Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1562 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New Jersey: John Wiley & Sons, 2005
551.69 Cli
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guymon, Gary L.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1994
551.48 GUY u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Parish, Romola
Abingdon: Routledge,, 2013
910.914 3 PAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Maulana Syifa
"Hingga saat ini terjadinya perubahan iklim beserta dampaknya sudah mulai dirasakan hampir di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Perubahan iklim memiliki dampak yang penting dalam produksi tanaman teh. Tanaman teh sangat bergantung pada distribusi curah hujan dan suhu udara yang baik. Perubahan iklim akan menyebabkan kerentanan pada perkebunan teh sehingga perlu untuk memetakan kerentanan perkebunan teh terhadap perubahan iklim di wilayah Puncak Gunung Gede Pangrango. Penilaian kerentanan dilihat dari tiga aspek yaitu keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptasi.
Pemetaan kerentanan dilakukan menggunakan analisis spasial dengan teknik skoring yang dipadukan dengan metode AHP dan weighted sum, sehingga diperoleh hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar (sekitar 80 persen) area perkebunan teh di wilayah Puncak memiliki kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim dalam kategori sedang. Perkebunan teh yang paling rentan (kerentanan tinggi) adalah perkebunan teh Gunung Mas yang disebabkan oleh tingginya dampak potensial dan rendahnya kapasitas adaptasi yang dimiliki, sebagian besar lahan perkebunan teh yang sangat rentan terhadap perubahan iklim berada di sebelah utara puncak Gunung Gede Pangrango.

Until now, climate change and its impacts are already being felt almost all over the world, including in Indonesia. Climate change has a significant impact in the production of tea plants. Plants are highly dependent on the distribution of rainfall and air temperature. Climate change will lead to vulnerabilities in the tea plantation so it is necessary to map the vulnerability to climate change of tea plantations in the Peak region. Vulnerability assessment viewed from three aspects: exposure, sensitivity and adaptive capacity.
Vulnerability mapping using spatial analysis by scoring technique combined with the AHP and the weighted sum method, so that the obtained results show that the majority (approximately 80 percent) in the tea plantation area of the Peak has areas of vulnerability to climate change in the medium category. Tea plantations are most vulnerable (high vulnerability) is Gunung Mas tea plantation is due to high potential impact and low adaptive capacity owned, tea plantations mostly highly vulnerable to climate change are in the north peak of Gede Pangrango Mountain.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryadi
"Berdasarkan tinjauan fisis dan hasil analisis klimatologi pola sebaran suhu muka laut, suhu udara permukaan dan curah hujan di wilayah daratan Sumatera Barat, menunjukkan bahwa lautan memiliki peran dalam pembentukan sistem cuaca di wilayah Sumatera Barat. Namun, ini masih harus dibuktikan dengan melibatkan pola sebaran angin di perairan timur Samudera Hindia dan sekitar Sumatera Barat serta penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kondisi lokal terhadap pembentukan hujan di Sumatera Barat.
Indeks penguapan laut dapat dihitung dari besarnya kecepatan angin, serta selisih antara suhu muka laut dan suhu udara permukaan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data meteorologi permukaan bulanan selama periode 30 tahun (1971-2000) yang diperoleh dari NCEP Realtime Marine Data di perairan timur Samudera Hindia. Analisis hubungan indeks penguapan dengan curah hujan di Sumatera Barat menggunakan regresi linear yang dinyatakan dari nilai koefisien korelasinya.
Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata indeks penguapan bulanan bagian selatan ekuator Samudera Hindia lebih tinggi dibandingkan bagian utara ekuator dan makin ke arah pantai indeks penguapan semakin rendah. Di bagian utara peningkatan indeks penguapan terjadi pada bulan April dan Oktober hingga puncaknya November, sedangkan di bagian selatan peningkatan terjadi mulai bulan Juni hingga Agustus. Sumatera Barat memiliki 4 pola hujan dengan sebaran curah hujan tertinggi di pesisir barat dan wilayah perbukitan sebelah barat Bukit Barisan, sedangkan ke arah wilayah perbukitan tersier sebelah timur Bukit Barisan curah hujan semakin rendah. Pada kondisi normal, bulan Maret dan November merupakan bulan dengan nilai curah hujan yang paling tinggi. Indeks penguapan laut di sekitar ekuator Samudera Hindia umumnya berkorelasi kuat dan positif dengan curah hujan bulanan di pesisir barat dan wilayah perbukitan sebelah barat Bukit Barisan. Semakin dekat jaraknya ke arah pantai nilai koefisien korelasinya lebih tinggi. Koefisien korelasi indeks penguapan dengan hujan bulanan pada bulan yang sama lebih tinggi dibanding menggunakan indeks penguapan satu bulan sebelumnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josef Krecek, editor
"The book aims to address the interdisciplinary targets of watershed management in mountain regions based on the current knowledge of the subject. The focus of the book is particularly on monitoring, research, and modelling the interactions between the climate, water cycle, and aquatic ecosystem. The issues of watershed management in mountain regions in different parts of Europe, Africa, America and Asia have been the central theme of the book, which is basically divided into five sections: Institutional aspects in control of mountain regions, stream-flow processes in mountain catchments, water chemistry and biota in mountain streams and lakes, effects of forest practices and climate change on hydrological phenomena, and soil conservation and control of floods and landslides.
