Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: EGC, 1986
615.329 ANT t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dumitrescu, Alexandrina L.
Heidelberg : Springer, 2011
617.632 DUM a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Atna Permana
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian :
Kecenderungan peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu telah menjadi masalah kesehatan yang perlu dicermati. Masalah tersebut menyebabkan pengobatan menjadi mahal dan tidak efektif Dalam upaya untuk mencari antibiotik yang efektif, salah satu alternatif adalah dengan melakukan kombinasi dua antibiotik, Selaras dengan itu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek kombinasi dua antibiotik dalam hal ini antibiotik fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon. Pengujian dibagi dalam beberapa strategi yaitu : (1). Penentuan KHM masing-masing antibiotik dengan metode tube dilution, (2). Penentuan KHM kombinasi dua antibiotik dengan metode checkerboard titration. (3). Penentuan time kill curve. (4). Penentuan postantibiotic effect (PAE).
Hasil dan Kesimpulan :
Isolat klinik yang digunakan untuk uji kombinasi adalah Pseudomonas aeruginosa (30 galur), Enterobacter aerogenes (30 galur), Escherichia coil (30 galur) dan Staphylococcus aureus (30 galur). Berdasarkan penentuan KEM obat tunggal, ditemukan banyak kuman yang resisten terhadap antibiotik uji, yaitu Pseudomonas aeruginosa 86,7% resisten terhadap fosfomisin dan 33,3% resisten terhadap sulbaktam-sefoperazon; Enterobacter aerogenes 80% resisten terhadap fosfomisin sedangkan Escherichia coil dan Staphylococcus aureus masingmasing 13,3% dan 33,3 % resisten terhadap fosfomisin. Kadar Hambatan Minimum (KHM) kedua antibiotik terhadap isolat klinik yang diperoleh pads penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa berkisar 0,25 - 2048 tg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; Enterobacter aerogenes berkisar 0,125 - 2048 pg/ml , 66,7% menunjukkan sinergis; Escherichia coil berkisar 0,125 - 1024 gg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; dan Staphylococcus aureus berkisar 0,06 - 512 µg/ml, 56,7 % menunjukkan sinergis. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antagonis. Kombinasi fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon mampu menurunkan KHM masing-masing obat, Sedangkan basil PAE yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai PAE antibiotik kombinasi memberikan basil yang lebih lama jika dibandingkan dengan antibiotik tunggal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Hana Iradhati
"Griseofulvin merupakan obat antifungi yang memiliki kelarutan yang buruk serta dapat memberikan efek samping apabila digunakan secara oral dalam jangka panjang; seperti proteinuria, nefrosis, leukopenia, dan hepatitis. Griseofulvin dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan mikroemulsi untuk meningkatkan kelarutannya. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengevaluasi formulasi mikroemulsi gel untuk penggunaan topikal sehingga meningkatkan kelarutan dan keamanan griseofulvin. Formula mikroemulsi yang didapatkan dari hasil optimasi mengandung 5% asam oleat sebagai fase minyak, 25% tween 80 sebagai surfaktan, dan 20% etanol (96%) sebagai kosurfaktan. Pengamatan organoleptis menunjukkan mikroemulsi memberikan warna kuning dan transparan, sementara mikroemulsi gel memberikan warna kuning dan agak keruh. Sediaan mikroemulsi dan mikroemulsi gel yang dihasilkan memiliki ukuran globul 158.0 nm dan 226.0 nm dan stabil pada penyimpananpada temperatur 4°C ± 2°C, 25°C ± 2°C, dan 40°C ± 2°C.

Griseofulvin is an antifungal drug with low solubility and several serious side effects that could occur when used orally for long period of time, such as proteinuria, nephrosis, leucopenia, and hepatitis. Griseofulvin solubility could be enhanced by formulating it into microemulsion. The main objective of this research is to make and evaluate the formulationof griseofulvon microemulsion gel for topical use to increase the solubility and safety of the drug. The optimized microemulsion formula contains 5% oleic acid as oil phase, 25% tween 80 as surfactant, and 20% etanol (96%) as cosurfactant. Organoleptic observation of microemulsion showed clear and transparent yellowish color, while the microemulsion gel showed hazy yellowish color. Both microemulsion and microemulsion gel have alcoholic smell. The globule size of microemulsion and microemulsion gel are 158.0 nm and 226.0, respectively. Griseofulvin microemulsion gel was stable at temperature 4°C ± 2°C, 25°C ± 2°C, and 40°C ± 2°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas antimikroba dan efek sitotoksisitas ekstrak etanol dari akar tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl) dan sari buah merah (Pandanus conoideus Lam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari ketiga jenis tanaman tersebut menunjukkan adanya aktifitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosae ATCC 27853 dan Candida albicans. Pada pengujian efek sitotoksisitas dengan cara brine shrimp lethality test (BSLT) menggunakan Artemia salina Leach menunjukkan bahwa nilai LC 50 ekstrak etanol dari akar tanaman akar kucing, mahkota dewa dan sari buah merah, masing-masing adalah 1,279 ug/ml, 0.123 ug/ml and 0.054 ug/ml.

