Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Manufacture industries decline in 2006 was caused by 3 big obstructions, its instability in macroeconomics, uncertainty policy and corruptions. This condition caused the payment of dividend manufactures companies decline year to yearand some companies didn't paid the dividend for 3 years respectively. The objective of the research is to find out and analyzes the influence of Cast Ratio, Net Profit Margin (NPM), dan Return on Investment (ROI) to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia and which factor will be the most dominant to Dividend Payout Ratio (DPR). The data used in this research is from the yearly financial report of the thirty one manufactured industries listed at the Indonesia Stock Exchange (IDX) at 2001 to 2006. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research is the multiple linear regressions method. The hypothesize test used the statistical of F-test and the statistical of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables simultaneously influence DPR at the determinant coefficient (R2) 62,1% its shows that research independent variables able to explain 37,9% to DPR while the remaining of 56,7% explained by independent variables that were un-research. The statistical of t-test shows that only ROI partially influence DPR. Return on Investment is the most variable that influence DPR."
JUORMAN
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Hendrik
"Tesis ini meneliti untuk melihat secara statistik sejauh mana keputusan investasi, kebijakan dividers dan keputusan pembelanjaan yang dicerminkan dari rasio - rasio Return on assets (ROA), dividend payout rasio (DPR), debt to equity ratio (DE) dan economic value added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap value of stock yang diukur dengan price to book value (PBV).
Hasil empiris dari penelitian yang diperoleh dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Science (SPSS) ini menunjukkan bahwa :
1. Return on Assets (ROA) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya ROA akan cenderung meningkatkan PBV.
2. Dividend Payout Ratio (DPR) seluruh perusahaan, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya DPR akan cenderung meningkatkan PBV.
3. Debt Equity ratio (DE) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya DE akan cenderung meningkatkan PBV.
4. Economic Value Added (EVA) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya EVA akan cenderung meningkatkan PBV.
Melihat kecilnya nilai R2 dari hasil penelitian ini, disadari bahwa banyak faktor-faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi PBV, yang termasuk di dalam residual variable. Faktor-faktor ini, antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing, terutama US dollar, kebijakan moneter ketat, issue-issue politik, dan kebijakan keuangan perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherwin Alfialdo Franciscus
"ABSTRAK
Menurut publikasi BAPEPAM industri asuransi di Indonesia mengalami
pertumbuhan premi bruto setiap tahunnya mulai dari periode 2006 sampai 2010.
Hal ini merupakan dampak dari terus berkembangnya perekonomian Indonesia
yang dapat dilihat dari pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dari tahun ke
tahun. Dikarenakan profitabilitas sebuah perusahaan merupakan salah satu
indikator kinerja perusahaan maka sangatlah penting untuk mengetahui faktor apa
saja yang dapat memperngaruhi profitabilitas perusahaan asuransi di Indonesia.
Tesis ini akan mengidentifikasi faktor internal dan faktor ekonomi makro apa saja
yang dapat memperngaruhi profitabilitas serta menjelaskan mengapa pengaruh
(negatif atau positif) tersebut terjadi dan bagaimana dampaknya pada perusahaan
asuransi di Indonesia dalam periode 2007 sampai 2011. Objek penelitian
menggunakan 105 yang terdiri dari 27 perusahaan asuransi jiwa, 71 perusahaan
asuransi umum, 4 perusahaan asuransi jaminan sosial, dan 4 perusahaan
reasuransi. ROA (Return on Assets) akan dipilih sebagai variabel dependen dan
firm size (total assets), volume of capital (VOC), AGE (UMUR), combined ratio
(COMR), leverage ratio (LEVERAGE), liquidity ratio (LIQUIDRATIO), inflasi
(INFLASI), pertumbuhan PDB (pertPDB), serta PDB per kapita (PDBKapita)
sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukan bahwa 6 variabel
independen secara signifikan dapat memperngaruhi variabel dependen yaitu
UMUR (umur perusahaan) dengan pengaruh negatif, SIZE (total assets) dengan
pengaruh positif, VOC (Volume of Capital) dengan pengaruh positif, INFLASI
(inflasi) dengan pengaruh negatif, PERTPDB (pertumbuhan PDB) dengan
pengaruh negatif, dan PDBKAPITA dengan pengaruh positif.

