Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhwan Naelul Gina
"Berdasarkan Konvensi Internasional SOLAS 1974 Chapter IV mengenai regulasi GMDSS, mengharuskan penerapan sistem telekomunikasi maritim yang memiliki kemampuan pengiriman dan penerimaan sinyal marabahaya atau yang dikenal dengan GMDSS. Aturan tersebut serta fakta bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana transportasi laut menjadi salah satu transportasi yang diandalkan, serta dimana terdapat lebih dari 3.000 armada angkutan laut yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang cukup besar dalam memasarkan perangkat GMDSS, sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar daya saing meningkat.
Konsep pendekatan manajemen stratejik dengan matrik pertumbuhan dan pangsa pasar (matrik BCG) digunakan untuk memberikan gambaran mengenai posisi pangsa pasar relatif, nilai pertumbuhan penjualan, serta besarnya nilai bisnis dari masing-masing perangkat GMDSS FURUNO yang dipasarkan, sedangkan pendekatan strategi harga dengan metode return on sales markup digunakan untuk menentukan harga jual perangkat sehingga mampu bersaing dengan perangkat merek lainnya.
Antara tahun 2001 sampai 2006, penjualan perangkat FURUNO VHF radiotelephone meningkat rata-rata 81,21% setiap tahun, 70,96% untuk MF/HF radiotelephone dan 73,12% untuk Inmarsat-C, dengan kompetitor utama di Indonesia adalah merek JRC dan SAILOR.
Pada matriks BCG perangkat GMDSS merek FURUNO yaitu MF/HF radiotelephone memiliki pertumbuhan pasar penjualan sebesar 61,38% dengan pangsa pasar relatif sebesar 1,2, disusul dengan Inmarsat-C sebesar 49,11% dan 1,43, yang berarti bahwa kedua perangkat ini berada pada pertumbuhan pasar yang cukup tinggi dengan posisi pasar relatif yang cukup kuat. Sedangkang untuk VHF radiotelephone pertumbuhan penjualan pasar hanya tumbuh sebesar 16,17% dengan pangsa pasar relatif sebesar 0,69, yang berarti bahwa perangkat ini berada pada pertumbuhan pasar yang rendah dengan pangsa pasar relatif yang lemah. Untuk menentukan harga digunakan tiga skenario, yaitu optimis yang berarti penjualan mencapai 100% dari target, sedangkan moderat hanya 70% dan pesimis hanya 40% dari perkiraan penjualan pada tahun 2007 berdasarkan forecasting tahun 2007. Agar mampu meningkatkan daya saing berdasarkan harga jual perangkat, maka target penjualan untuk tahun yang akan datang, minimal harus terpenuhi sebanyak 70% dariforecasting penjualan.

Indonesia is the largest archipelago in the world and as an archipelago country, sea transportation is becoming one of the main transportation where there are more than 3.000 ships are operating in Indonesia sea territory and due to the GMDSS regulations (chapter IV of the International SOLAS Convention), require that every ship shall be capable of transmitting and receiving distress signal. This strategic position has making Indonesia as a market potential for GMDSS equipment, and a strategic plan is need to improve marketing competitiveness.
To improve competitiveness a company shall starts with an assessment of how well each business is performing in its own market relative to its competitors and to the firm?s other business and how well is market growth of every business that company developed. A Growth-Share matrix (BCG matrix) developed by the Boston Consultative Group and Return on sales markup method as a framework for answering some of these questions.
Between 2001-2006, there are 81,21% in mean of sales improvement in every year in Indonesia for FURUNO VHF radiotelephone, 70,96% MF/HF radiotelephone and 73,12% Inmarsat-C, with JRC and SAILOR as a main competitor in Indonesia. BCG matrix shows that MF/HF radiotelephone has 61,38% market sales growth with 1,20 relative market share, 49,11%, and 1,43 for Inmarsat-C which mean those are in strong relative market share and market growth. For VHF radiotelephone market sales growth is only 16,17% with 0,69 of relative market share which mean this is in weak relative market share and low market growth. There are three scenarios for pricing strategy : optimist 100% of sales forecast, moderate 70% of sales forecast and pessimist 40% of sales forecast in 2007. To gain competitive advantage from pricing strategy the VHF radiotelephone, MF/HF radiotelephone and Inmarsat-C sales for up coming year shall be in minimum 70% of sales forecasting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Gifogo Liwanuru
"Kasus Sumday mengeksplorasi strategi untuk meningkatkan daya saing dalam industri perangkat lunak akuntansi karbon. Dengan meningkatnya permintaan global yang didorong oleh inisiatif pemerintah untuk emisi nol bersih, Sumday, pemain baru dari Australia, menghadapi tantangan signifikan karena pasar yang sangat kompetitif dan memiliki diferensiasi rendah. Makalah ini merekomendasikan pengoptimalan Pemasaran Mesin Pencari (SEM) dan Optimisasi Mesin Pencari (SEO) untuk meningkatkan kesadaran merek serta mengadopsi teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI) dan manajemen dekarbonisasi untuk meningkatkan penawaran layanan. Strategi-strategi ini bertujuan untuk memperkuat kehadiran pasar dan keunggulan kompetitif Sumday.
