Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2009
665.81 HYD
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hedi Surahman
"Hidrogen merupakan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar fosil. Banyak metoda dapat digunakan untuk menghasilkan hidrogen. Pemecahan air secara fotoelektrokimia adalah salah satu metode yang sangat menjanjikan untuk mengkonversi sinar matahari menjadi energi kimia. Dalam penelitian ini, fotokatalis TiO2 nanotube arrays TNTAs tersensitasi CdS nanopartikel diinvestigasi sebagai elektroda dalam sel surya quantum dot sensitized solar cell, QDSSC yang digabung dengan sistem sel fotoelektrokimia PEC dan digunakan sebagai strategi baru untuk produksi hidrogen melalui proses pemecahan air.
Dalam risalah laporan disertasi ini disampaikan hasil investigasi terhadap sintesis, karakterisasi, dan aktivitas fotoelektrokatalisis elektroda TiO2 nanotube arrays TNTAs dan elektroda TNTAs tersensitasi CdS nanopartikel. Elektroda TNTAs disintesis dengan metode oksidasi elektrokimia plat titanium dalam larutan etilen glikol. Pengaruh konsentrasi elektrolit, potensial anodisasi, waktu anodisasi, jarak antar elektroda, dan suhu kalsinasi diinvestigasi dalam pekerjaan ini, dengan tujuan untuk memperoleh struktur tubular yang seragam dan rapat sehingga dapat meningkatkan sifat fotokatalitik material TiO2. Sensitizer CdS nanopartikel dideposisikan pada permukaan TNTAs dengan metode succesive ionic layer adsorption and reaction SILAR yang dibantu dengan ultrasonikasi. Pengujian sistem sel gabungan QDSSC-PEC untuk produksi hidrogen dilakukan dengan memvariasikan kondisi percobaan yaitu variasi zona katalisis katoda, variasi konsentrasi hole scavenger dan variasi intensitas cahaya.
Hasil karakterisasi memperlihatkan diameter dalam TNTAs meningkat dari 15 nm sampai dengan 80 nm dengan meningkatnya potensial anodisasi dari 15 V sampai dengan 60 V. sementara panjang tabung meningkat dari 2 m menjadi 7,6 m dengan meningkatnya waktu anodisasi dari 15 menit sampai dengan 120 menit pada potensial anodisasi 40 V. Elekroda yang dipreparasi pada kondisi 40 V selama 45 menit dalam elektrolit etilen glikol yang mengandung 0,3 NH4F dan 2 H2O; jarak antar elektroda 1,5 cm; suhu kalsinasi 4500C memperlihatkan struktur tabung yang rapat dan seragam dan mempunyai aktivitas fotokatalisis terbaik dengan efisiensi fotokonversi sebesar 16 dibawah penyinaran sinar UV. Data XPS TNTAs yang disensitasi CdS nanopartikel memperlihatkan komposisi kimia dan chemical state fotokatalis sebagai struktur CdS/TiO2.
Hasil pengukuran SEM elektroda CdS/TNTAs yang disintesis menggunakan metode SILAR-ultrasonikasi memperlihatkan CdS tersebar merata di permukaan mulut tabung, bagian dalam dan luar tabung. Dari hasil pengamatan TEM diperoleh ukuran CdS nanopartikel sebesar 6-10 nm. Kurva DRS memperlihatkan nilai band gap sekitar 2,28-2,32 eV yang mengindikasikan keberadaan partikel CdS pada elektroda CdS/TNTAs. Efisiensi fotokonversi CdS/TNTAs dibawah penyinaran sinar tampak sebesar 12,03 , 5 kali lebih besar dibandingkan elektroda TNTAs murni.Hasil pengujian sistem sel gabungan QDSSC-PEC memperlihatkan pembentukan gelembung udara sebagai hidrogen pada katoda dan oksigen pada anoda.