ABSTRACT
According to BAPEPAM’s publication it’s stated that the gross premium of
Indonesia’s insurance has grown continously from 2006 till 2010 period. This is
the direct impact of Indonesia’s economic growth that can be seen from the
yearly growth of GDP (Gross Domestic Product). Because one of the key
indicator of performance is companies profitability then it’s very important to
determine which factors that can affect Indonesia’s insurance companies
profitabilities. This thesis will identified which firm specific factors and
macroeconomics factors that can affect profitability also why the effects (negative
or positive) happen and what is the impact of this result to the Indonesia’s
Insurance companies. This study will use 105 sample that comprise of 27 life
insurance company, 71 general insurance company, 4 social security company,
and 4 reinsurance company. ROA (Return on Assets) will be the independent
variable and firm size (total assets), volume of capital (VOC), AGE (UMUR),
combined ratio (COMR), leverage ratio (LEVERAGE), liquidity ratio
(LIQUIDRATIO), inflasi (INFLASI), pertumbuhan PDB (pertPDB), serta PDB
per kapita (PDBKapita) will be the independent variable. The findings shows that
6 independent variables significantly affect dependent variables, AGE (age of
firms) with negative effects, SIZE (total assets) with positive effects, VOC
(Volume of Capital) with positive effects, INFLASI (inflation) with negative
effects, PERTPDB (growth of GDP) with negative effects, and PDBKapita (GDP
per capita) with positive effects."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusdin Mulyadin
"Penelitian ini secara umum membahas mengenai tingkat internasionalisasi perusahaan dan pengaruhnya terhadap risiko perusahaan. Penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010?2015. Data diolah menggunakan metode generalized least square dengan model efek tetap. Penelitian menggunakan data panel yang merupakan gabungan dari data cross-section dan time-series.Tingkat internasionalisasi perusahaan ditinjau dari penjualan luar negeri, sementara risiko perusahaan ditinjau dari volatilitas imbal hasil saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat internasionalisasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika perusahaan meningkatkan aktivitas internasionalnya, maka perusahaan tersebut akan menghadapi risiko yang lebih besar pula.
This research generally discusses degree of internationalization and its influence on the company's risk. This study uses data from manufacturing firm listed in Indonesia Stock Exchange 2010-2015 period. The data were processed using the method GLS with a fixed effects model. The study uses panel data which is a combination of cross-section data and time-series. Degree of internationalization in terms of overseas sales, while the company's risk in terms of the volatility of stock returns. The results showed that the degree of internationalization of the company has significant positive effect on the firm risk. It shows that if the company increases its international activities, the company will face a greater risk as well."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dini Hariyanti
"ABSTRAK
Tujuan utama studi ini adalah untuk melihat dampak penurunan harga minyak bumi terhadap nilai tambah dan tingkat harga pada industri manufaktur di Indonesia selama periode 1974-1993. Studi ini diawali dengan deskripsi mengenai perkembangan industri manufaktur dengan melihat beberapa indikator yang berkaitan langsung dengan pentingnya industri manufaktur dalam perekonomian. Dalam bab selanjutnya akan dipaparkan mengenai teori yang digunakan untuk mendukung hipotesa serta hasil penelitian terdahulu yang secara tidak langsung dapat mendukung hipotesa yang ditetapkan.
Dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Cihan Bilginsoy (1992), yakni model persamaan simultan tingkat output dan tingkat harga yang diturunkan dari keseimbangan sisi permintaan dan sisi penawaran dan dengan menggunakan data-data nilai tambah, tingkat upah, tingkat harga impor, tingkat harga dan jumlah uang beredar pada industri manufaktur selama periode 1974-1993 maka model tersebut digunakan untuk melihat prilaku variabel-variabel yang mempengaruhi nilai tambah dan tingkat harga dan untuk mengetahui besarnya perbedaan elastisitas nilai tambah dan tingkat harga industri manufaktur pada periode penurunan tingkat harga minyak.
Seperti diketahui, kondisi perekonomian di Indonesia yang terikat pada naik dan jatuhnya harga minyak bumi sudah dibuktikan oleh beberapa peneliti di mana kenaikkan dan penurunan yang cepat dalam harga minyak telah menimbulkan sejumlah masalah penyesuaian yang berkaitan dengan harga minyak tersebut. Selanjutnya hasil studi menunjukkan ada perbedaan antara periode kenaikan harga minyak bumi dan periode harga minyak bumi rendah. Dalam hal ini, dampak penurunan harga minyak bumi meningkatkan industri manufaktur di Indonesia.
