Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Keterbatasan dana pemerintah untuk membiayai pembangunan memerlukan keterlibatan pihak swasta (domestik dan sing). Oleh karena itu pemerintah berupaya menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan minat swasta untuk berinvestasi pada berbagai sektor. Di Indonesia, masalah penciptaan iklim investasi masih menghadapi jalan terjal. Satu paling utama adalah inefisiensi birokrasi pemerintah. Selain itu, ketersediaan dan kualitas infrastruktur turut mengurungkan niat investor untuk melibatkan diri di Indonesia. Saat investasi mengalir ke dalam negeri berbagai masalah turut muncul. Hal tersebut terekam dari berbagai ketimpangan yang tercipta, mulai dari ketimpangan sumber, regional, hingga sektoral. Ke depan, investasi perlu diarahkan umtuk mencapai mandiri pangan, energi, dan ketersediaan serta perbaikan kualitas infrastruktur. Pencapaian investasi pada sektor tersebut bukan hanya mengamankan suplai pangan, energi, dan menikmati infrastruktur yang baik, namun berimplikasi pula terhadap penekanan inflasi. Upaya meningkatkan minat investor dapat dimulai dengan memperbaiki iklim investasi. Selain itu, upaya menjalin kerjasama investasi dan promosi investasi layak dipertimbangkan untuk memberikan informasi yang lebih jelas bagi investor."
JUDIMWR
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Sufianti
"Tesis ini menyajikan hasil penelitian mengenai kinerja investasi etis, khususnya investasi syariah, di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investasi syariah yang melakukan proses screening (mengeluarkan saham-saham yang dinilai tidak sesuai dengan syariah) dalam pembentukan portofolionya dapat memberikan kinerja yang sama baiknya dengan investasi konvensional yang tidak melakukan proses screening.
Perbandingan kinerja dilakukan dengan membandingkan tiga hal, yaitu membandingkan kinerja indeks, kinerja reksadana dan kinerja portofolio. Sebagai ukuran kinerja digunakan rata-rata return bulanan. Pada perbandingan kinerja indeks, dilakukan uji-t antara rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh indeks LQ 45 dengan rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh Jakarta Islamic Index (JII). Walaupun rata-rata return bulanan LQ 45 (0.73% per bulan) lebih basal dibandingkan rata-rata return bulanan Jll (031% per bulan), tetapi hasil uji-t menunjukkan nilai yang tidak signifikan (probabilitas untuk menerima Ho sebesar 99.5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata return bulanan indeks LQ45 dengan rata-rata return bulanan JII. Hasil yang sama (tidak signifikan) juga diperoleh pada perbandingan dengan menggunakan rata-rata return mingguan dan return harian.
Selain dibandingkan dengan indeks LQ45 sebagai proxi dari indeks konvensional, dilakukan juga perbandingan dengan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) sebagai proxi kinerja pasar. Dari uji-t yang dilakukan, diperoleh basil yang tidak signifikan (probabilitas untuk menerima HO sebesar 86%), sehingga dapat disimpulkan juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata return bulanan yang dihasilkan JII dengan return bulanan yang dihasilkan MSG. Demikian pula, jika digunakan rata-rata return mingguan dan rata-rata return harian. Kesimpulan umum yang dapat diambil dari perbandingan kinerja indeks ini adalah, tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara investasi syariah dengan investasi konvensional dan tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara investasi syariah dengan kinerja pasar.
Selanjutnya dilakukan perbandingan kinerja reksadana antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Untuk menghindari bias yang disebabkan perbedaan kemarnpuan rnanajer investasi dalam menghasilkan abnormal return, maka perbandingan dilakukan antara rekasadana syariah dengan reksadana konvensional yang dikelola oleh satu manajer investasi. Reksadana terpilih adalah Danareksa Syariah sebagai wakil reksadana syariah dengan Danareksa Mawar sebagai wakil dari reksadana konvensional yang keduanya dikelola oleh PT. Danareksa Investment Management. Perbandingan pertama dilakukan dengan melihat rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh kedua reksadana. Terlihat bahwa Danareksa Syariah, selama periode 2001-2002 dapat menghasilkan rata-rata return bulanan yang lebih balk dari Danareksa Mawar. Rata-rata return bulanan Danareksa Syariah adalah berapa 0.6% per bulan sedangkan rata-rata return bulanan Danareksa Mawar adalah berapa 0.04% per bulan. Dari uji-t yang dilakukan ternyata hasilnya tidak signifikan (probabilitas untuk menerima Ho sebesar 76.7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh kedua reksadana ini secara statistik tidak berbeda. Dari hasil perbandingan rata-rata return bulanan, secara umum dapat dikatakan bahwa reksadana syariah menunjukkan kinerja yang tidak berbeda dengan reksadana konvensional.