Hasil pengukuran kromatografi gas menunjukkan munculnya puncak kromatogram gas hidrogen dan oksigen . Jumlah gas hidrogen yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kondisi percobaan yang dilakukan. Kondisi percobaan optimum diperoleh dengan menggunakan katoda Pt/Ti, konsentrasi hole scavenger metanol 20 dan intensitas cahaya 160 mW/cm2. Laju pembentukan gas hidrogen yang terbentuk pada kondisi optimum sebesar 13,44 L/men. Efisiensi energi sel untuk produksi hidrogen melalui proses pemecahan air sebesar 4,78. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sel QDSSC-PEC mempunyai potensi yang menjanjikan sebagai strategi baru dalam menghasilkan hidrogen melalui proses pemecahan air secara artificial fotosintesis.

Solar hydrogen is a potential renewable energy source and environmentally friendly to replace fossil fuel. Many methods can be used to generate hydrogen. Photoelectrochemical water splitting is one of the most promising methods for convert of solar to chemical energy. In this study, CdS nanoparticles sensitized TiO2 nanotube arrays CdS TNTAs was investigated for use as an electrodes in solar cell systems quantum dot sensitized solar cell, QDSSC which combined with photoelectrochemical cell QDSSC PEC and used as a new strategy for the production of hydrogen through water splitting process.
In this dissertation report, we investigated the results of synthesis, characterization and photoelectrochemical activity of TNTAs and CdS TNTAs electrodes. The effect of electrolyte concentration, anodization potential, anodization time, the distance between the electrodes, and the calcination temperature were investigated in this work, with the aim to obtain a high ordered nanotubular structure and have a good photocatalytic activity. The sensitizer of CdS nanoparticles was deposited on the TNTAs surface by successive ionic layer adsorption and reaction SILAR method assisted with ultrasonication technique. The testing of QDSSC PEC cells for hydrogen production is done by varying the experimental conditions that variations of catalysis zone cathode , variation of hole scavenger concentration and light intensity variations.
The characterization results showed that the pore diameter of TNTAs increase from 15 nm to 80 nm with increasing anodization potential from 15 to 60 V, while the tube length increase from 2 m to 7.6 m with increasing anodization time from 15 to 120 minutes at 40 V of anodization potential. The TNTAs electrode was prepared at 40V and 45 minutes in the electrolyte of ethylene glycol containing 0.3 NH4F and 2 H2O the distance between the electrodes of 1.5 cm calcinations temperature at 4500C shows a well ordered nanotubular structures with the inner tube diameter was about 80 nm, the tube length was about 5.7 m and have the best photocatalytic activity with the photoconversion efficiency of 16 under UV light illumination.
The FE SEM results of CdS TNTAs electrode shows that CdS nanoparticles uniformly decorated on the top surface , inner wall and outer wall TNTAs without clogging at the nanotube mouth. The XPS spectra of CdS sensitized TNTAS electrode shows the chemical composition and chemical state as the CdS and TiO2 structure. The TEM image of the CdS TNTAs shows that CdS nanoparticles were abundantly deposited inside the TNTAs and a crystalline CdS nanoparticles was grown on an anatase TiO2 with particle size of 6 nm. The DRS curve shows the band gap value of about 2.28 to 2.32 eV, indicating the presence of CdS nanoparticles on the CdS TNTAs electrode. The energy photoconversion efficiency of CdS TNTAs was 12.03 under visible light illumination, which five times higher than that of a pure TNTAs electrode. The evaluating results of QDSSC PEC cell showed the formation of air bubbles as hydrogen gas at the cathode and oxygen gas at anode surface.