Sejak pelita I tahun 1969 hingga saat ini (Repelita VI) proses industrialisasi di Indonesia menunjukkan adanya kemajuan. Industrialisasi yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup perkembangan dan pertumbuhan output disektor industri pengolahan tetapi khususnya industri pengolahan non migas (industri manufaktur). Indikator umum yang digunakan untuk mengukur tingkat industrialisasi suatu negara adalah rasio nilai tambah dari sektor manufaktur terhadap PDB dan persentase ekspor manufaktur dari jumlah ekspor non migas.
Dari hasil estimasi untuk persamaan nilai tambah industri manufaktur diperoleh hasil bahwa penurunan harga minyak bumi mempengaruhi tingkat upah yang berpengaruh secara positif terhadap nilai tambah, hal ini tidak sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan. Akan tetapi jika peningkatan upah dapat meningkatkan produktivitas pekerja maka secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai tambah disektor industri tersebut.
Pengaruh tingkat harga impor terhadap nilai tambah pada periode harga minyak bumi tinggi adalah negatif, tetapi pada periode sebelumnya (t-1) berpengaruh positif. Berarti perlu satu lagi waktu untuk menyesuaikan terhadap perubahan tingkat harga impor yang mana dampak dari tingkat harga impor pada tahun lalu akan mempengaruhi nilai tambah pada tahun ini. Selanjutnya, penurunan harga minyak telah menyebabkan tingkat industri manufaktur menjadi dominan dalam hal penerimaan devisa walaupun hasil yang diraih belum banyak menunjukkan. Ini karena sebagian besar dari bahan baku yang digunakan oleh industri manufaktur negara kita masih berasal dari impor.
Pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tambah pada periode harga minyak bumi tinggi adalah positif , berarti sesuai dengan hipotesa. Sedangkan pada periode harga minyak bumi rendah, jumlah uang beredar tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai tambah, berarti tidak ada perbedaan antara periode harga minyak bumi tinggi dan minyak bumi rendah pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tambah.
Pengaruh tingkat harga pada periode tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap nilai tambah hal ini karena dengan tingginya tingkat harga menyebabkan permintaan akan hasil produksi akan turun sehingga produsen akan mengurangi produksinya sehingga nilai tambah yang akan diterima produsen akan berkurang.
Sedangkan hasil estimasi untuk tingkat harga industri manufaktur diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh tingkat upah pada periode minyak bumi rendah lebih besar dari pada periode minyak bumi tinggi dengan arah hubungan yang positif. Ini berarti sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan.
Pengaruh tingkat harga impor terhadap tingkat harga hanya signifikan pada periode harga minyak bumi rendah, sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan, ini berarti tingkat harga impor dapat meningkatkan tingkat harga industri manufaktur hal ini dikarenakan masih banyaknya komponen bahan baku industri yang di impor.
Pengaruh jumlah uang beredar adaiah negatif terhadap tingkat harga yang mana pengaruh pada periode harga minyak bumi rendah lebih besar dari pada periode harga minyak bumi tinggi berarti jumlah uang beredar tidak mempengaruhi tingkat harga, secara teori jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar maka akan meningkatkan tingkat harga. Hubungan yang negatif ini diduga karena jumlah uang beredar hanya sebagai variabel antara yang pengaruhnya tidak langsung mempengaruhi tingkat harga. Penelitian yang dilakukan oleh Bilginsoy menghasilkan bahwa jumlah uang beredar akan meningkatkan inflasi jika adanya krisis devisa (foreign exchange bottleneck) dan akan meningkatkan tingkat output jika tidak ada krisis devisa (no foreign exchange bottleneck) .
Dari besaran elastisitasnya, pengaruh tingkat upah, tingkat harga impor jumlah uang beredar dan tingkat harga industri manufaktur adalah elastis terhadap nilai tambah, yang berearti kenaikan satu persen variabel yang mempengaruhi akan meningkatkan nilai tambah. Sedangkan elastisitas variabel yang mempengaruhi tingkat harga menunjukkan besaran yang inelastic.