Perbandingan kedua dilakukan dengan menggunakan model Jensen's alpha. Pada perbandingan ini akan dilihat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan kinerja pasar. Dari hasil regresi yang dilakukan terlihat bahwa nilai alpha yang dihasilkan Danareksa Syariah lebih besar dibanding nilai alpha Danareksa Mawar. Tetapi karena kedua alpha tidak signifikan pada tingkat 5%, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja kedua reksadana. Nilai alpha yang tidak signifikan juga menunjukkan bahwa kinerja Danareksa Syariah sama dengan kinerja pasar.
Selain menggunakan model Jensen's alpha juga dilakukan perbandingan dengan menggunakan model Carhart. Dengan menggunakan model ini dapat diketahui juga gaya manajer investasi dalam rnemilih saham-saham untuk portofolio reksadana. Perbandingan kinerja dengan menggunakan Carhart model menunjukkan bahwa nilai alpha reksadana syariah lebih baik dari reksadana konvensional. Tetapi karena kedua alpha juga tidak signifikan pada tingkat 5% maka disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja kedua reksadana. Selain itu terlihat bahwa hanya variabel pasar saja yang signifikan mempengaruhi excess return reksadana syariah sedangkan variabel-variabel size, book-to-market rasio dan momentum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap excess return reksadana syariah, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan portofolionya, manajer investasi baru mempertimbangkan faktor pasar saja.
Terakhir dilakukan perbandingan antara kinerja portofolio syariah dengan portofolio konvensional. Portofolio syariah dibentuk dari saham-saham anggota Jakarta Islamic Index sedangkan untuk portofolio konvensional dibentuk dari saham-saham anggota LQ 45. Dari perbandingan kinerja ini juga akan dilihat kriteria apa saja yang dapat digunakan dalam pemilihan saham sehingga investasi syariah dapat memberikan kinerja yang lebih baik atau sama baiknya dengan investasi konvensionaI.
Adapun kriteria yang dipertimbangkan mengacu pada model Carhart, yaitu kriteria size, rasio book-to-market, rasio earnings per price dan kriteria momentum. Pada pembentukan portofolio dengan menggunakan kriteria size, kinerja terbaik ditunjukkan oleh portofolio syariah dengan size besar, sedangkan pada pembentukan portofolio dengan menggunakan kriteria rasio book-to-market, kinerja terbaik diperlihatkan oleh portofolio syariah dengan rasio book-to-market rendah. Kinerja portofolio konvensional yang sedikit lebih baik dibandingkan kinerja portofolio syariah terlihat pada pembentukan portofolio dengan kriteria rasio earnings per price rendah. Sedangkan dengan menggunakan strategi momentum, portofolio syariah yang dibentuk dari saham-saham winner menunjukkan kinerja yang paling baik. Tiga dari empat kriteria yang digunakan menunjukkan bahwa, portofolio syariah dapat memberikan kinerja yang lebih baik dari portofolio konvensional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldi Zein
"Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk melakukan pembangunan di dalam negeri, khususnya di sektor sosial dan ekonomi. Untuk itu pemerintah Indonesia melakukan kebijakan mendorong masuknya investasi asing kedalam negeri. Guna memberikan pelayanan yang lebih dan memberikan komunikasi, koordinasi dan informasi bagi kepentingan investasi, maka Presiden Republik Indonesia membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal pada tahun 1985, dan hingga saat ini organisasi ini masih eksis.
Terjadinya era reformasi yang menggantikan era Orde Baru kepemimpinan Soeharto, dilalui dengan berbagai gejolak-gejolak anatara lain demonstrasi masa dan kegaduhan yang berimbas pada krisis sosial dan ekonomi. Adanya data tentang turunnya investasi asing yang masuk ke Indonesia diduga akibat langsung atau tak langsung timbulnya persepsi buruk terhadap citra Indonesia, khususnya mengenai iklim investasi dimata investor asing. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat persepsi-persepsi para investor asing secara kualitas dan terurai jelas mengenai iklim investasi di Indonesia.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian lapangan adalah menggunakan survey kuestioner terhadap 100 responder yang terdiri dan investor asing.