The measurement results of gas chromatography showed the chromatogram peaks of hydrogen and oxygen. The amount of hydrogen gas produced is determined by the experimental conditions conducted. The optimum experimental conditions obtained using Pt Ti cathode, 20 of methanol concentration as hole scavenger and light intensity of 160 mW cm2. The formation rate of hydrogen gas at optimum condition is 13.44 L men. The energy efficiency of cell for hydrogen production from water splitting process is 4.78. This results indicates that the QDSSC PEC cell have promising potential as a new strategy to generate hydrogen, which one may call an artificial photosynthetic water splitting process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
D2345
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsumsi minyal untuk pembangkit listrik berbahan bakar minyak diesel akan menjadi amat besar, bila tidak ditemukan alternatifnya. Dengan menyusutnya bahan bakar minyak maka akan terjadi kelangkaan minyak diesel di masa mendatang. Satu solusi pilihan adalah mencari alternatif untuk mengurangi kebutuhan minyak diesel yaitu dengan melakukan subtitusi hidrogen. Produksi hidrogen dari air melalui proses elektrolisa, yang membutuhkan panas dan bahan kimia, telah dikembangkan.Disain alat elektrolisa amat penting karena akan digabungkan langsung ke mesin diesel. Hidrogen diinjeksikan masuk ke ruang pembakaran untuk meningkatkan efisiensi pembakaran. Percobaan awal dari percampuran hidrogen dan minyak diesel dalam ruang bakar suatu mesin diesel diuraikan dalam makalah ini. Juga pengukuran gas buangnya seperti misalnya: carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), sulfur dioxide (SO2) dan nitrogen dioxide (NO2)."
JITE 1:13 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Baina Iedai El Islami
"Pengembangan terhadap energi hidrogen tengah tumbuh pesat belakangan ini karena sumber energi hijau menjadi jauh lebih penting di berbagai industri dan mampu menggantikan natural gas dimasa mendatang. Negara - negara di berbagai belahan dunia telah mulai mengembangkan energi hidrogen secara masif seperti Jepang, Korea, Italia, Spanyol, Arab Saudi, Cina, Turki dan Maroko dengan metoda elektrolisis dari sumber energi terbarukan dengan biaya produksi yang cukup kompetitif. Biaya produksi hidrogen yang telah dikembangkan dengan metoda elektrolisis ini di Turki USD 3,1 $/kgH2, Korea Selatan USD 7,72 $/kgH2, Italy 6,9 €/kgH2, Arab Saudi 43,1 $/kgH2 dan Maroko 4,99 $/kgH2. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pengembangan produksi green hydrogen di Indonesia dengan metoda elektrolisis dari floating solar photovoltaic di Waduk Cirata. Metoda penelitian dimulai dengan pemilihan teknologi green hydrogen plant dengan membandingkan spesifikasi elektroliser yang tersedia dipasaran melalui skema “scoring”. Selanjutnya dilakukan analisa keekonomian melalui tiga skema excess power yaitu 20%, 30% dan 40% dari energi listrik yang tersedia pada floating solar photovoltaic. Analisa keekonomian dilakukan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period. Teknologi yang dipilih berdasarkan hasil scoring adalah PEM Electroliser dengan nilai scoring 8,32. Analisa keekonomian pengembangan green hydrogen plant yang paling optimum adalah skema excess power 40% dengan nilai NPV sebesar USD 74.152.302, IRR 18,92% dan Payback Period selama 4,76 tahun (4 tahun 10 bulan).

The development of hydrogen energy is growing rapidly in recent years as green energy sources have become much more important in various industries and can replace natural gas in the future. Countries in various parts of the world have started to develop hydrogen energy massively such as Japan, Korea, Italy, Spain, Saudi Arabia, China, Turkey and Morocco by using electrolysis method to produce hydrogen from renewable energy sources with competitive production costs. The cost of producing hydrogen which has been developed by the electrolysis method in Turkey USD 3.1 $/kgH2, South Korea USD 7.72 $/kgH2, Italy 6.9 €/kgH2, Saudi Arabia 43.1 $/kgH2 and Morocco 4.99 $/ kgH2. Therefore, it is necessary to research the development of green hydrogen production