Ditemukan 2233 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Rajawali, 2008
297.8 URB
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"The Indonesian people are now witnessing the rise of religion in many parts of their daily lives. This phenomenon can be seen TV. mass media, and the internet which presents various religious activies such as dhikr, player, and religious talk shows. Interestingly, the pilgrims who participate in the activities of urban sufism is not just made up of ordinary people, but also hte actors, celebrities, government officials and the middle class. He is a social movement since the pilgrims have general responsibility to change the morality of society by practising an inclusive form of Islam. Therefore, sufism is not really a religious belief that a focus on individual interests, but also very encouraging pilgrims to contribute positively to society. Sufism had an important position in Indonesian society, though for a long period of declining role of modernity. However, sufism back up and draw pilgrims in urban areas because of ist positive and beneficial values for society. Indeed, urban sufism actually has played an important role in social change in Indonesia. Although he is not a political institution, but the principles and characteristics have encouraged and influence people to become good citizens and participate actively in the consolidation of democracy. As a result, urban sufism has a positive and significant influence on sosial chenga in Indonesia."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Zulkifli
Jakarta: INIS, 2002
297.8 ZUL s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Lings, Martin (Abu Bakr Siraj al-Din)
London: George Allen and Unwin, 1975
297.4 LIN w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
JIIS 2:2(2008)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Urban sufism merupakan sebuah fenomena sosial yang ditandai dengan meningkatnya gairah masyarakat urban terhadap praktik-praktik sufisme, seperti dzikir secara berjamaah, istighatsah, diskusi ilmiah mengenai sufisme, dan sebagainya. Masyarakat urban, sebagai masyarakat modern yang secara langsung merasakan proses modernisasi secara cepat, tentunya merasakan apa yang diistilahkan sebagai absurditas di mana manusia merasa terasing dalam dunianya sendiri. Mereka meyakini bahwa urban sufisme dapat dijadikan sebagai jalan untuk melawan absurditas tersebut dan menemukan kembali aspek humanitas yang sudah terkikis oleh modernitas. Urban sufisme menawarkan ketenangan hati atau ketentraman jiwa bagi masyarakat urabn yang setiap hari disibukkan dengan urusan pekerjaan dan bosan dengan kebisingan hiruk-pikuk keramaian kota. Ketertarikan mereka terhadap sufisme dilatarbelakangi oleh motif-motif yang berbeda, sehingga menimbulkan kecenderungan yang berbeda pula dalam mengikuti trend urban sufisme yang sedang marak belakangan ini. Secara umum, urban sufisme terbagi dalam dua kategori, yaitu tasawuf mali dan tasawuf falsafi. Dalam konteks ke-Indonesia-an, urban sufisme dapat dipetakan menjadi tiga tipologi, yaitu tasawuf sunni, tasawuf falsafi dan tasawuf salafi. Perbedaan dalam aspek epistemologi atau rancang bangun pemikiran keagamaan menimbulkan perbedaan orientasi dalam gerakan-gerakan sufisme. Ada yang memilih jalan konvensional melalui jalan tarekat yang disebut sebagai sufisme konvensional dan ada pula yang menempuh jalur non-tarekat atau disebut dengan urban sufisme. perbedaan antara urban sufisme dan sufisme konvensional terletak pada tiga hal: (1) geneologi dan mekanisme penetapan mursyid (2) mekanisme keanggotaan (bai'at atau sumpah setiap kepada mursyid (3) praktik dan tata cara dzikir. Dalam praktik dzikir, baik urban sufisme maupun sufisme konvensional mempunyai kesamaan persepsi. Artinya, dalam dzikir harus terpenuhi lima unsur, yaitu (1) kontinuitas (2) kesadaran (3) keikhlasan (4) kebersihan niat (5) tidak bertentangan dengan ritual ibadah."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Zulkifli
Leiden: INIS, 2002
297.409 ZUL s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Mohammad Juri