Secara umum, model persamaan simultan yang dikemukakan oleh Bilginsoy belum dapat menangkap beberapa dampak penurunan harga minyak terhadap industri manufaktur secara sektoral karena tidak bisa melihat beberapa variasi dari penurunan harga minyak. Selanjutnya ketergantungan industri manufaktur yang tinggi terhadap bahan baku impor menghasilkan industri yang tidak berbasis kuat. Hal ini karena produksi industri manufaktur Indonesia yang berorientasi ekspor mempunyai kandungan impor yang tetap tinggi (padat impor). Oleh karena itu secara makro, perkembangan industri manufaktur dinilai sangat baik tetapi masih banyak masalah yang harus dibenahi terutama pada industri yang berkaitan untuk orientasi ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyarti
"Fenomena tentang pertumbuhan ekonomi telah lama menarik untuk diteliti. Beberapa teori pertumbuhan ekonomi muncul untuk mencoba menerangkan mengenai faktor penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi tersebut. Perkembangan terbaru dari teori pertumbuhan ekonomi adalah munculnya teori pertumbuhan baru atau teori pertumbuhan endogen. Salah satu hal yang menarik dari teori pertumbuhan endogen adalah adanya ekstemalitas dalam perekonomian. Ekstemalitas ini merupakan suatu sumber eksternal yaitu sumber lain di luar input yang digunakan, yang turut menjadi faktor panting penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Dalam perekonomian terbuka dimana setiap negara selalu berhubungan dengan negara lain, ekstemalitas dapat muncul dari adanya hubungan perdagangan antar negara. Ketika dua negara mengadakan perdagangan dalam bentuk kegiatan impor dan ekspor barang akhir maupun barang antara, maka akan timbul adanya ekstemalitas yang berupa proses belajar. Proses belajar ini timbul dari pergerakan barang-barang yang secara tidak langsung membawa ide, stok pengetahuan dan teknologi yang terkandung pada barang-barang tersebut. Proses belajar (learning) yang berasal dari kegiatan perdagangan intemasional dikenal dengan istilah economy wide-trade induced learning by doing. Berhasilnya proses belajar tersebut pada sektor industri manufaktur akan menyebabkan meningkatnya tingkat pertumbuhan nilai tambah dan pada akhimya akan meningkatkan proporsi nilai barang yang dapat diekspor. Proses learning dalam hal ini lebih merupakan capital learning, yaitu learning yang terkait dengan penggunaan barang modal. Tesis ini secara khusus akan melihat tentang pengaruh dari sumber eksternal (ekstemalitas) dalam bentuk 'trade induced learning' terhadap pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur Indonesia. Variabel trade induced learning (TL) dalam penelitian ini diwakili oleh rasio dari nilai impor dan ekspor mesin-mesin terhadap nilai tambah industri agregat.
Dengan menggunakan data industri agregat dan dua digit diperoleh beberapa kesimpulan. Pada tingkat industri dua digit diperoleh hasil bahwa baik sumber internal dari input yang digunakan maupun sumber eksternal berupa variabel trade induced learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai tambah industri. Kontribusi sumber ekstemal variabel trade induced learning jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi sumber internal. Sementara pada tingkat industri agregat variabel trade induced learning secara statistik tidak signifikan untuk menentukan pertumbuhan nilai tambah. Kesimpulan yang berbeda ini menunjukkan bahwa belum terjadi proses belajar pada industri manufaktur secara umum. Proses belajar mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil dari sub sektor industri dua digit. Belum terjadinya proses belajar inilah yang menyebabkan industri manufaktur masih berada pada tingkat skala hasil yang konstan, baik pada tingkat industri agregat maupun pada tingkat industri dua digit. Ini berarti bahwa pertumbuhan industri manufaktur Indonesia masih bertumpu pada pertumbuhan input yang digunakan. Variabel trade induced learning belum dapat berperan dan menjadi sumber bagi pertumbuhan total factor productivity pada industri manufaktur Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T7493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsu Rizal
"Sebagaimana diketahui bahwa peranan industri manufaktur sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia,baru menunjukkan hasilnya menjelang berakhirnya PELITA III. Namun demikian, karena struktur produksi manufaktur saat itu sangat rentan terhadap external shock, maka kontribusinya bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. Kemudian pada saat memasuki PELITA IV, sejalan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi. (reformasi) ekonomi, laju pertumbuhan sektor industri manufaktur meningkat pesat dan share-nya dalam GDP juga semakin membesar. Menjelang berakhirnya PELITA V, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibela ekspor sempat terganggu, dengan melemahnya ekspor komoditi non migas andalan.