The antimicrobial activity and cytotoxic effect of ethanol extract of Acalypha indica Linn, Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl and Pandanus conoideus Lam, had been carried out. The results of the research showed that those ethanol extracts had antimicrobial activities against Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosae ATCC 27853 and Candida albicans. The determination of cytotoxic effects of those ethanol extracts by brine shrimp lethality test (BSLT) using Artemia salina Leach showed that LC 50 of Acalypha indica Linn, Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl and Pandanus conoideus Lam were 1,279 ug/ml, 0.123 ug/ml and 0.054 ug/ml respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuko Olivia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan dan menganalisa aktivitas antimikroba pada ekstrak etanol dari biji dan buah Jeruk Bali (Citrus maxima) dibandingkan dengan ekstrak etanol dari biji dan buah grapefruit (Citrus paradisi). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali dan grapefruit diselidiki untuk aktivitas antimikroba terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Efek antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivitas antimikroba dibandingkan dengan aktivitas antibiotik spektrum luas sebagai kontrol positif. Meskipun kedua ekstrak etanol tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, ekstrak etanol dari pomelo yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil positif dengan efek mematikan pada Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan zona inhibisi dari 22 - 30 mm, dan lebih unggul dari ekstrak etanol grapefruit (17-25 mm). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali memiliki efek antimikroba yang baik, dan dapat dipakai sebagai alternatif dari pengawet alami untuk kosmetik.

The purpose of this study is to formulate and analyze the antimicrobial activity of ethanolic extract of Indonesian pomelo (Citrus maxima) seeds and pulp compared to the grapefruit (Citrus paradisi) seeds and pulp ethanolic extract. Ethanolic extracts of pomelo and grapefruit seeds and pulp were investigated for activity against Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albicans. The level of antimicrobial effects was established using agar diffusion method. Their antibacterial and antifungal activity was compared to the activity of broad spectrum antibiotic as a control. Although both of the ethanolic did not show any antimicrobial activity against Candida albicans, the ethanolic extract of pomelo seeds and pulp used in this research gave positive results with lethal effect on Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus and Escherichia coli with zones of inhibition ranging from 22 – 30 mm in diameter, which is more superior to grapefruit seeds and pulp ethanolic extract (17 – 25 mm). Ethanolic extract of pomelo seeds and pulp has a good antimicrobial effect, which makes it a good natural preparation for use as an alternative preservative for cosmetic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Annelita Malau
"Resistensi obat merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam dunia kesehatan, sehingga sangat penting untuk dilakukan pengembangan obat baru dengan resistensi yang lebih rendah. Dihidropiridin merupakan senyawa dengan aktivitas antimikroba yang sudah banyak diteliti. Sintesis senyawa turunan dihidropiridin baru dilakukan untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas lebih baik. Oleh karena itu dilakukan sintesis dan karakterisasi dua senyawa, yaitu 2,6-dimetil-4‐[4-(trifluorometill)fenil]-1,4-dihidropiridin,5-dikarbaldehida dan 2,6-dimetil-4-[2-etenilfenil]-1,4‐dihidropiridin-3,5-dikarbaldehida. Sintesis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu reaksi Hantzsch yaitu reaksi antara beta ketoester, amonia, dan aldehid yang menghasilkan senyawa 1, yaitu 3,5-dietil-2,6-dimetil-4-(4-(trifluorometil))fenil)-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat (1a) dan senyawa 2, yaitu 3,5‐dietil-2,6-dimetil-4-[2-etenilfenil]‐1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat (2a). Kedua senyawa hasil sintesis tahap 1 diuji kemurniannya menggunakan KLT dan penetapan jarak lebur serta elusidasi struktur. Jarak lebur yang diperoleh dari senyawa 1a dan 2a berturut-turut adalah 118-120 °C dan 140-142 °C. Hasil elusidasi struktur menunjukkan bahwa senyawa 1a dan 2a dari tahap 1 terbentuk. Perolehan kembali senyawa murni yang didapat dari senyawa 1a dan 2a berturut-turut adalah 30,4% dan 57,8%. Tahap kedua dilakukan dengan mereduksi senyawa tahap 1 menggunakan DIBAL-H. Namun dari hasil analisis menggunakan KLT Densitometri didapatkan Rf dan panjang gelombang yang sama dari senyawa tahap 1 yang mengindikasikan senyawa tahap 1 tidak tereduksi.