The practical applications and management strategies mentioned in the book, deal with the integrated resource management approach, based on the compromise between the development, conservation/ protection of the nature. Finally, the socio-economic and cultural aspects, and ecosystem prevalent in a mountain catchment are discussed in detail.
"
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20405748
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"]Dampak negatif perubahan iklim telah menimbulkan berbagai masalah bagi
Indonesia yang sangat rentan terhadap perubahan global. Alasan utama perubahan
iklim adalah kegiatan manusia sejak era industrialisasi yang meliputi penggunaan
bahan bakar fosil, penebangan hutan dan pertanian. Emisi gas rumah kaca dari
penggunaan bahan bakar fosil merupakan 70% dari total emisi karbondioksida,
metan, dan dinitrooksida. Tulisan ini membahas perubahan iklim di Indonesia, hal
yang perlu dilakukan untuk menanggulanginya, serta peran Indonesia dalam
kebijakan pembahan iklim global. Pembahasannya mencakup kelahanan energi, serta
penanggulangan dampak ekonomi dan lingkungan hidup.
"
Jurnal Kajian Wilayah Eropa Vol. 4 No. 1 2008: 5-20, 2008
JKWE-4-1-2008-5
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Primamulia Teguh
"Dalam satu dekade terakhir, Kota Depok mengalami pertumbuhan yang signifikan. Lahan terbangun di perkotaan memiliki peran penting dalam memengaruhi kenaikan suhu global melalui apa yang dikenal sebagai efek pulau panas perkotaan atau Urban Heat Island effect. Efek UHI bukan hanya menjadi masalah kenyamanan lokal, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada kenaikan suhu global. Suhu yang lebih tinggi di perkotaan dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi energi untuk pendinginan, penurunan kualitas udara, dan dampak pada kesehatan manusia. Local Climate Zone (LCZ) adalah konsep yang digunakan untuk mengklasifikasikan karakteristik morfologi permukaan di area urban dan peri-urban. Setiap LCZ memiliki karakteristik unik dalam hal geometri, bahan bangunan, dan vegetasi yang dapat mempengaruhi distribusi suhu dan dinamika iklim lokal. Hasilnya didapati bahwa morfologi Kota Depok didominasi oleh kelas open low rise (LCZ 6) merepresentasikan area pemukiman penduduk. Karakteristik suhu permukaan tanah Kota Depok secara umum berkisar antara 37,5°C – 54°C, pada tahun 2023 dengan suhu kelas bangunan lebih tinggi dibandingkan kelas tutupan lahan alami. Pola spasial fenomena UHI di Kota Depok secara umum lebih banyak terjadi di area pemukiman penduduk dengan karakteristik bangunan rendah (LCZ3).