Banyak faktor yang menyebabkan merosotnya ekspor komoditi tersebut, salah satunya adalah tingkat daya saing, yang dimanifestasikan dalam ukuran efisiensi produktif. Oleh karena itu, penyelidikan dalam thesis ini mencoba untuk menganalisis perubahan kinerja spesifik (efisiensi produktif) industri manufaktur sehubungan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi selama periode tahun 1984-94, dan agar dapat dibandingkan dengan keadaan selama periode pra deregulasi, maka rentang analisisnya dipilih dari tahun 1981-94.
Penelitian empiris yang khusus memfokuskan pengaruh deregulasi terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia, belum banyak dilakukan, diantaranya yang paling menonjol adalah penelitian Miranda S. Goeltom (1992}. Salah satu hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berdampak positif terhadap kinerja spesifik perusahaan manufaktur, baik perusahaan kecil, konglomerat, maupun perusahaan berorientasi ekspor. Sementara penelitiannya Rinaldi (1994) mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berpengaruh terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia. Sedangkan penelitian empiris lainnya hanya menganalisis hasil estimasi efisiensi teknis industri manufaktur Indonesia, sebagaimana dilakukan Pitt and Lee (1982} den Hill and Kalirajan (1991).
Meskipun beberapa penyelidikan terdahulu menunjukkan adanya pengaruh positif reformasi ekonomi terhadap perbaikan efisiensi teknis, tetapi belum diungkapkan pola perubahan efisiensi produktif industri manufaktur Indonesia selama diimplementasikannya kebijaksanaan dereguiasi. Untuk itu, penyelidikan dalam thesis ini akan menganalisis hal tersebut, dengan cara mendekomposisi efisiensi produktif menjasi efisiensi teknis, alokatif, dan skala, sebagaimana telah dilakukan Yong and Kalirajan (1995) dalam menyelidiki pola perubahan efisiensi produktif industri besi dan baja China, tetapi dalam thesis ini akan digunakan data panel.
Ada dua pendekatan untuk mengestimasi efisiensi produktif, pertama menggunakan panel data analysis dengan composed error model, dimana disturbance error didekomposisi menjadi tiga variat unobservable, sebagaimana dilakukan Miranda S. Goeltom (1992), Cornwell, Schmidt, and Sickles (1990), Hsiao (1986), Schmidt and Sickles (1984), dan Hausman and Taylor (1981). Kedua, menggunakan stochastic frontier model, dalam hal ini distrurbance error didekomposisi menjadi one-sided error yang menampung firm-specific effects dan two-sided error yang menampung random noise. Aplikasi model stochastic frontier tersebut dalam estimasi efisiensi produktif telah berkembang luas, sejak pertama kali Farrel (1957) mengusulkannya.
Dalam thesis ini, untuk mengestimasi efisiensi produktif diaplikasikan model stochastic frontier production function, dengan one-sided error diasumsikan berdistribusi half-normal (Aigner et al, 1977; Stevenson, 1980; Pitt and Lee, 1981, Jondrow et al, 1982, Kalirajan and Tse, 1989; Hill and Kalirajan, 1991; Yong and Kalirajan, 1995), dan berdistribusi eksponensial (Meeusen. and van den Smack, 1977; Aigner et al, 1977; Jondrow et al, 1982). Sedangfungsi praduksinya merupakan fungsi produksi translog dan Cobb-Douglas, dengan variabel tidak babas gross value added dan variabel bebas terdiri dari input modal kerja, modal investasi, dan jumlah tenaga kerja.
Karena data yang dianalisis merupakan data panel, maka efisiensi teknis diestimasi dengan menggunakan formulasi sebagaimana diusulkan Battese and Coelli (1988), Kalirajan and Tse (1989), Hill and Kalirajan (1991) dan Yong and Kalirajan (1995), sedangkan estimasi efisiensi alokatif dan skala menggunakan formulasi yang diusulkan Khumbakar et al (1989) den Yong and Kalirajan (1995).