"Tesis ini membahas urgensi ajaran maqâmât dalam tasawuf terhadap Pembentukan moral politik di indonesia. Latar belakang pengambilan judul ini didasarkan pada fakta adanya dekadensi moral politik yang semakin meningkat di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Fenomena tersebut menjadi keresahan penulis, sebab tasawuf sebagai cabang ilmu keislaman mengajarkan moral melalui penyucian hati dan pengisian raga dengan nilai-nilai yang baik.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif-analitik. Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus tentang objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau kuantifikasi. Deskriptif berarti menguraikan fakta secara sistematis. Penulis menguraikan data-data itu setelah dilakukan klasifikasi sesuai dengan objek penelitian, yaitu ajaran maqâmât dalam tasawuf dan moral politik di Indonesia. Selanjutnya, penulis melakukan analisis terhadap data-data tersebut berdasarkan teori etika dan teori qalb Al-Ghazali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara ajaran maqâmât dalam tasawuf dengan moral politik di Indonesia yang terkandung dalam Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa terletak pada sifat dasar moralnya, sama-sama memiliki maksud untuk menciptakan elit politik dan pejabat negara yang baik dan bersih serta aspek legalitasnya secara konstitusi. Sedang ajaran maqâmât dapat dijadikan moral dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga moral dalam berinteraksi sesama manusia utamanya dalam bidang politik. Sebagai moral kepada Tuhan, ajaran maqâmât dapat menghadirkan kondisi psikologis yang bersifat spiritual (ahwâl) seperti ketentraman dan ketenangan hati (al-thuma’nînah) serta dapat melahirkan sikap sosial-politik yang baik. Sedang ajaran maqâmât sebagai konsep moral politik dapat diaktualisasikan oleh para elit politik dan pejabat penyelenggara pemerintahan dengan menggunakan reinterpretasi konsep ajaran maqâmât.
This thesis discusses the urgency stages (maqâmât) teachings of Sufism to the Formation of moral politics in Indonesia. The background of this research is based on the fact of political decadence that is increasing in Indonesia, which is predominantly Muslim. This phenomenon is a concern to the authors, because Sufism as a branch of Islamic knowledge taught morals through the purification of the heart and soul filling with good values.This research is qualitative descriptive-analytic design. Qualitative research is a specialized study of history that can not be studied statistics or quantification. Descriptive means systematically outlines the facts. The author outlines the data after classification in accordance with the object of research, ie the teachings of Sufism and moral maqamat in Indonesian politics. Furthermore, the authors conducted an analysis of these data based on the theory of ethics and the theory of qalb al-Ghazali.The results showed that the relationship between the teachings of Sufism with moral maqamat in Indonesian politics is contained in Decree No. VI/MPR/2001 on Ethics life of the nation lies in the nature of the moral, both have the intention to create the political elite and state officials good and clean as well as the aspects of legality in the constitution. Medium can be used as a moral teachings in stages draw closer to God and also moral human beings interact primarily in the field of politics. As a moral form of God, the teachings stages can bring spiritual psychological condition (states) such tranquility and peace of mind (al-thuma'nînah) and can generate socio-political attitudes are good. Stages teachings as being a political moral concepts can be actualized by the political elite and government administration officials using the reinterpretation of the concept of stages teachings."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kautsar Azhari Noer
[Place of publication not identified]: Titik-Temu: Jurnal Dialog Peradaban, 2009
TIJUDIP
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ajid Thohir
"The study of historiography has a great contribution to understand the dynamics of lslamic society in the past both cultural and intellectual. The emergence trend of the persona themes and how many works are coming up that should be conceived as an ideological character which places the important position of figure in the Islamic history. The relationship between a work and the cultural dynamics at any time and space reflects their respective historical work which is highly motivated by the cultural interest complexity. The study of persona in the lslamic historiography occupies a strategic position, particularly in strengthening and forming the schools. in the Islamic world, especially in the field of fiqh and Sufism. The study of biographical persona is not only restricted to thabaqat, tarjamah, and ansâb, but also to the study of persona that leads to the formation of hagiography (Manaqib), putting someone as a top figure of both intellectual and spiritual in the religious world. The Manaqib Book is a symbol in the schools tie and forms a psychological cohesiveness for the disciples of madzhab."
Research and Development and Training Ministry of Religious Affairs of the Republic Indonesia, 2012
297 IJRLH 1:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library