The Sumday Case explores strategies to enhance competitiveness in the carbon accounting software industry. With increasing global demand driven by government initiatives for net zero emissions, Sumday, a new player from Australia, faces significant challenges due to the highly competitive and low-differentiated market. The paper recommends optimizing Search Engine Marketing (SEM) and Search Engine Optimization (SEO) to increase brand awareness and adopting cutting-edge technologies such as artificial intelligence (AI) and decarbonization management to improve service offerings. These strategies aim to strengthen Sumday's market presence and competitive advantage."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bob Novitriansyah
"ABSTRAK
lndustri media massa di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, ditandai dengan munculnya media massa baru, baik elektronik maupun cetak. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan informasi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kehidupan seperti halnya kebutuhan lainnya. Sehingga apapun yang berhubungan dcngan penyediaan berita dan informasi akan terus diminati yang tentunya hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi pengusaha untuk terjun di bisnis ini.
Pencabutan SIUPP (Surat lzin Usaha Penerbitan Pers) pada tahun 1998 sebagai salah satu persyaratan untuk menerbitkan sebuah media cetak serta berlandaskan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, membuat banyak bermunculan media cetak barn yang mempunyai berbagai karakteristik dan positioning masing-masing.
Bergairahnya televisi swasta membawa dampak cukup besar bagi dunia pertelevisian dan periklanan Indonesia serta semakin memanjakan pemirsa dalam memilih stasiun televisi yang disukai. Terjadi persaingan kreativitas dalam membuat program acara dan kemasannya serta mempertajam fokus pada segmentasi pemirsa.
Kini berbagai media informasi yakni media cetak, radio, televisi dan internet bersaing ketat merebut pengguna informasi dan hiburan yakni pembaca, pendengar, pemirsa, dan pengiklan. Kemampuan untuk merebut iklan, merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam industri media.
Agar industri surat kabar dan pertelevisian di masa depan tetap eksis dan berkembang tiada lain pilihannya adalah join multimedia atau dengan melakukan aliansi strategis. Hal ini disebabkan antara lain karena core business-nya yang sama, maka optimalisasi efisiensi dan daya saing dapat terwujud.
Kontribusi sebuah surat kabar dalam sinergi tersebut adalah kedalamannya dalam pemberitaan sehingga teijadi efektifitas dalam membahas suatu masalah yang dituju konsumen. Kontribusi televisi disini adalah mampu menyajikan gambaran audio visual sehingga informasi dan materi yang disampaikan relatif lebih dinamis dan utuh scrta coverage area yang begitu besar sehingga mampu menjangkau konsumen yang lebih banyak.
Salah satu kasus perusahaan media guna mempercepat pertumbuhan dan berdaya saing tinggi di industrinya adalah surat kabar Media Indonesia yang melakukan aliansi strategis dengan stasiun televisi Metro TV. Strategi tersebut dilakukan karena mereka memiliki the knowledge journalists dan sumber daya manusia yang profesional serta kekuatan sumber daya lainnya yang menunjang keberlangsungan bisnis tersebut.
Beberapa alasan yang menjadi motivasi aliansi strategis yang dilakukan Media Indonesia dengan Metro TV antara lain adalah mengembangkan dan meningkatkan efisiensi operasional, fasilitas dan proses serta menyediakan akses pada kapabilitas baru, pengetahuan baru dan teknologi baru, menurunkan resiko dan mengatasi ancamanancaman dalam persaingan dan meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan posisinya serta memberikan nilai tambah atau perluasan lini produk perusahaan.