Proses estimasi diawali dengan analisis data panel untuk mengestimasi parameter fungsi produksi translog, yang menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan. Karena nilai estimasi koefisien model empiris fungsi produksi tersebut hampir semuanya negatif, maka pengujian model estimasi selanjutnya gagal, sehingga model estimasi empiris fungsi produksi translog didrop. Kemudian analiais data panel dilanjutkan dengan mengestimasi parameter fungsi produksi Cobb-Douglas, yang hasilnya menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan.
Melalui pengujian kesamaan elastisitas produksi dan restrikai CBTS, diperoleh hasil bahwa model empiric fungsi produksi Cobb-Douglas signifikan memiliki elastisitas sama dengan satu, dan nilai estimasi elastisitas pada periode pra deregulasi dan periode deregulasi berbeda signifikan. Sedangkan perubahan elastisitas produksi selama periode deregulasi, untuk input modal kerja dan modal investasi menunjukkan pola semakin meningkat, sedangkan input tenaga kerja semakin menurun.
Oleh karena asumsi elastisitas sama dengan satu terpenuhi, maka estimasi parameter model stochastic frontier fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilakukan. Dalam hal ini, motode MLE digunakan untuk mengestimasi parameter model stochastic frontier tersebut, yang nilai estimasinya merupakan hasil iterasi dari pendekatan Davidon-Fletcher-Powell dengan starting value ODS estimates bersangkutan.
Hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut menunjukkan bahwa selama periode pra deregulasi, komponen error yang dipengaruhi faktor internal secara signifikan lebih besar daripada komponen error yang barsifat acak, sedangkan selama periode deregulasi secara tidak signifikan komponen error yang bersifat acak lebih basar daripada yang dipengaruhi faktor internal. Sehingga, variasi perbedaan gross value added aktual dengan potensialnya, selama periode pra deregulasi, dipengaruhi efisiensi produktif, sedangkan selama periode deregulasi tidak demikian. Dalam arti, kebijaksanaan deregulasi yang diimplementasikan dapat meningkatkan kinerja spesifik industri manufaktur dengan pola yang konsisten dan kontinu.
Berdasarkan hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut, selanjutnya diestimasi ukuran efisiensi produktifnya. Selama periode pra deregulasi, rata-rata efisiensi teknis industri manufaktur berkisar antara 61.78% dan 63.72%, yang pada periode deregulasi meningkat menjadi berkisar antara 81.61% dan 83.02%. Rata-rata efisiensi alokatif untuk kedua periode tersebut, menunjukkan bahwa input modal kerja maupun investasi under-utilized dibandingkan input tenaga kerja. Namun demikian, selama periode deregulasi, rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal kerja meningkat sebesar 53%, dan rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal investasi meningkat sebesar 50% dibanding periode pra deregalasi. Sedangkan rata-rata efisiensi skala untuk kedua periode tersebut menunjukkan nilai negatif, yang berarti perusahaan (kelompok) industri dalam menetapkan harga outputnya cenderung melebihi biaya marjinalnya, sehingga cenderung berproduksi lebih rendah dari skala produksi optimumnya.
Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa. kebijaksanann deregulasi dapat meningkatkan efisiensi produktif secara teknis dan alokatif, tetapi tidak secara skala. Dengan kata lain, kebijaksanaan deregulasi yang telah diimplementasiken hanya berpengaruh terhadap mekanisme pasar faktor dan pasar uang semata-mata, tetapi tidak berpengaruh terhadap mekanisme pasar barang. Oleh karena itu, selama periode deregulasi, perubahan efisiensi teknis maupun alokatif menunjukkan pola yang semakin meningkat secara konsisten dan kontinu, sedangkan efisiensi skala menunjukkan pola yang menurun.
Kelemahan dari hasil penyelidikan dalam thesis ini terutama bersumber dari data yang dianalisis,karena data tersebut selain sangat agregatif (kelompok industri berkode ISIC tiga digit), juga mengandung random noise cukup besar yang mungkin bersumber dari kesalahan pengukurun, time-lag, peramalan, maupun konsepsualisasi, maka hasil estimasi efisiensi produktif tersebut akan berbias ke atas (up-ward bussed) juga presisinya kurang baik.