Kuesioner ini meliputi pertanyaan terhadap 8 parameter iklim investasi berdasarkan hasil studi awal dan pengalaman peneliti, yaitu: keamanan, penegakan hukum, baiknya jalan pemerintahan, infrastruktur, prosedur investasi, insentif, biaya operasional, dan imej BKPM. Hasil survey ini ditindak lanjuti dengan "in depth interview" terhadap 10 responden investor asing yang dipilih berdasarkan "incidental and voluntary". Interview juga dilakukan terhadap 5 orang pejabat tinggi dan senior BKPM untuk mengetahui kegiatan mereka.
Temuan yang ada dalam penelitian adalah adanya gambaran jelas mengenai persepsi investor asing terhadap iklim investasi di Indonesia. Persepsi yang negatif tersebut terdapat karena adanya dim Indonesia yang buruk sebagai negara yang mempunyai "country risk" tinggi, dan reputasi negatif sebagai negara yang banyak tindak korupsinya. Satu hal yang masih membuat positif pandangan terhadap iklim usaha disini, yaitu adanya persepsi positifik mengenai rendahnya biaya investasi, khususnya tenaga kerja dan sumber daya energi. Hai ini yangmembuat investasi masih menarik di Indonesia.
Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah, temuan betapa pentingnya peran media massa dalam menyebarluaskan informasi secara cepat, dan dapat mernbentuk opini-opini yang selanjutnya menjadikan persepsi masyarakat luas. Turunnya nilai investasi asing dapat diakibatkan pengaruh dari persepsi-persepsi yang negatif terhadap iklim investasi di Indonesia.
Kesimpulan dan rekomendasi dibuat berdasarkan konsep-konsep ilmu komunikasi. Perlunya komunikasi yang instruktif dari presiden kepada jajarannya untuk membenahi pemerintahan ini dengan baik. BKPM harus melakukan komunikasi yang persuasif kepada presiden dalam memberikan masukan informasi yang berpengaruh dalam mengambil kebijakan, serta komunikasi yang informatif BKPM kepada investor asing untuk memberikan jawaban dan kepastian atas perbaikan yang dilakukan. Untuk itu BKPM diusulkan untuk lebih berperan sebagai sentra komunikasi dan koordinasi terhadap aspek-aspek lingkungan organisasi, antara lain "stakeholders and audience".

Indonesia as a developing country needs a lot of capital sources to build its country, especially in social and economic sectors. The Indonesian government has issued policies to encourage incoming of foreign investors to the country. In order to serve more foreign investor in the way of communicating, coordinating, and providing information the President of Indonesia had established the Indonesian Investment Coordinating Board in 1985, which is still exist until today.
The transaction period of changing the power in this country from Soeharto era to reformation era had made through a very crucial things, such as uncontrolled mass demonstrations and riots. Those things had made impact to crisis of social and economy of Indonesia. The declining of foreign investment on statistics recently was assumed related to the bad perceptions about the investment climate of Indonesia. Image and reputation of Indonesia has contributed the building of the perception. This research was conducted to see in "descriptive and qualitative" aspects of those foreign investors perceptions about the investment climate.
This research study used a questionnaire survey to 100 respondents, who are foreign investors. The questioner covers B parameters of the investment dimate which are based on study and experiences of the researcher, such as security, law enforcement, good governance, infrastructures, procedures, incentives, cost of investment, and image of BKPM. The survey was followed up by in depth interviews to ten respondents representing foreign investors through incidental and voluntary selections.
Interviews were also made to five senior and high level officials of the Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM) to see the organization activity.
The result of interviews has provided clear pictures of perceptions. Foreign investors' perceptions are bad to the Indonesia's investment climate. The negative perceptions were caused by the bad image of Indonesia, which occupies high score in the country risk list and it has a long in the negative reputation among the most corrupt countries. There is one positive perception about to the Indonesian investment climate. It is low cost of investment, such as low labor cost and cheap fuel and energy costs. These factors make Indonesia attractive for investment.