Beberapa aliansi strategis yang dibangun Media Indonesia dengan Metro TV untuk meningkatkan kompetensi inti dan ketmggulan bersaing yaitu aliansi strategis untuk meningkatkan kompetensi dalam hal keunggulan inovasi, efisiensi dan penerimaan konsumen, aliansi strategis untuk meningkatkan kineija sumber daya manusia serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan berita/produk dan aliansi strategis yang memungkinkan perusahaan membagi resiko dan sumber daya yang diperlukan untuk memasuki pasar di industri media cetak di fudonesia.
Penurunan resiko dan ancaman yang dapat dihasilkan dari aliansi strategis Media Indonesia dengan Metro TV di bidang redaksi antara lain adalah resiko ketidakakuratan dan ketidakaktualan berita dapat diperkecil karena berita diolah secara bersama dan berita untuk acara televisi yang harus selalu hangat dapat juga diberitakan di Media fudonesia.
Pada bagian iklan, pemasar iklan di Media fudonesia dan Metro TV bersinergi secara total dalam memasarkan space iklan baik di Media fudonesia maupun di Metro TV. Sehingga program-program dan paket-paket iklan yang ditawarkan terkadang saling terkait antara memasang di Media Indonesia dan di Metro TV. Dampak positifnya tentu saja adalah keragaman pengiklan dengan keinginan dan strategi komunikasi pemasarannya yang berbeda-beda dapat diakomodir ke media yang berbeda, apakah ke media cetak atau ke televisi.
Masalah yang dihadapi oleh Media Indonesia dan Metro TV dalam melakukan aliansi adalah berupa isu besar tentang keadilan tingkat kesejahteraan dan fasilitas yang diterima di tengah aneka ragam persepsi seluruh karyawan. Untuk itu pihak manajemen berupaya untuk transparan dalam segala hal sehingga terwujud hubungan keijasama yang selaras dalam jangka panjang. Antara kedua perusahaan dapat saling bertukar pikiran dan membahas mengenai penyesuaian strategi yang hams dilakukan dalam menghadapi
perubahan kompetisi yang terjadi sehingga dapat meningkatkan daya saing.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sukardi
"ABSTRAK
Perkembangan ekonomi di Indonesia menimbulkan berbagai peluang bagi
dunia usaha untuk membuka usaha barn atau memperluas usaha yang telah
berjalan. Usaha-usaha tersebut mencakup jenis usaha yang telah ada dan berjalan
sejak lama di Indonesia atupun usaha-usaha yang sama sekali baru, karena
sebelumnya tidak dijalankan di Indonesia, seperti usaha wara laba, usaha yang
berkaitan dengan pasar modal dan sebagainya. Untuk menangkap peluang-peluang
yang ada, muncul pernsahaan perusahaan baru, disamping terjadi perluasan
perusahaan yang telah berjalan. Dengan munculnya jenis usaha dan perusahaan
baru atau perluasan perusahaan lama, maka timbulah peluang dalam penyediaan
ruang perkantoran, khususnya di Jakarta.
Jumlah permintaan akan rnang perkantoran di Jakarta diperkirakan
bertambah sebanyak 250.000 M2 per tahun, yang datang dari berbagai perusahaan,
khususnya pernsahaan swasta, baik asing, perusahaan patungan atau perusahaan
lokal. Ukuran perusahaanpun bermacam-macam dari mulai perusahaan kecil,
menengah dan besar.
Melihat peluang yang cukup besar maka para investorpun seolah-olah
berlomba untuk menanamkan modalnya pada gedung perkantoran. Berbagai
gedung perkantoran yang barn dibangun di Jakarta saling berebut konsumen,
tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Dari mulai di daerah sentral bisnis seperti Jl.
MH Thamrin, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Gatot Subroto dan Jl. HR Rasuna Said/Kuningan
yang disebut 'Central Business District' (CBD), dan diluar CBD. Saat ini gedung
perkantoran ada 2 jenis yaitu jenis penyewaan, dimana terjadi hubungn sewa
menyewa antara pemilik gedung dengan penyewa dan jenis lainnya adalah dengan
membeli, sehingga ruang kantor tersebut menjadi milik pembeli yang baru, yang
disebut 'strata title'. Diramalkan bahwa pada tahun 1998 akan terjadi kelebihan pasok
ruangan kantor sebanyak lebih kurang 580.000 M2.