in Indonesia using the electrolysis method from floating solar photovoltaic in the Cirata Reservoir. The research method was carried out by selecting green hydrogen plant technology by comparing the specifications of the electrolyzer available in the market through a "scoring" scheme. Furthermore, an economic analysis is carried out through three excess power schemes, namely 20%, 30% and 40% of the electrical energy available in floating solar photovoltaic. Economic analysis is done by calculating the value of Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) and Payback Period. The technology chosen based on the scoring results is PEM Electroliser with a scoring value of 8.32. The most optimum economic analysis of green hydrogen plant development is the 40% excess power scheme with an NPV value of USD 74,152,302, IRR 18.92% and a Payback Period of 4.76 years (4 years 10 months)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miko Satria
"Dibanding bahan bakar fosil, pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam energy pembakaran hampir 3 kali lipat Keunggulan lain dari hidrogen adalah jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 % dari seluruh atom yang ada di jagat raya ini adalah hidrogen. Tiga perempat dari massa jagat raya ini adalah hidrogen. Walaupun memiliki banyak keunggulan, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar juga memiliki kekurangan yaitu dalam hal penyimpanannya, hidrogen dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir berbentuk fase gas sehingga memiliki rasio energi yang sangat rendah terhadap volumenya jika disimpan dalam bentuk gas. Penelitian berkaitan dengan metode dan material untuk menyimpan Hidrogen terus dilakukan, dengan hasil sejauh ini adalah kesimpulan bahwa penyimpanan hidrogen memakai prinsip adsorpsi dengan karbon aktif berbentuk granular sebagai adsorben sangat menjanjikan karena bisa menurunkan tekanan dalam tangki dengan kapasitas penyimpanan yang relatif sama. untuk meningkatkan daya adsorspsi dari karbon aktif dapat dilakukan dengan menjadikan partikelnya berukuran nano sehingga akan lebih banyak memiliki mikropori.
Dari data hasil eksperimen diketahui kapasitas adsorpsi tempurung kelapa dalam bentuk granular pada suhu -5°C sebesar 0.004214 kg/kg adsorben, untuk suhu 25°C sebesar 0.003428 kg/kg adsorben. Untuk tempurung kelapa hasil mechanical ball miling diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan bentuk granular yaitu sebesar 0.004187 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.003694 kg/kg adsorben pada suhu 25°C. hal ini dikarenakan jumlah total volume pori dari karbon aktif tempurung kelapa hasil mechanical ball miling relative sama dengan karbon aktif granular, walaupun dari segi luas permukaan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan kapasitas adsorpsi yang cukup siknifikan didapat pada karbon aktif tempurung kelapa yang telah dibentuk menjadi pellet dan mengalami reaktifasi secara kimia dengan menggunakan KOH pada suhu 700°C selama 1 jam yaitu sebesar 0.019434 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.018756 kg/kg adsorben pada suhu 25°C.

Compared to fossil fuels, use of hydrogen as a fuel is much more effective at burning energy is almost three times as Another advantage is the amount of hydrogen is very abundant in nature, 93% of all the atoms in the universe are hydrogen. Three quarters of the mass of the universe are hydrogen. Although it has many advantages, the use of hydrogen as a fuel also has the disadvantage that in terms of storage, hydrogen at room temperature and atmospheric pressure so that the shape of the gas phase has a very low energy ratio of the volume if stored in gaseous form. Research related to methods and materials for storing hydrogen is ongoing, with results so far is the conclusion that the principle of hydrogen storage by adsorption in the form of granular activated carbon as adsorbent is very promising because it can decrease the pressure in the tank with a storage capacity of the same relative. to enhance adsorspsi of activated carbon can be done by making nano-sized particles that would have more micropore.
