada dalam rumah tangga melalui kegiatan sosial ekonomi. Dad pengerahan tenaga kerja anggota rumah tangga dalam menanggulangi kebutuhan ini, terlihat adanya keseimbangan derajat atau posisi suami dan istri atau laki-laki dan wanita dalam rumah tangga nelayan miskin.
Dalam kebudayaan yang telah mengakar pada masyarakat, antara lain di dalam rumah tangga ada pembagian tugas yang jelas. Pekerjaan mencari nafkah adalah pekerjaan suami, sedangkan pekerjaan istri adalah pekerjaan rumah tangga. Akibat dari pengaruh kebudayaan tersebut, maka pola hubungan antara suami dan istri, berbeda tapi sama nilainya. Dalam pandangan ini ada pemisahan peranan istri dalam pekerjaan rumah tangga dan ada peluang untuk bekerja mencari nafkah diluar rumah tangga. Melalui solidaritas sosial dalam bentuk tolong menolong, saling memberi, atau saling menanggung beban secara bersama adalah merupakan upaya di antara rumah tangga nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dikenal dengan konsep sama rata sama rasa. Keadaan ini memeperlihatkan kehidupan sosial diantara sesama rumah tangga miskin di lokasi penelitian yang berorientasi pada kebutuhan ekonomi. Di lain pihak dalam kehidupan ekonomi istri bekerja mencari nafkah di berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akibat pengaruh kemiskinannya.
Walaupun istri nelayan miskin dengan segala kemampuannya telah berusaha tanpa mengenal lelah, namun pengaruh kebudayaan yang telah mantap dalam masyarakat tetap membedakan derajat atau posisi antara suami dan istri. Dengan perbedaan ini pada dasarnya istri kurang menerimanya, yang diinginkannya adalah bukan secara kaku memegang kebudayaan tersebut, tetapi seharusnya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Dengan orientasi ini, maka akan terdapat kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga dengan pola hubungan seimbang. Pola hubungan tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam pengentasan kemiskinan yang di sandangnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradewi Iedarwati
"Implikasi apa atas peningkatan peran ganda wanita terhadap kedudukan wanita dalam rumah tangga menjadi ide yang mendasari penulisan thesis ini. Dengan dimilikinya peran ganda berarti wanita memiliki dua fungsi yaitu reproduksi dan produksi. Bagaimana peran kontribusi yang diberikan istri terhadap posisinya dalam mengambil keputusan menjadi tujuan dalam penelitian ini.
Teori pertukaran Blau digunakan untuk menjelaskan proses pertukaran yang terjadi pada tingkat mikro sehingga dapat mengungkap peran kontribusi pribadi dalam pengambilan keputusan. Pendekatan AGIL dari Parsons dipilih sebagai suatu upaya untuk menjelaskan bagaimana suatu mekanisme pertukaran berjalan dalam suatu sistim/struktur. Penelitian ini cenderung bersifat kualitatif yang didukung oleh pendekatan kuantitatif sederhana maka dipilih metode survei untuk memperoleh gambaran umum atas kelompok yang diteliti. Metode studi kasus dengan wawancara mendalam digunakan untuk memberikan penjelasan khusus atau untuk mengungkap ciri-ciri tertentu.
Hasil penelitian mengungkap bahwa ternyata besar kecilnya sumber pribadi yang disumbangkan tidak mempengaruhi terhadap besar kecilnya pecan pengambilan keputusan, karena sumber pribadi bukanlah satu-satunya faktor yang melandasi pertukaran dan bukan satu-satunya faktor yang dipertukarkan. Faktor intrinsik yaitu dukungan.sosial sangat mewarnai terjadinya keseimbangan dalam proses pertukaran antara suami istri. Keseimbangan pertukaran dapat dilihat melalui pecan pengambilan keputusan dimana baik istri maupun suami dalam mengambil keputusan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama. Hal ini dilakukan oleh hampir sebagian besar responden dalam membuat keputusan yang menyangkut masalah alokasi dana, reproduksi, kekerabatan.