The interesting part of this research discovered that mass media had an important role in disseminating information fastly and it could influence public opinion. The declining foreign investment might be related to those negative perceptions about the investment climate in Indonesia.
Conclusions and recommendations were made based on communication concepts. It needs instructive communication from the country's president to manage better government. BKPM has to make persuasive communications to the president with information used for policy making, and informative communications to foreign investors with certainty saying that the government is improving the condition. It is proposed that BKPM should becomes a centre of communication and coordination to all aspects of the organization stakeholders and audiences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Setioko
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perbandingan kinerja reksa dana etis dengan kinerja reksa dana konvensional di Indonesia. Dalam perbandingan kinerja dilakukan dalam 2 hal, yaitu membandingkan kinerja indeks dan kinerja reksa dana.
Dalam perbandingan indeks ini yaitu IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), HI (Jakarta Islamic Index) dan LQ45 dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 terdapat dua pengujian hipotesis. Hipotesis pertama untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara return AI dengan return LQ45. Sedangkan hipotesis kedua untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara return HI dengan return IHSG. Hasil perbandingan indeks LQ45 dan Jakarta Islamic Index tidak menunjukkan adanya perbedaan kinerja yang signifikan. Uji t menunjukkan -0,529 pada taraf signitkan 5% sedangkan t hitting tabel adalah 2,042. Hipotesis diterima, karena t output terletak pada daerah penerimaan terhadap Ho. Hal ini menandakan bahwa Jakarta Islamic index di pasar modal tidak mempengaruhi kinerja indeks LQ45, begitu juga sebaliknya. Sedangkan hasil perbandingan indeks IHSG dan indeks Jakarta Islamic Index juga tidak menunjukkan adanya perbedaan kinerja yang signifikan. Uji t menunjukkan -1,270 pada taraf signifkan 5% sedangkan t hitung tabel adalah 2,042. Hipotesis diterima, karena t output terletak pada daerah penerimaan terhadap Ho. Hal ini juga menandakan bahwa Jakarta Islamic Indeks di pasar modal tidak mempengaruhi kinerja indeks IHSG, begitu juga sebaliknya.
Dalam perbandingan kinerja reksa dana akan dilakukan dua pengujian hipotesis. Hipotesis ketiga adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksa dana etis dengan kinerja pasar. Sedangkan hipotesis keempat adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaaan yang signifikan antara kinerja reksa dana etis dengan kinerja reksa dana konvensional. Hasil perbandingan reksa dana syariah (etis) terhadap indeks pasar yaitu LQ45 menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Uji t menunjukkan -0,400 pada taraf signifikan 5% sedangkan t hitung tabel adalah 2,060. Hipotesis diterima, karena t output terletak pada daerah penerimaan terhadap Ho. Oleh sebab itu, dapat diketahui dengan adanya reksa dana syariah di pasar modal tidak mempengaruhi kinerja indeks LQ45. Dengan kata lain indeks pasar tidak terganggu dengan keberadaan reksadana syariah tersebut. Reksa dana Bima merupakan yang mewakili reksa dana konvensional karena memiliki beta yang mendekati beta reksa dana syariah dengan selisih 0,0071. Hasil pengujian reksa dana syariah dan reksa dana konvensional menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan secara statistik. Dimana Uji t menunjukkan -0,137 pada taraf signifikan 5% sedangkan t hitung tabel adalah 2,060. Hipotesis diterima, karena t output terletak pada daerah penerimaan terhadap Ho.
Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja reksa dana syariah (etis) tidak jauh berbeda dengan kinerja reksa dana konvensional. Akan tetapi reksa dana syariah tidak dapat beradaptasi secara cepat terhadap perubahan makro karena ada batasan reksa dana syariah yaitu untuk tidak melakukan daily trading karena akan menjurus pada spekulasi khususnya pada reksa dana syariah yang berpendapatan saham.

This research aim is to get description about comparison of performance Islamic fund with performance conventional fund in Indonesia. The comparison would be dividing in two things namely, comparing of index performance and comparing of mutual fund performance.