From the results of experimental data known to the adsorption capacity of coconut shell in granular form at a temperature of -5°C of 0.004214 kg / kg adsorbent, at temperature of 25°C at 0.003428 kg / kg adsorbent. For the coconut shell mechanical ball miling results obtained with the results are not much different from the granular form that is equal to 0.004187 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.003694 kg / kg adsorbent at 25°C. this is because the total pore volume of activated carbon coconut shell with the results of mechanical ball miling is relatively similar to granular activated carbon, although in terms of surface area decreased significantly. The increase is quite significant adsorption capacity obtained on activated carbon coconut shell which has been formed into pellets and had reactivation of chemically using KOH at a temperature of 700°C for 1 hour is equal to 0.019434 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.018756 kg / kg adsorbent at 25°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29921
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurafni Setiawati
"Bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang sering digunakan hingga saat ini. Namun, penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus akan menyebabkan krisis energi dan kerusakan lingkungan akibat gas rumah kaca yang dihasilkan. Hal tersebut mendorong para peneliti untuk mengembangkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hidrogen merupakan kandidat terkuat untuk dijadikan energi terbarukan karena memiliki densitas energi yang tinggi dan hasil pembakaran hidrogen hanya air, sehingga tidak menghasilkan gas polutan. Hidrogen dapat diproduksi dengan proses pemecahan air menggunakan air asin yang ketersediaannya berlimpah di alam. Teknologi pemecahan air banyak dikembangkan saat ini melalui fotokatalisis dengan memanfaatkan cahaya matahari menggunakan sel fotoelektrokimia dengan fotoelektroda berbasis bahan semikonduktor. Penelitian inimelakukan sintesis R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda pada sel fotoelektrokimia untuk produksi hidrogen (H2) dari air berkadar garam tinggi. Sintesis TiO2 nanotubes dilakukan dengan metode anodisasi, kemudian direduksi dengan reduksi elektrokimia untuk menghasilkan R-TiO2 nanotubes. Waktu reduksi divariasikan dengan 90, 180, dan 300 detik. Semakin lama waktu reduksi, energi celah pita semakin kecil dan densitas arus yang dihasilkan semakin besar. Sehingga, waktu reduksi optimum R-TNA berada pada 300 detik dengan energi celah pita sebesar 2,82 eV dan densitas arus sebesar 0,0017 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA dengan BiVO4 dilakukan dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) yang menghasilkan energi celah pita lebih kecil sebesar 2,53 eV dan densitas arus yang lebih besar sebesar 0,0035 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA/BiVO4 dengan Co-Pi dilakukan dengan metode elektrodeposisi yang menghasilkan densitas arus lebih besar sebesar 0,0071 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Rangkaian sel fotoelektrokimia menggunakan R-TNA/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda dan R-TNA/Pt sebagai katoda dengan waktu pengujian 3 jam menghasilkan hidrogen dengan konsentrasi sebesar 0,0826% dari air berkadar garam tinggi.

Fossil fuel is an energy source that is often used today. However, the continuous use of fossil fuels will cause an energy crisis and environmental damage due to the greenhouse gases produced. This encourages researchers to develop alternative energy more eco-friendly. Hydrogen is the strongest candidate to use as renewable energy because it has high energy density and the product of hydrogen combustion is only water, so it doesn’t produce pollutants. Hydrogen can be produced by the process of water splitting from salty water, which is abundantly available in nature. Water splitting is currently being developed through photocatalysis by utilizing sunlight using photoelectrochemical cells with photoelectrodes based on semiconductor material. This study synthesized R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi as a photoanode in a photoelectrochemical cell for hydrogen production from salty water. TiO2 nanotubes were synthesized by anodizing method, then reduced by electrochemical reduction to produce R-TiO2 nanotubes. The reduction time was varied by 90, 180, and 300 seconds. The longer reduction time gives the smaller band gap energy and the larger photocurrent. Thus, the optimum reduction time of R-TNA is 300 seconds with a band gap energy of 2.82 eV and photocurrent of 0,0017 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA with BiVO4 was carried out using the Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method has smaller band gap energy of 2.54 eV and larger photocurrent of 0,0035 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA/BiVO4 with Co-Pi was carried out by electrodeposition method has the largest photocurrent of 0,0071 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Photoelectrochemical cell using R-TNA/BiVO4/Co-Pi as photoanode and R-TNA/Pt as cathode for 3 hours produced hydrogen with a concentration of 0,0826% from salty water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Verdiana Listiono
"Hidrogenasi dilakukan terhadap fraksi non-oksigenat bio-oil hasil slow co-pyrolysis bonggol jagung dan plastik polipropilena. Dalam reaksi hidrogenasi, terjadi proses adisi gas hidrogen pada ikatan rangkap bio-oil sehingga diperoleh biofuel dengan karakteristik berupa viskositas, disstribusi berat molekul, dan branching index yang kemudian dibandingkan dengan diesel komersial. Penjenuhan dengan hidrogenasi dilakukan dalam suatu tangki berpengaduk 300mL dengan jenis down-flow 45o pitched blade turbine pada tekanan rendah akibat dominasi bio-oil fasa cair Konfigurasi tersebut mampu menarik dan mempertemukan gas hidrogen dengan bio-oil dan katalis berupa Ni/Al2O3 yang memiliki selektivitas yang baik serta mampu memberikan yield yang tinggi.