Dengan situasi seperti itu maka timbulah persaingan diantara pemilik gedung
perkantorim. Persaingan itu semakin hari akan semakin tajam, karena selain
persaingan diantara pemilik gedung perkantoran yang semakin banyak, pesaing itu
muncul pula dari gedung perkantoran 'strata title', dari barang perigganti seperti
ruko dan rukan, kawasan industri terpadu yang menyediakan kantor dan dari
perkantoran yang berada di daerah sekitar Jakarta seperti Tanggerang dan Bekasi.
Agar perusahaan dapat terus bertahan hidup, malah dapat mengembangkan
dirinya secara terus menerus dan dapat memberikan hasil kepada para pemegang
saham, maka tidak ada jalan lain para pengelola gedung perkantoran harus
memenangkan persaingan agar tujuan-tujuan diatas dapat tercapai. Untuk itu
pengelola gedung harus menciptakan keunggulan daya saing perusahaan berupa
keunggulan biaya rendah dan diferensiasi.
PT SM yang memiliki gedung perkantoran yang diberi nama Gedung CKN di
Jakarta Timur, melakukan sendiri pengelolaan gedung tersebut, melalui salah satu
divisinya yang disebut Divisi ID/Properti. Divisi tersebut memiliki 4 'profit. centre'
yaitu penyewaan kantor, 'auditorium', restoran dan kantin.
Bisnis utama dari divisi tersebut adalah penyewaan kantor yang memberikan
kontribusi sebesar lebih dari 70 % total penghasilan yang diterimanya. 1 Auditorium',
restoran dan kantin adalah merupakan fasilitas pelengkap gedung perkantoran yang
diharapkan dapat memberikan hasil yang baik. Gedung CKN, meskipun berada di
luar lokasi CBD, tapi memiliki beberapa keunggulan yang dapat dijual dan
dipromosikan seperti kualitas gedung yang baik, akses yang mudah penyediaan
utilitas yang lancar dan sebagainya. Tingkat hunian gedung pernah mencapai 93 %
meskipun mulai akhir 1996 sampai semester pertama 1997 turun menjadi 85 %.
Pengelolaan 1 auditorium' menunjukkan peningkatan, meskipun sebenamya
dapat meningkat lebih pesat Pengelolaan restoran masih perlu pembenahan yang
mendasar agar dimasa yang akan datang dapat lebih optimum dalam memberikan
hasil bagi perusahaan, sedangkan kantin nampaknya telah cukup baik karena
bertujuan untuk melayani karyawan perusahaan penyewa gedung.
Strategi yang diterapkan pada tingkat korporasi untuk Gedung CKN adalah
pertumbuhan yang terkonsentrasi, pengembangan pasar, pengembangan produk
dan inovasi. Strategi pad a tingkat. unit bisnis. di Divisi ill adalah diferensiasi untuk
restoran dengan target luas, serta campuran antara fokus pada biaya dan fokus pada
diferensiasi untuk penyewaan ruang kantor, 1 auditorium dan kantin dengan biaya
rendah dan target sempit.
"
1997
T8715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
330 ASCSM 33 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian tentang bagaimanakah model cerita berbasis analisis fungsi tokoh cerita anak-anak adalah untuk mendapatkan prototipa model bercerita dengan berbasis analisis fungsi tokoh cerita anak-anak yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia operasional konkret melalui pendekatan penelitian dan pengembangan....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Agung Handayani
"ABSTRAK
Persaingan dalam industri otomotif menjadi semakin ketat, hal ini terlihat dari
usaha yang dilakukan oleh para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merck) dan lmportir
Umum (lU) dalam mengembangkan produk lokal yang sudah ada di pasar juga dalam
meluncurkan mobil-mobil baru baik yang dirakit di Indonesia maupun diimpor Iangsung
dari luar negeri.
Persaingan industri otomotif yang ketat ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah yang sangat fundamental yaitu yang berkaitan dengan dikeluarkannya
keputusan penurunan tarif bea masuk (BM) dan Pajak Barang Mewah (PPnBM) bagi
impor mobil dalam kondisi (Completly Built Up (CBU) dan Completely Knock Down
(CKD). Selain itu juga dilakukan perubahan kebijakan mengenai tata niaga impor
kendaraan bermotor dimana impor otomotif CBU diserahkan ke Importir Umum (lU)
tidak lagi kepada Importir Produsen (IP) atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek).