In comparison of index performance, namely IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), ill (Jakarta Islamic Index) and LQ45, from year 2001 up to year 2003 there are two-hypothesis examination. The first hypothesis is to test whether there are differences significant between return of JII and return of LQ45. Meanwhile the second hypothesis to test whether there are differences significant between return of JII and return of IHSG. The result of comparison index of LQ45 and Jakarta Islamic Index not show performance difference existence which significant. The test t showing -0,529 at confidence interval 5% meanwhile the t count base on table is 2,042. Hypothesis accepted, because t output lay in acceptance area of Ho. This matter indicated that Jakarta Islamic Index in capital market not influence of index LQ45 performance, so also on the contrary. Meanwhile comparison result of index IHSG and Jakarta Islamic Index not show performance difference existence which significant. The test t showing -1,270 at confidence interval 5% meanwhile the t count base on table is 2,042. Hypothesis accepted, because t output lay in acceptance area of Ho. This matter indicated that Jakarta Islamic Index in capital market not influence of index IHSG performance, so also on the contrary.
In comparison of mutual fund performance, there are two-hypothesis examinations; the third hypothesis is to test whether there are differences significant between ethical fund performance and market performance. Meanwhile the second hypothesis to test whether there are differences significant between ethical fund performance and conventional fund performance. The result of comparison ethical fund with index of LQ45 not show performance difference existence which significant. The test t showing -0,400 at confidence interval 5% meanwhile the t count base on table is 2,060. Hypothesis accepted, because t output lay in acceptance area of Ho. On that account, knowable with existence Islamic fund in capital market not influence performance of index LQ45. In other words, market index not disturb existence of ethical fund (Islamic fund), so that the contrary. Bima fund represent of conventional fund because owning near beta which near beta of Islamic fund with difference 0,0071. The result of examination between Islamic fund and conventional fund, show not happened the difference which significant statically. Where test oft show -0,137 at confidence interval 5% meanwhile the t count base on table is 2,060. Hypothesis accepted, because t output lay in acceptance area of Ho.
In general this research concludes that performance of Islamic fund (ethical fund) not far differ from performance of conventional fund. However, Islamic fund (ethical fund) cannot adapt quickly to macro change because Islamic fund cannot do daily trading which aim toward to speculation especially for Islamic fund of share earning equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sunarto Widjajamukti
"ABSTRAK
Tujuan dari penulisan kaiya akhir mi dengan judul "CARA MEMPERKECIL RISIKO
INVESTASJ DI DALAM PASAR MODAL DAN VALAS INDONESIA MELALUI MODEL
MANAJEMEN PORTFOLIO" , yaitu untuk membenikan gambaran secara jelas cara
memperkecil nsiko investasi di dalam pasar modal dan valuta asing. Risiko tersebut timbul
akibat fluktuasinya harga saham dan nilai tukar mata uang asing. Karya akhir mi berupa sebuah
penelitian kecil dari 127 saham yang beredar di Bursa Effek Jakarta, dan 7 mata uang yang
beredar di masyarakat umum. Dimana data-data yang digunakan diperoleh dan:
1. Untuk kurs saham , majalah Info Pasar Modal dari bulan Mel 1991 sampai dengan
Desember 1993.
2. Untuk kurs valuta asing, BPS (Biro Pusat Statistik) dari bulan Mel 1991 sampai dengan
Desember 1993.
Di dalam penelitian mi penulis berusaha untuk mencari faktor-faktor makro apa saja yang
mempengaruhi tingkat pendapatan pasar modal dan uang asing. Dimana faktor-faktor makro
tersebut dibataskan hanya terdirl atas:
1. Untuk pasar modal terdiri atas : cadangan devisa, jumlah Ml, tingkat bunga deposito
dalam rupiah, harga emas, ekspor, tingkat inflasi, harga migas, impor, mlai tukar rupiah
terhadap US$, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupiah terhadap DM dan nilai
tukar rupiah terhadap Sin$.
2. Untuk pasar mata uang asing terdiri atas : cadangan devisa, jumlah uang beredar Ml,
tingkat bunga deposito rupiah per bulan, harga emas, ekspor, tingkat inflasi, harga minas,
impor dan pendapatan dan pasar modal.
Faktor-faktor makro tersebut sangat berguna di dalam menentukan alternatif model investasi
yang akan dipilih. Di samping itu, penulis berusaha mengkaitkan keadaan ekonomi Indonesia di
masa yang akan datang, di dalam menentukan model investasi tersebut.