Percobaan dilakukan pada berbagai variasi tekanan gas hidrogen untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut terhadap karakteristik biofuel yang dihasilkan. Variabel lain berupa durasi reaksi dikontrol selama 2 jam, sedangkan laju alir gas hidrogen dan temperatur hidrogenasi disesuaikan dengan nilai tekanan gas hidrogen. Pada variasi tekanan gas hidrogen bernilai antara 4 hingga 10 bar, peningkatan tekanan gas hidrogen menghasilkan biofuel dengan penurunan persentase senyawa alkena dari 4,14% hingga 0,00%, namun terjadi peningkatan nilai branching index dari 1,29 hingga 1,56, distribusi berat molekul, dan viskositas dari 9,06 hingga 10,86 cSt yang semakin menjauhi bahan bakar komersial.

Hydrogenation is implemented on non-oxygenated fraction of bio-oil produced from slow co-pyrolysis of corncob and popypropylene plastic. The process is conducted by addition of hydrogen gas on bio-oil double bonds occured to produce biofuel whose quality is compared to those of commercial diesel fuel which is characterized by its viscosity, molecular weight distribution and branching number. The saturation process is conducted in 300 mL stirred tank reactor with down-flow 45o pitched blade turbine impeller operated in low pressure due to the domination of liquid phase of bio-oil. This configuration enables pullout and mixing of hydrogen gas with bio-oil and catalyst. Ni/Al2O3 catalyst is used to obtain high selectivity and yield of hydrogenation reaction.
The experiment is performed on several variation of hydrogen gas pressure to analyze their effects on characteristics of produced biofuel. The hydrogenation duration is controlled in 2 hours, while the hidrogen gas flow and hydrogenation temperatur are adjusted by the hydrogenation gas pressure. At the low pressure of hydrogen gas range from 4 to 10 bar, the increasing of hydrogen gas pressure produces biofuel with decreasing alkene compound from 4.14% to 0.00%, yet has increasing branching index from 1.29 to 1.56, low molecular weight distribution, and viscosity from 9.06 to 10.86 cSt which move further from commercial fuel characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryan Afandy
"Kemajuan energi terbarukan akan mempengaruhi keseimbangan persediaan dan kebutuhan teknologi. Oleh karena itu, teknologi pendukung untuk infrastruktur energi sangat krusial untuk menjaga keseimbangan persediaan dan kebutuhan energi. Penyimpanan hidrogen bawah tanah pada ‘Lined Rock Cavern’ dapat menjadi solusinya dalam industry energi. Tesis ini meninjau teknologi yang telah diimplementasikan diluar negeri dan mengusulkan bagaimana teknologi tersebut dapat dibangun di Australia. Tesis ini membahas mengenai kematangan penyimpanan hidrogen bawah tanah yang telah dibangun di Swedia menunjukan adanya potensi untuk membangun fasilitas yang sama di Australia. Untuk lebih memahami mekanika bebatuan pada lokasi yang berpotensi di Australia, diperlukan proyek uji coba serupa degan ‘Grängesberg Pilot Plant’. Namun dengan adanya keterbatasan informasi, studi lebih lanjut mengenai analisa keuangan, dampak lingkungan, dan kondisi geologi diperlukan untuk kesuksesan proyek tersebut.