Kebijakan pemerintah lainnya juga termasuk penurunan tarif bea masuk mengenai
penurunan tarif bea masuk untuk komponen kendaraan bermotor.
Kebijakan lain yang membuat persaingan dalam industri otomotif menjadi
semakin kuat adalah dengan diberlakukannya Undang-undang Perlindungan konsumen
No. 8 tahun 1999 sejak 20 April 2000, yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan
produsen. Kebijakan ini menuntut dunia usaha, termasuk pelaku bisnis otomotif untuk
dapat menyajikan kualitas produk dan pelayanan yang profesional kepada konsumen.
PT Toyota-Astra Motor sebagai salah satu perusahaan otomotif hasil kerjasama
PT Astra-International Tbk. dan Toyota-Motor Corporation (TMC), yang memiliki
lingkup usaba bukan hanya rnemproduksi mobil-mobil merek Toyota di Indonesia,
melainkan sebagai pemegang lisensi, ímportir, perakit dan distributor kendaraan
bermotor bermerek Toyota, juga sebagai pembuat mesin dan pengekspor komponen dan
kendaraan Toyota. Komitmen yang tinggi untuk memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik kepada pelanggan tertuang dalam Toyota Quality Service (TQS) sebagai konsep
Toyota yang diterapkan selama ini untuk memberikan kualitas produk, kualitas jaringan
pemasaran, kualitas layanan purna jual yang terbaik dan selalu berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.
Sebagai usaha dalam mempertahankan pelanggannya, maka pengetahuan
mengenai kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan Toyota merupakan suatu hal yang
sangat penting karena kepuasan pelanggan pada akhimya akan membawa pada loyalitas
terhadap merek brand (Brand Loyalty) yang memberikan keuntungan jangka panjang
pada perusahaan.
Dari hasil penelitian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, terdapat 3 alasan utama pelanggan memilih Toyota sebagai kendaraaan barunya
yaitu performa/penampilan produk, mutu dan ketahanan produk, dan kemudahan
mendapatkan suku cadang.
Kedua, terdapat 23 elemen kepuasan pelanggan yang díberikan oleb Toyota pada saat
kepemilikan kendaraan baru yang dikelompokan menjadi 5 kategoni kepuasan
pelanggan yaitu ruang pamer (showroom), proses pembelian, proses penyerahan
kendaraan, aktivitas tindak lanjut dan tentang Toyota baru Anda.
Ketiga, dari 23 elemen kepuasan pelanggan tersebut masalah ketepatan janji wiraniaga
tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan penyerahan kendaraan, dan
kemudahan dalam proses pembelian merupakan hal yang sangat penting bagi
pelanggan.
Keempat, terdapat tiga nilai rata-rata kepuasan tertinggi adalah kepuasan terhadap produk
itu sendiri yang meliputi kepuasan terhadap peralatan mekanik, kondisi bagian
luar kendaraan dan bagian dalam kendaraan.
Kelima, tiga nilai rata-rata terendah menunjukkan ketidakpuasan pelanggan terhadap
ketepatan janji wiraniaga tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan
penyerahan kendaraan, dan kemudahan dalam proses pembelian.
Keenam, 71 % pelanggan kendaraan baru Toyota merasa cukup puas karena
ditindaklanjuti oleh wiraniaga Toyota 1 minggu setelah kendaraan diserahkan
kepada pelanggan.
Ketujuh, 56.5 % pelanggan pasti merekomendasikan kendaraan Toyota kepada teman
teman, sahabat, kerabat dan keluarga pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Marga Anggraeni
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Lebih dari 15 tahun PT Krakatau Steel telah menikmati fasilitas monopoli yang diberikan pemerintah baik dibidang pengadaan bahan baku maupun dibidang pemasaran. Pada awalnya fasilitas ini diberikan dengan alasan karena PTKS merupakan industri baja pertama dimana bahan bakunya yang berupa pellet dan Bijih besi hams diimpor dari luar negeri, sehingga diperlukan perlindungan dengan harapan daiam waktu tertentu sudah dapat menikmati keuntungan dan pada saat itu proteksi sedikit demi sedikit mulai dilepas.