Untuk menentukan model investasi, penulis menggunakan portfolio approach; singel index
model yang di ajukan oleh William Sharpe, dengan menggunakan metode cut-off rate di dalam
menentukan saham-saham mana saja, yang masuk ke dalam portfolio tersebut.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa hal:
1. Sampai saat mi pasar modal Indonesia masih dalam keadaan random walk. Hal mi
ditunjukkan dan 127 saham yang diteliti hanya 33(26 %) saham yang tidak random walk
sedangkan 94 saham (74 %) random walk Tingkat pendapatan investasi di pasar modal
memang sangat mengiurkan, sebagai contoh; Sekar laut (81.11% per bulan), Suba Indah
(49.13 % perbulan), Modernland Reality (47.68 % per bulan). Di samping tingkat
pendapatan yang tinggi, saham-saham yang disebut di atas memiliki tingkat risiko yang
tinggi pula.
2. Tingkat pendapatan dari pasar modal untuk saat mi ditentukan oleh; harga minas, nilai
tukar rupiah terhadap US$, harga emas, cadangan devisa dan nilai tukar rupiah terhadap
Yen.
3. Dibandingkan dengan pasar modal, pasar valuta asing lebih dapat di prediksi. Path saat
mi, mata uang asing Yen, yang memberikan tingkat pendapatan yang paling besar
dibandingkan dengan ke enam mata uang asing lainnya. Tetapi dilihat dari faktor risiko,
ternyata mata uang asing Yen justru yang mempunyai tingkat risiko yang paling besar.
4. Untuk saat im tingkat pendapatan pasar valuta asing dipengaruhi oleh faktor-faktor makro
cadangan devisa, harga minas dan tingkat inflasi.
5. Model investasi yang di pilih oleh penulis yaitu suati model investasi yang menupakan
gabungan antara beberapa alternatif (lihat pada Sub-bab IV.3-3 MODEL INVESTASI
YANG DISARANKAN).

"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadino
"Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), khususnya Perpu No. 1 Tahun 2004 menjadi perbincangan menarik dan hangat diantara para pengelola negara dalam melaksanakan pemerintahan yang di amanatkan kepada pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Perpu yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan mendapat persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat telah menjadi polemik bagi berbagai pihak. Jika dilihat dari lahirnya Perpu tersebut yang dilandasi oleh kepentingan ekonomi, dalam hal ini kepentingan investasi. Untuk itu, menjadi hal yag menarik untuk dikaji lebih jauh apa latar belakang sesungguh dari dikeluarkannya Perpu tersebut. Apakah investasi di bidang pertambangan di Indonesia ini, memang dibutuhkan pengaturan dengan menggunakan PERPU. Untuk mengetahui lebih mendalam terhadap hal di atas, maka diperlukan penelitian yang berkaitan dengan lahirnya Perpu 1 Tahun 2004 dan kajian terhadap penggunaan kawasan Kehutanan untuk keperluan investasi dalam bidang pertambangan ini. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan studi kepustakaan. Untuk memperkuat dan validasi data juga dilakukan wawancara dengan informan, terutama yang berkaitan dengan penentu kebijakan dan pihak yang terkena kebijakan.
Dari hasil studi ditemukan beberapa permasalahan berupa kegiatan usaha yang diperbolehkan di kawasan hutan (Hutan Lindung), usaha pertambangan pada kawasan hutan, tumpang tindih perizinan, dan kepastian investasi dalam bidang pertambangan. Perijinan usaha pertambangan di hutan lindung secara hukum dilarang sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Kehutanan No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan maupun Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Namun pada kenyataannya, penambangan di kawasan hutan sudah berjalan dengan sistem pinjam pakai kawasan hutan yang diatur oleh Keputusan Menteri Kehutanan. Lahirnya Keputusan Menteri Kehutanan yang mengatur Pinjam Pakai Kawasan Hutan tersebut merupakan produk politik Pemerintah pada saat itu yang mempunyai pengaruh sangat kuat. Dampaknya, setelah posisi Pemerintah tidak kuat maka dalam semua Kontrak Pertambangan menjadi bermasalah dan investasi di bidang pertambangan tidak lagi menjadi investasi yang menarik bagi investor. Investor menjadi ragu akan kepastian hukum dan kepastian berusaha di bidang pertambangan. Departemen Kehutanan sebagai pengelola hutan juga dalam keadaan yang tidak menguntungkan, karena hutan Indonesia saat ini dalam keadaan rusak dan berbahaya bagi lingkungan.