In the last decade, Depok City has experienced significant growth. Built-up land in cities has an important role in influencing global temperature rise through what is known as the urban heat island effect. The UHI effect is not only a local comfort issue but has a long-term impact on global temperature rise. Higher temperatures in cities can result in increased energy consumption for cooling, reduced air quality, and impacts on human health. Local Climate Zone (LCZ) is a concept that classifies surface morphological characteristics in urban and peri-urban areas. Each LCZ has unique geometry, building materials, and vegetation characteristics that can influence temperature distribution and local climate dynamics. The results found that the morphology of Depok City is dominated by the open low-rise class (LCZ 6) representing residential areas. The characteristics of the land surface temperature of Depok City generally range between 37.5°C – 54°C, in 2023 with the building class temperature being higher than the natural land cover class. The spatial pattern of the UHI phenomenon in Depok City generally occurs more often in residential areas with low-rise building characteristics (LCZ3)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Arya Putra
"ABSTRAK
Perubahan iklim telah menyebabkan kerugian jiwa dan ekonomi akibat fenomena iklim ekstrem seperti banjir, kekeringan, perubahan karakteristik hujan dan kenaikan suhu di Indonesia. Informasi tentang proyeksi iklim yaitu curah hujan dan tren suhu sangat penting untuk melakukan adaptasi, mitigasi serta perencanaan operasional untuk berbagai sektor yang terkena dampak. Dalam studi ini, peneliti menggunakan data observasi dan data model iklim global. Data observasi harian berasal dari 70 stasiun meteorologi di Indonesia selama 20 tahun dari 1986 hingga 2005. Selanjutnya 29 data model iklim global GCM (Global Circulation Model) dari CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical dianalisis berdasarkan kesamaan pola spasial dan pola temporal dengan pola pengamatan stasiun meteorologi di Indonesia menggunakan korelasi. Model proyeksi perubahan iklim masa depan hingga tahun 2100 untuk variabel curah hujan dan suhu udara dikoreksi biasnya untuk skenario RCP 4.5 dan RCP 8.5 dari model terbaik yang didapatkan dari korelasi tertinggi. Proyeksi masa depan dibuat dalam index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) menjadi index total curah hujan tahunan (Prcptot), hari kering berturut-turut (CDD), hari hujan berturut-turut (CWD), nilai suhu maksimum bulanan (TXx) dan nilai suhu minimum bulanan (TNn). Index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI proyeksi dibandingkan dengan periode historical (1981-2010) sehingga diperoleh seberapa besar persentase perubahan iklim ekstrim pada periode 2011-2040, 2041-2070 dan 2071-2100. Hasil proyeksi masa depan secara temporal dan spasial indek iklim ekstrim meliputi Prcptot, CWD, TXx dan TNn kecuali indek CDD relatif mengalami kenaikan terhadap periode historicalnya.

ABSTRACT
Climate change has caused life and economic losses due to extreme climate phenomena such as floods, droughts, changes in the characteristics of rain and rising temperatures in Indonesia. Information about climate projections, namely rainfall and temperature trends is very important for adaptation, mitigation and operational planning for the various sectors affected. In this study, researcher used observational data and global climate model data. Daily observational data obtained from 70 meteorological stations in Indonesia for 20 years from 1986 to 2005. Furthermore, 29 global model GCM (Global Circulation Model) from CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical were analyzed based on similarity of spatial patterns and temporal patterns with pattern of observation of meteorological stations in Indonesia using correlation. The projection model of future climate change until 2100 for rainfall variables and air temperature bias corrected for RCP 4.5 and RCP 8.5 scenarios of the best models obtained from the highest correlation. Future projections are made in the extreme climate index based on ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) to be an index of total annual rainfall (Prcptot), consecutive dry days (CDD), consecutive wet days (CWD), maximum monthly temperature values (TXx) ​​and minimum monthly temperature values (TNn). Extreme climate index based on projection ETCCDI compared to historical period (1981-2010) so that the percentage of extreme climate change is obtained in the period 2011-2040, 2041-2070 and 2071-2100. The results of temporal and spatial predictions of extreme climate indices include Prcptot, CWD, TXx and TNN except that the CDD index has relatively increased over the historical period."
2019
T53467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, B.H.
"Andesitic and basaltic lavas are the main product of the upper Miocene volcanic activities in Lubuk Sikaping region. They posses vesicular and amygdales structure, dark grey to black in colour, highly porphyritic in texture composed of plagioclase, clinopyroxene, orthopyroxene, olivine (in basalt only) and minor hornblende, magnetite and ilmenite. They (basalt and andesite) mostly fall within the calc-alkaline series on the AFM. The basalt and andesite are not primary magma since they have low Mg# and Ni contents. The lavas resemble the typical of arc setting with Nb through on the spider-diagram patterns, enrichment in large ion lithophile elements and light rare earth elements relative to high field strength elements and heavy rare earth element. They are co-magmatic as shown by the REE pattern. The lavas have high concentration of Ba, Sr, La, Rb and Ce, Zr, Th and U, and high Ba/La ratio which indicating an involvement subducted sediment in their generation. The lava from Lubuk Sikaping is product of Maninjau Crater eruption in Upper Miocene. This lava was uplifted and exposed on high level topography for a few million years, and then superimposed by a high-K calcalkaline volcanic of mainly rhyolitic tuff as a result of the reactivation of the Maninjau Crater in Pleistocene."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2011
665 JSDG 21:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>