Untuk masalah aktualisasi diri dan pembagian atas penyelesaian tugas-tugas rumah tangga ternyata hampir separuh responden masih belum memiliki keseimbangan dalam proses pertukaran karena karir pribadi masih menjadi urutan yang terakhir dan porsi penyelesaian togas rumah tangga hampir seluruhnya masih diselesaikan oleh istri. Namun demikian secara rata-rata sebagian besar istri memperoleh keseimbangan dalam proses pembuatan keputusan sehingga dapat diartikan bahwa kelompok dosen wanita cukup memiliki otonomi yang diartikan memiliki pecan pengambilan keputusan yang menyangkut diri sendiri maupun keluarganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unger, Rhoda Kesler
New York: McGraw-Hill, Inc, 1992
305.42 UNG w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widiaryani S. Sumitro
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ace Sriati Rachman
""Kesetaraan jender merupakan inti yang menentukan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goal (MOG)....". Demikian isi "jendela" Laporan Pembangunan Manusia atau Human Development Report (HDR) tahun 2003, yang diterbitkan oleh Program Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan atau United Nations Development Program (UNDP). Pemyataan dari pihak yang sangat berkompeten di atas, menggambarkan betapa kesetaraan jender merupakan isu yang strategis dalam usaha pencapaian tujuan pembangunan suatu bangsa. Namun, kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa pemberdayaan dan kesetaraan perlakuan serta kesempatan terhadap perempuan masih jauh dari harapan. Di kehidupan sehari-hari, banyak terjadi ketidakadilan terhadap perempuan dalam mendapatkan pekerjaan dan di tempat kerja, kekerasan terhadap perempuan sering terjadi bahkan juga dalam rumah tangga, kesempatan mendapatkan pendidikan serta keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan di segala tingkatan sosial masyarakat juga masih menunjukkan ketimpangan bagi perempuan. Di tengah kurangnya perhatian terhadap kondisi seperti di atas, atensi harian umum Kompas terhadap isu-isu perempuan dan kesetaraan jender yang ditampilkan dalam rubrik Swara (terbit setiap hari Senin), tentu merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji dan diteliti, mengingat Kompas merupakan satu-satunya harian umum berskala Nasional yang secara khusus dan rutin memuat atau menampilkan berbagai isu tentang perempuan dan kesetaraan jender.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dikaji adalah : "Bagaimanakah konstruksi realitas tentang isu-isu kesetaraan jender ditampilkan dalam rubrik Swara di harian umum KOMPAS sepanjang tahun 2003". Tujuan penelitiannya adalah : (1) Menganalisis bingkai pemberitaan tentang isu-isu kesetaraan jender yang ditampilkan dalam rubrik Swara, Kompas sepanjang tahun 2003; (2) Melihat kecenderungan pemberitaan isu-isu kesetaraan jender, dalam hal ini aspek yang dilihat adalah untuk mengungkapkan ideologi jender yang dominan ditampilkan para penulis dalam tulisan di rubrik Swara, Kompas.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kualitatif, sedangkan perspektif metodologi penelitian ini adalah perspektif konstruktivisme. Sementara itu, metode analisis penelitiannya adalah analisis bingkai (framing analisys) dengan model analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Perangkat-perangkat framing yang dianalisis pada model ini meliputi perangkat pembingkai (Framing Devices) dan perangkat penalaran (Reasoning Devices). Perangkat pada Framing Devices terdiri dari metaphor, catchphrases, exemplar, depiction dan visual image. Sedangkan perangkat penalaran yang berfungsi untuk menunjang perangkat-perangkat framing yang dipakai dalam tulisan tersebut terdiri dari roots, appeals to principle dan consequences. Satuan analisisnya adalah artikel isu kesetaraan jender dalam Swara sepanjang tahun 2003, yang masing-masing berjudul ; (1) Merefleksikan Gerakan yang Sedang dan Terus Berproses; (2) Mengajarkan Kesetaraan Jender, (3) Ketidakadilan Jender, Kesetaraan Jender dan Pengarusutamaan Jender, (4) Membicarakan Feminisme; (5) Upaya yang Tak Kenal Lelah untuk Keadaan yang Lebih Adil; (6) Kesetaraan Jender Menentukan Pencapaian MDG; (7) Perempuan, Lingkungan dan Globalisasi; (8) Mempertanyakan RUU yang Bias Jender (9) Istri yang Kehilangan Nama.
Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini dipayungi oleh perspektif konstruktivisme. Teori kanstruksi sosial atas realitas dari Berger dan Luckmann , teori dari Shoemaker dan Reese yang menyatakan ada faktor-faktor yang bersifat eksternal dan internal yang mempengaruhi isi media (Hierarchy of Influence), teori Agenda Setting dan teori Feminis merupakan teori yang dipergunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, keseluruhan artikel tentang kesetaraan jender yang berjumlah 9 buah yang ditampilkan Swara selama tahun 2003, dibingkai Swara sebagai; "Kesetaraan Jender - Perjuangan Panjang yang membutuhkan kesadaran Perempuan dan Masyarakat, serta Intervensi Negara". Kedua, Kecenderungan ideologi jender yang paling dominan adalah feminis liberal, meskipun ada beberapa artikel yang cenderung meyiratkan ideologi feminisme sosialis.