Hutan tropis Indonesia bukan lagi menjadi milik bangsa Indonesia tetapi sudah menjadi bagian global dari sistem kehutanan dunia. Kerusakan hutan semakin bertambah dengan adanya pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Luas hutan semakin bertambah setelah adanya otonomi daerah. Daerah masih menganggap hutan dari sisi ekonomi yang harus di ekploitasi untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tidaklah heran apabila semua investasi yang berkaitan dengan kawasan hutan akan mendapat sorotan yang tidak baik dari pemerhati lingkungan nasional maupun internasional. Akibatnya meskipun sudah ada Perpu ternyata belum menjamin kepastian hukum investasi usaha pertambangan di Indonesia. Sudah saatnya dilakukan amandemen terhadap aturan hukum pengelolaan sumber daya alam untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang harmonis dan menarik bagi investor."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T21120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbullah
"Pembangunan pertanian Indonesia telah menempuh sejarah yang panjang sejalan dengan perjalanan bangsa ini, dan merupakan suatu kenyataan bahwa sektor pertanian memberi perm strategis dalam pembangunan nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia masih bergelut !dan menggantungkan hidupnya di sektor ini. Namur' ditengah percaturan globalisasi dunia dewasa ini sektor pertanian belum menampakkan perubahan yang signifikan terhadap indikator investasi dan pendapatan per kapita di sektor pertanian dalam pembangunan nasional.
Melihat kenyataan tersebut maka penelitian ini menfokuskan pada perkembangan sektor pertanian Indonesia dilihat dari sisi .perkembangan investasi di sektor pertanian yang berasal dari Anggaran Pembangunan Sektor Pertanian (APBN), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Disamping itu perkembangan kontribusi sektor pc anian laju pertumbuhan dan hubungan antara. NTB sektor pertanian dengan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk juga ditarnpilkan. Kernudian suatu model regresi yang menjelaskan hubungan rasio NTB sektor pertanian/PDB Indonesia dengan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk turut memperkaya analisis perkembangan sektor pertanian di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (a) melihat perkembangan jenis investasi di sektor pertanian yang signifikan terhadap total investasi di sektor pertanian, (b) mengetahui kontribusi dan laju pertumbuhan PDB dan NTB sektor pertanian. (c) mempelajari hubungan antara NTB sektor pertanian dengan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk, juga hubungan antara rasio NTB sektor pertanianlPDB dengan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk dari pelita IV -VI.
Hipotesis penelitian ini adalah : (a) Paling sedikit terdapat satu jenis investasi (PMDN, PMA dan APBN) yang berpengaruh secara signifikan terhadap total investasi di sektor pertanian, (b) perkembangan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian akan sejalan dengan tahap-tahap pembangunan yang tazim berlangsung, dan (c) peningkatan pendapatan per kapita dan jurnlah penduduk akan meningkatkan NTB sektor, sementara peningkatan pendapatan per kapita menyebabkan rasio NTB scktor pcrtanianlPDB akan menurun.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkompeten. Hipotesis diuji dengan menggunakan perangkat analisis kuantitatif. Untuk kontribusi dan laju pertumbuhan ekonorni digunakan hasil-hasil riset dan publikasi yang relevan dengan pembangunan sektor pertanian. Khusus untuk hubungan investasi. NTB dengan pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk juga rasio NTB sektor pertanian/PDB dengan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk digunakan metode regresi majemuk dengan sistem komputasi Software E-Views.
Hasil analisis menunjukkan investasi yang berasal dari PMDN berkorelasi positif secara signifikan terhadap total investasi di scktor pertanian. Perkembangan scktor pertanian Indonesia secara total mengalami peningkatan NTB dari waktu ke waktu dan kontribusinya cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya peran sektor lain. Disamping itu laju pertumbuhan sektor pertanian juga mcnurun. Sub sektor Tanaman Bahan Makanan memiliki peranan yang paling dorninan akan tetapi persentasenya cenderung menurun dari Pelita IV - VI.
Hasil regresi menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan jumlah penduduk mernpunyai hubungan positif secara signifikan terhadap NTB sektor pertanian. Terjadinya peningkatan pendapatan per kapita menyebabkan menurunnya rasio NTB sektor pertanian IPDB.