Dalam kenyataannya PTKS masih terus mendapatkan proteksi sehingga tahun 1988 dengan alasan PTKS masih merupakan satu-satunya produsen baja didalam negeri karena adanya hambatan (Barrier to Entry) berupa investasi yang tinggi bagi pendatang bam untuk masuk daiam bisnis ini. Proteksi yang terus menerus ini membuat PTKS terlena dengan segala fasilitasnya, sehingga tidak lagi memperhatikan kemampuan untuk bersaing dipasar, karena tanpa hams memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasar, konsumen dapat dipastikan akan membeli dari PTKS. Pada saat itu PTKS lebih banyak berorientasi pada produksi dan tidak memperhatikan aspek pemasarannya.
Adanya pembahan lingkungan usaha yang dipicu oleh Globalisasi dan Liberalisasi telah memaksa PTKS merubah pola bisnisnya untuk melepaskan ketergantungannya pa
meningkatkan daya saing industri hilir. Dengan keluarnya kebijaksanaan deregulasi telah menyebabkan meningkatnya jumlah produk impor yang masuk kepasar dalam negeri dan hal ini merupakan pukulan bagi PTKS karena tidak peraah terbayangkan oleh PTKS sebelumnya akan kehifangan pangsa pasar didalam negeri yang selama ini merupakan tempat pelemparan hasil produk dari PTKS. Disamping itu telah menjadikan pasar baja sebagai "Buyer Market" dan bukan lagi sebagai "Seller Market" seperti pada masa monopoli dulu.
Untuk dapat meningkat pangsa pasarnya atau minimal mempertahankannya, PTKS harus merubah strategi pemasarannya yang tadinya berorientasi pada produk keorientasi pemasaran. Perubahan ini harus diiringi oleh pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan dari konsumen, karena tanpa mengetahui "needs and wants" dari konsumen tidak mungkin untuk dapat memenangkan persaingan (pesaing disini adalah produk impor). Agar PTKS dapat memenangkan persaingan dikandang sendiri terutama melawan produk impor, maka diperlukan suatu strategi pemasaran yang jitu, yang dapat meningkatkan daya saingnya dimata konsumen. Melalui survey / penelitian Kepuasan pelanggan yang dilakukan minimal sekali dalam 1 tahun maka PTKS akan dapat mengetahui :
- Hasil kerja/performance PTKS dimata konsumennya selama ini.
- Apa yang telah dilakukan kompetitor terhadap konsumen sehmgga PTKS kalah bersaing, dengan kata lain konsumen lebih memilih membeli dari pesaing dari pada PTKS.
- Keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga PTKS akan memberikan pelayanan yang dapat meningkatkan kepuasan tersendiri bagi konsumen.
11
- Mengetahui dengan pasti faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli, sehingga untuk memenangkan persaingan PTKS membedakan cara memberikan pelayanannya pada tiap segmen.
- Keunggulan serta kelemahan PTKS dalam melayani konsumennya, dan segera memperbaikinya untuk dapat memenangkan persaingan.
Dengan demikian hasil penelitian kepuasan pelanggan akan dapat memberikan gambaran tentang kekuatan serta kelemahan perusahaan, sehingga dengan adanya perubahan Hngkungan usaha yang disatu sisi dapat merupakan ancaman dan di sisi lain merupakan peluang, akan memudahkan perusahaan untuk menyusun strategi agar dapat memenangkan persaingan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Rianto
Jakarta: LIPI Press, 2008
303.483 3 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prasetya
"ABSTRAK
Genderang perang harga yang dimulai oleh sejumlah maskapai penerbangan baru
telah menyulut kegerahan maskapai-maskapai lainnya yang sudah sejak lama bermain di
industri penerbangan nasionaL Kegerahan tersebut timbul karena adanya kekhawatiran
dan maskapai-maskapaj penerbangan lama yang merasa takut kehilangan konsumennya
oleh ulah masakapal-maskapal baru yang menetapkan harga yang sangat murah bahkan
hingga mencapai batasan harga minimum INACA. Agar tidak tersisih dan persaingan,
mau tidak mau maskapai-maskapaj penerbangan yang lama pun akhirnya ikut-ikutan
menetapkan harga yang semurah-murahnya bagi konsumen. Akibatnya hampir seluruh
maskapai penerbangan nasional saat ini ikut dalam perlombaan saling memperebutkan
konsumeri dengan cara-cara yang dapat dikatakan sudah tidak sehat lagi. Fenomena
seperti inilah yang menggambarkan persaingan di industri penerbangan nasional saat ini.