Bagi studi mendatang, untuk melihat konstruksi realitas perempuan yang berkaitan dengan isu kesetaraan jender di media massa secara metodologis direkomendasaikan menggunakan analisis wacana kritis. Asumsinya adalah karena analisis wacana kritis dengan analisis yang holistik (bukan hanya pada level teks) diharapkan dapat mengungkap realitas perempuan beserta aspek-aspek yang tersembunyi yang mempengaruhi penyajian tulisan secara lebih tajam dan mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"ABSTRAK
Masyarakat Bali sebagaimana masyarakat dunia pada umumnya, adalah sebuah masyarakat yang dilatarbelakangi oleh budaya paternalistik, yang disebut "pancar-purusa" atau "purusa-istik". Tapi, ternyata kedudukan wanita Bali tidak rendah. Bahkan, dalam berbagai aktivitas sosio-kultural dan keagamaannya, mereka melakukan peran sentral dan mulia. Seperti menjadi seorang pedanda istri (pendeta perempuan), atau pemangku istri (wanita sebagai pemimpin upacara di pura).
Di samping itu, wanita Bali juga memiliki keterlibatan dan peran yang sangat penting dalam aktivitas hidup berkesenian, khususnya dalam kehidupan seni pertunjukan mereka. Hal ini merupakan suatu masalah baru, yakni sejak akhir abad ke-19-an atau awal abad ke-20-an. Karena, dahulu hanya gadis-gadis kecil yang menjadi penari atau performer yang menari sebagai bagian dari ritual keagamaannya. Tapi sekarang kebanyakan gadis-gadis Bali ambil bagian dalam berbagai pertunjukan seni.
Penelitian ini bermaksud mengungkapkan citra wanita Bali dalam seni pertunjukan tradisional. Masalah pokok yang dikaji, yaitu: (1) citra wanita di dalam seni pertunjukan--baik yang termasuk dalam tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan, dan (2) citra wanita sebagai seorang pragina atau performer dalam hidup berkesenian masyarakat Bali. Masalah ini cukup menarik berkenaan dengan konsep gender dalam sistem nilai masyarakat Bali. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif; dan untuk penganalisisan data diterapkan pendekatan hermeneutik.
Berdasar analisis yang dilakukan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan: pertama, citra wanita dalam seni pertunjukan tradisional Bali, baik yang termasuk dalam tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan pada dasarnya mengacu pada sistem nilai budaya masyarakatnya, seperti konsep tentang taksu, ngayah, dan seka. Kedua, pemahaman terhadap citranya itu tidak dapat dipisahkan dari berbagai genre tari yang diperankan dalam hidupnya sebagai seorang pragina wanita Bali. Ketiga, secara umum citra wanita dalam pertunjukan seni untuk pariwisata masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan karena masih kurang pemahaman terhadap nilai-nilai kesenian tradisional itu sendiri oleh masyarakat luas.

ABSTRACT
Image of Women in Balinese Traditional Performing ArtThe Balinese society similar to any other sicieties in the world, is a community which is based on paternalism, which is called "pancar-purusa" ("male-oriented") or "purusaism". But, in reality the position of Balinese women is not inferior. Moreover, in the various kinds of socio-cultural activities and religious life, they play a central and noble role, such as pedanda istri (priestess), or pemangku istri (holy-women, head of the ritual offerings in the temple).
Besides, the Balinese women also have a great involvement and a very important role in aristic activities, particularly in performing arts. This fact has become a new problem, since the end of the 19th or the begining of the 20th century. Because, in the past only little girls could become dancers or performers who danced as a part of religious rituals. But today most of Balinese girls have taken part in the various art performance events.
This research is intended to reveal the images of women in Balinese traditional performing arts. The main problems which would be investigated, are : (i) images of women in the performing arts -- that include the Wali ("sacred dances"), the Bebali ("ceremonial dances"), and the Balih-Balihan ("secular dances"), and (2) the image of women as a pragina (dancer, actress, performer} in the artistic sphere of Balinese society. The method that is used in this research is qualitative method; and for data analysis hermeneutic approach is applied.
From the analysis, we can eventually formulate several conclusions: first, images of women in Balinese traditional performing arts, including the wall, bebali, and balih-balihan, bacically refer to the cultural value system of the society, such as the concepts of taksu ("religious-charisma"), ngayah ("devotional-service"), and seka ("artist-group"). Second, the understanding of the image could not be separated from the various genres of dance that are performed in their life as well as from their role as Balinese pragina. Third, generally, images of women in the performing arts intended for tuorism tend to be inferior. One reason of this is the fact that there is little understanding of the traditional artistic values on the part of the society at large."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>