Untuk meningkatkan peran investasi yang berasal dari PMA diperlukan kebijakan yang kondusif bagi swasta untuk merangsang investor menanarnkan modainva di sektor pertanian. Analisis lebih lanjut juga dipcrlukan untuk melihat jenis investasi lain (hasil ekspor pertanian, hibah, In-edit dan peran masyarakat) yang memberikan kontribusi secara signifikan terhadap total investasi serta jenis insentif kebijakan dalam mendorong peningkatan investasi di sektor pertanian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Priyo Pratomo
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
332.6 Pra r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyanora Valentina
"Pada saat ini, kehadiran perusahaan-perusahaan asing dan produk-produk yang bersifat global sangat dirasakan keberadaannya. Investasi merupakan upaya untuk memperluas perusahaan ke negara lain agar dapat memanfaatkan sember daya yang dimiliki negara tersebut secara maksimal. Dalam pasar yang semakin bersifat global, kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing tidak mengenal batas negara. Arus investasi asing langsung (FDI) menjadi aliran modal terbesar dalam perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan taraf hidup di negara-negara berkembang membuka peluang untuk pengembangan pasar bagi perusahaan-perusahaan multinasional.
Peningkatan kemudahan akses ke pasar modal dunia telah memacu perusahaan-perusahaan multinasional mengarahkan investasi mereka ke negara-negara berkembang. Liberalisasi yang didukung oleh kebijakan investasi asing yang lebih berorientasi pasar di negara-negara berkembang menciptakan iklim investasi yang lebih menarik FDI. Berkurangnya hambatan dalam kegiatan investasi di negara-negara berkembang turut memperbaiki iklim investasi. Bhagwati (1978) berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh dari kehadiran investor-investor asing sangat ditentukan oleh kebijakan yang ditempuh pemerintah setempat. Manfaat kehadiran investasi-investasi asing lebih dapat dirasakan jika pemerintah menerapkan strategi yang berorientasi ekspor dengan persaingan yang lebih terbuka daripada jika menerapkan strategi substitusi import dengan memberikan perlindungan yang berlebihan kepada perusahaan-perusahaan lokal.
Kajian ini akan membahas dampak yang dihasilkan dalam penerapan kedua strategi tersebut di Indonesia. Semula pemerintah Indonesia menganut kebijakan substitusi import yang didukung oleh harga minyak yang tinggi hingga sekitar akhir tahun 1981. Kemudian, jatuhnya harga minyak dunia dan beberapa pendapatan penting lainnya memaksa pemerintah untuk beralih pada kebijakan yang berorientasi ekspor. Untuk menilai dampak dari kehadiran perusahaan-perusahaan asing, selain memperhatikan kondisi perekonomian secara makro juga perlu melihat kondisi mikro dan perbaikan iklim investasi secara keseluruhan. Perusahaan-perusahaan asing tersebut menj adi sumber pengembangan teknologi dan inovasi produk sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan lokal dan iklim industri domestik dalam menghadapi persaingan di dunia internasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aiz
"Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memunculkan semangat bagi masyarakat di daerah untuk ikut serta berpartisipasi dalam kehidupan bernegara. Partisipasi daerah yang selama ini terpinggirkan dalam sistem negara yang ?sentralistik? telah menjadikan moment otonomi daerah sebagai waktu yang tepat untuk ikut berperan di dalam menentukan kebijakan nasional.
Berdasarkan ketentuan mengenai pemerintahan daerah, kini berbagai kewenangan telah didelegasikan dari pusat ke daerah. Hal ini tidak saja menimbulkan dampak positif, seperti demokratisasi, namun juga membawa kepada kekhawatiran munculnya "negara" dalam negara akibat kekuasaan yang begitu besar yang dimiliki oleh setiap daerah.
Salah satu isu yang menjadi fokus perhatian masyarakat saat ini dalam kaitannya dengan aspek perekonomian adalah belum kondusifnya iklim investasi di Indonesia. Yang salah satu penyebabnya adalah pelaksanaan otonomi yang mengesampingkan kepentingan para investor. Keadaan ini diperburuk dengan munculnya peraturan perundang-undangan mengenai dunia usaha yang saling bertentangan dan tidak harmonis. Kota Bekasi menjadi obyek penelitian untuk dapat menggambarkan iklim investasi pasta otonomi daerah."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T16261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>