Agar diperoleh hasil estimasi yang memiliki presisi dan akurasi lebih baik, maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan data hingga firm-level, den juga agar diperoleh mutu hasil estimasi efisiensi alokatif dan skala yang lebih baik perlu digunakan shadow price untuk input faktor maupun output. Dalam hal ini, shadow price bisa diambil dari harga impor atau international price input faktor maupun output bersangkutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambudi Tyas Martopo
"Dalam situasi ketidakpastian di Indonesia yang sudah berlangsung sejak tahun 1997 sampai sekarang ini, banyak perusahaan yang berhenti beroperasi bahkan sampai gulung tikar, khususnya yang bergerak di bidang stamping parts. Akan tetapi ada juga yang tetap bertahan dan mulai bergerak kembali dengan berbagai usaha yang dilakukannya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengubah strategi utamanya dengan melakukan Diversifikasi Produk/Jasa.
Ketika melakukan perubahan strategi ini, akan muncul banyak masalah , baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun oleh faktor ekstemal atau hal lain yang tidak pernah disadari oleh pihak manajemen. Keadaan tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti, yaitu sejauh manakah pihak manajemen melakukan perubahan dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut serta meneliti apakah kebijakan strategi diversifikasi yang diputuskan oleh manajemen sudah benar dan cocok dengan kondisi internal perusahaan.
Dengan menggunakan analisis SWOT, Five Forces Porter dan AHP penulis melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut. SWOT memetakan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman yang berada disekitar perusahaan, sedangkan dengan Five Forces Porter akan didapat posisi relatif perusahaan terhadap para pesaing dalam industri sejenis, dimana datanya diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara terbatas. Sedangkan AHP akan merupakan alat terakhir yang digunakan adalah hasil pengamatan para ahli yaitu yang se level atau satu level di atas penulis dalam struktur organisasi perusahaan. Namun dalam pengisian kuesioner tersebut penulis juga menyertakan pihak diluar perusahaan dalam industri yang sejenis dengan maksud agar didapat hasil yang lebih objektif.
Dari analisis yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa perusahaan sebenarnya tidak atau belum dalam kondisi untuk melakukan strategi diversifikasi, hal ini disebabkan oleh faktor internal yang masih lemah. Untuk itu disarankan agar perusahaan melakukan pembenahan internal secepatnya agar peluang yang sudah ada tidak hilang begitu saja."
T4728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Sugiharti
"Perusahaan Industri Make to Order dapat memulai produksi jika konsumen telah memastikan pesanannya. Kunci kompetitif dari industri Make to Order adalah kemampuan teknis, harga dan kemampuan untuk memenuhi saat pengiriman. Waktu pengiriman dapat dicapai apabila kita dapat membuat sistem pengurutan dan penjadwalan produksi yang baik untuk mengurangi keterlambatan. Pada penelitian ini algoritma quicksort digunakan dalam perancangan sistem komputerisasi penjadwalan produksi dengan menggunakan aturan pengurutan SPT, dimana pekerjaan yang waktu pengerjaannya terpendek dikerjakan lebih dulu.
Algoritma quicksort termasuk salah satu dari 10 algoritma terbaik pada abad ke-20. Ditemukan pertama kali oleh C.AR. Hoare pada tahun 1962. Quicksort sangat popular karena tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan dan hasilnya sangat baik Quicksort juga merupakan contoh desain program yang baik untuk membagi dan menyelesaikan masalah pengurutan.
Penelitian ini memberikan kemudahan dalam penjadwalan produksi dan menghasilkan waktu operasi yang lebih efisien dibandingkan dengan sebelumnya.

Make to Order industry begin the production while customers have decided their orders. The competitive keys of Make to Order industry are technical capabilities, price and reliability to meet delivery time. Delivery time can be achieve if we can build a good sequencing and schedulling system to reduce tardiness. In this research, quicksort algorithm is used to desing a computerized production schedule using SPT (shortest processing time) priority dispatching.
Quicksort is listed as one of the top 10 algorithms of the 20th century. It was discovered by C.AR. Hoare in 1962. Quicksort is popular because it is not difficult to implement and it is generally very good. It is also a good example of program design. That is follows the divide and conquer strategy to sort out the number.
This research offered an easy way to build production schedule and resulted more efficient operation times than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T7648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>