The current rise of renewable energy will influence the energy balance between supply and demand. Therefore, supporting technology in energy infrastructure is crucial to maintain the supply and demand balance. Underground hydrogen storage using lined rock cavern might be game changing in the energy industry. This paper reviews technologies that have been done overseas and proposes what can be done to construct an underground hydrogen storage using purpose-build lined rock cavern in Australia. This paper shows the maturity of an underground hydrogen storage built in Sweden and indicates the viability of potential of similar facility built in Australia. It is proposed that a pilot project similar with Grängesberg Pilot Plant is built and simulated to better understand the rock mechanics for potential sites located in Australia determined the viability of the project. However due to lack of information, further research including cost benefit, environmental impact and geological assessment is needed to run the facility successfully."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rand, D.A.J.
Cambridge, UK: The Royal Society of Chemistry , 2008
333.794 RAN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rafianto
"Penelitian ini dilakukan analisa geospasial, tekno ekonomi terhadap potensi pengembangan produksi hydrogen hijau di Indonesia. dengan bahan sumber daya energi terbarukan khususnya dari energi matahari dan energi angin. Melalui pemodelan geospasial dengan memanfaatkan teknologi geographic information system (GIS), potensi teknis dari sumber daya alam di suatu wilayah dapat diidentifikasi secara visual. Area yang memadai untuk dikembangkan sebagai lokasi pembangkit energi terbarukan yang akan diintegrasikan dengan fasilitas produksi hydrogen hijau dapat diestimasi dari sisi kuantitas, lebih lanjut identifikasi ini dapat membantu dalam menilai kelayakan ekonomis terhadap pengembangan jenis sumber energi. Analisa terkait aspek teknis dilakukan melalui perhitungan estimasi energi yang dapat dihasilkan dari tenaga surya dan tenaga angin. Sedangkan analisa ekonomi dilakukan melalui estimasi nilai Levelized Cost of Energy (LCOE) dan Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) maupun perbandingan berdasarkan data penelitian yang telah ada. Penelitian berbasis pemodelan spasial dan tekno-ekonomis dinilai mampu memberi pandangan umum terkait potensi produksi hydrogen hijau dari energi terbarukan serta biaya produksinya dalam skala nasional, serta diharapkan dapat menjadi salah satu metodologi standar untuk diterapkan dalam memproyeksi pengembangan proyek produksi hydrogen hijau di masa mendatang. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pembangkit energi terbarukan berbasiskan energi matahari dan energi angin cukup potensial untuk dikembangkan secara nasional, dengan catatan pemilihan lokasi dilakukan dengan seksama untuk menghindari konflik terkait tata guna lahan. Meskipun demikian secara umum biaya produksi hydrogen saat ini dinilai masih cukup tinggi dibandingkan komoditas energi lainnya akibat faktor biaya produksi energi terbarukan serta biaya teknologi electrolysis yang relatif cukup tinggi, dibandingkan energi fosil. Pada akhirnya pengembangan industry hydrogen hijau secara nasional patut didukung dengan mempersiapkan infrastruktur penunjang baik berupa infrastruktur fisik maupun kebijakan yang berpihak terhadap industry terkait di sektor hulu maupun hilir.

This thesis presents a geospatial techno-economic analysis on the potential of low-cost and large-scale green hydrogen production in Indonesia. In this study, the potential of the hydrogen production using power feedstock sources from solar energy, wind power energy will be analysed. Utilizing geographic information system (GIS), a technical potential and economic assessment of hydrogen production can be visually depicted. The geospatial model visualizes the suitable areas potential for green hydrogen production sourcing from solar irradiation and wind energy system. The technical aspect of hydrogen potential is determined by the yield of the solar or wind system, based on currents knowledge of technologies. While the economic assessment is determined by the levelized cost of energy and hydrogen, LCOE and LCOH using cost input data. The research based on spatial modelling gives a general overview of the production price and potential-of green hydrogen generation from intermittent renewables sources on a national level. geospatial techno-economic analysis proves to be a suitable method to visualize the future hydrogen production development Our rough estimation shows that large-scale PV, wind farm integrated with hydrogen production potential could be potentially developed throughout the country. However, the economic scale may not be sufficient due to higher price of renewables electricity than current fossil fuel based of energy and high electrolyzer cost technology. Consequently, in order to support developing national green hydrogen strategies will require an integrated planning supported by dedicated infrastructure as well as right policy framework."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>