Untuk tetap bertahan di dalam persaingan seperti itu tidaklah mudah. Beban biaya
operasional yang tinggi, ditambah dengan beban kurs mata uang rupiah terhadap dollar
yang belum membaik, akan memberatkan kelangsungan hidup suatu maskapai. Star Air
sebagai salah satu dan sekian banyak pemain baru sudah merasakan dampaknya.
Beberapa rute penerbangannva sudah nilai tidak dioperasikan karena besamya beban
biaya operasional yang tidak dapat ditutupi lagi dengan harga tiket yang diberlakukannya
saat ini. Beratnya beban biaya operasional yang tinggi ini juga mulai dirasakan efeknya
oleh Merpati dan Garuda. Kedua maskapal tersebut terpaksa harus menaikkan harga
tiketnya akibat kenaikan harga premi asuransi pasca pemboman WTC. Padahal
persaingan saat ini menuntut mereka untuk mengefisienkan segala bentuk biaya agar dapat memberlakukan harga yang kompetitif untuk beraing dengan maskapai lainnya.
Terlepas dari fenomena perang harga yang terjadi saat ini, langkah berani Pelita, Mandala, Bouraq, dan DAS dalam membentuk strategi aliansi untuk meminimalisir dampak persaingan harga tersebut, nampaknya perlu diacungi jempoL. Berbagai manfaat
seperti efisiensi biaya dan peningkatan jumlah konsumen yang diperoleh keempat
maskapai semakin mempertegas prospek yang menguntungkan dan strategi aliansi ini.
Melihat aksi rnaskapai-maskapai penerbangan nasional saat ini dengan berbagai
macam strateginya mulai dari strategi perang harga sampai dengan strategi aliansi, maka
pada karya akhir ini akan dibuat suatu usulan strategi aliansi yang melibatkan kerjasama
dua maskapai penerbangan nasional, yaitu Merpati dan Garuda. Adapun maksud dari
usulan ini adalah untuk menciptakan maskapai penerbangan nasional yang mempunyai
daya saing di rute domestik dan internasional dalam rangka menghadapi persaingan
yang semakin ketat di industri penerbangan nasional.
Usulan strategi aliansi Merpati ? Garuda ini díbuat berdasarkan tiga tahapan
analisis, yaitu analisis manajemen strategik, analisis pembentukan sinergi, dan analisis
kesiapan internal perusahaan Pada analisis manajemen strategik dilakukan analisis untuk
mengetahui competitive positions dan Lingkungan ekstemal perusahaan dalam rangka
menyusun strategi aliansi yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing
masing perusahaan. Kemudian, pada analisis pembentukan sinergi dibahas mengenai
cakupan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh,
khususnya pada hal-hal yang berhubungan dengan pensinergian masing-masing rute
penerbangan dan pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas operasional dan resources
yang dimiliki kedua maskapai. Terakhir, pada analisis kesiapan internal perusahaan
dibahas tiga hal penting yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan proses pembentukan
aliansi tersebut, yaitu budaya dan struktur perusahaan, sistem administrasi dan informasi,
dan kualitas jasa pelayanan penerbangan.
Dari hasil ketiga analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
yang menyatakan bahwa aliansi Merpati ? Garuda akan memberikan dampak positif bagi
kedua maskapai. Adapun dampak positif yang dimaksud adalah tercapainya penghematan
biaya operasional dan meningkatnya pendapatan perusahaan dan kegiatan usahanya. Dan
kedua dampak positif tersebut, balk Merpati maupun Garuda, kini dapat bersama-sama
meningkatkan kual itas dan kuantitas pelayanannya untuk kemudian memantapkan
posisinya dalam persaingan di industri penerbangan nasional.
Untuk melengkapi usulan strategi aliansi yang telah dibuat tersebut, maka pada
bagian akhir dan karya akhir inI diberikan beberapa saran untuk mendukung keberhasilan
strategi aliansi Merpati ? Garuda. Adapun saran-saran tersebut dimaksudkan agar usulan
strategi ini nantinya dapat benar-benar diaplikasikan ke dalam strategi perusahaan dan
memberikan benefit jangka panjang yang sesuai dengan tujuan semula dan pembentukan
strategi aliansi, yaitu untuk meningkatkan daya saing maskapai penerbangan nasional
baik pada rute domestik maupun intemasional."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>