Drug resistance is one of the problems occuring around the world. Therefore, it is important to develop new drugs with lower resistance. Dihydropyridine is a compound with antimicrobial activity that has been excessively researched. Synthesis of new type of dihydropyridine derivatives was done to achieve said compoud with better activity. On that account, the synthesis and characterization of two compounds were observed: 2,6-dimetyl-4-[4-(trifluoromethyl)phenyl]-1,4-dihydropyridine,5-dicarbaldehyde and 2,6-dimethyl–4-[2-ethylphenyl)-1, 4-dihydropyridin-3,5‐dikarbaldehyde. Synthesis was carried out in two steps. The first step is a Hantzsch reaction that acts on beta ketoesters, ammonia, and aldehyde, producing compounds 1, namely 3,5-diethyl-2,6-dimethyl-4-(4-(trifluoromethyl))phenyl)-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate and compound 2, namely 3,5-diethyl 2,6-dimethyl-4[2phenylethenyl]1,4‐dihydropyridine3,5‐dicarboxylate. Both compounds resulting from first step of synthesis were tested for purity using thin-layer chromatography, melting point, and structure elucidation. The melting point from the first and second compounds are 118-120°C and 140-142°C, respectively. The results of structural elucidation show that both compounds 1 and 2 of stage 1 are formed. The yield of pure compounds obtained is 30.4% for compound 1 and 57.8% for compound 2. The second step carried out by reducing the first step compounds using DIBAL-H. However, TLC-Densitometry analysis showed that the value of retention factor and wavelength are the same as the first-stage compounds, indicating that stage 1 compounds are unreduced."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Amarissa
"Senyawa turunan 1,4-dihidropiridin dikembangkan hingga saat ini karena memiliki aktivitas yang cukup banyak diantaranya memberikan efek vasodilatasi otot polos dan jantung, antioksidan, antituberkulosis, antitumor, dan antimikroba. Senyawa turunan 1,4-dihidropiridin masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap gugus-gugus substituennya untuk memperoleh aktivitas yang optimal. Hal tersebut karena 1,4-dihidropiridin menunjukkan aktivitas antimikroba yang dapat meningkat dengan adanya substitusi aromatik pada C4 serta substitusi gugus penarik elektron pada C3 dan C5. Oleh karena itu dilakukan sintesis dan elusidasi senyawa turunan 1,4-dihidropiridin yang tersubstitusi gugus fenil dan fluorofenil pada posisi 4. Sintesis dilakukan dalam 2 tahap yaitu untuk menghasilkan senyawa pertama yaitu 4‐(4‐fluorofenil)‐2,6‐dimetil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarbaldehida dan senyawa kedua yaitu 2,6‐dimetil‐4‐fenil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarbaldehida. Sintesis tahap 1 melalui reaksi Hantzsch menggunakan metode refluks selama kurang lebih 4-5 jam. Monitoring reaksi menggunakan kromatografi lapis tipis. Pemurnian kedua senyawa dilakukan dengan kromatografi kolom dan rekristalisasi. Hasil elusidasi struktur menyatakan bahwa hasil sintesis tahap 1 senyawa pertama yaitu 3,5‐dietil 2,6‐dimetil‐4‐fenil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarboksilat dan senyawa kedua yaitu 3,5‐dietil 4‐(4‐fluorofenil)‐2,6‐dimetil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarboksilat. Nilai rendemen yang didapatkan dari senyawa pertama dan kedua berturut-turut yaitu 51,50 % dan 39,25%. Profil senyawa yang disintesis pada tahap pertama senyawa pertama yaitu serbuk putih kekuningan dengan titik lebur 150±2°C dan senyawa dua yaitu serbuk berwarna putih dengan titik lebur 158±2°C. Percobaan sintesis tahap 2 dilakukan dengan reaksi reduksi DIBAL-H dengan pelarut tetrahidrofuran dan diklorometana serta dilanjutkan percobaan dengan reduktor NaBH4. Senyawa tahap 2 dinyatakan tidak terbentuk karena profil elusidasi yang sama dengan senyawa tahap 1.

Compounds of 1,4-dihydropyridine derivatives were developed until now because they have quite a lot of activities including smooth muscle and heart vasodilation effects, antioxidants, antituberculosis, antitumor, and antimicrobial. The 1,4-dihydropyridine derivative compound still needs further research on its substituent groups to obtain optimal activity. This is because 1,4-dihydropyridine shows antimicrobial activity that can increase with aromatic substitution at C4 and substitution of electron-withdrawing groups at C3 and C5. Therefore, the synthesis and elucidation of 1,4-dihydropyridine derivative compounds substituted with phenyl and fluorophenyl groups at position 4 were carried out. The synthesis was carried out in 2 stages, to produce the first compound, namely 4-(4-fluorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarbaldehyde and the second compound, namely 2,6-dimethyl-4-phenyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarbaldehyde. Stage 1 synthesis via Hantzsch was reacted by reflux for 4-5 hours. The compound was monitored by thin-layer chromatography. Purification of both compounds was carried out by column chromatography and recrystallization. The results of structural elucidation stated that in stage 1 the first compound was 3,5-diethyl 2,6-dimethyl-4-phenyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate and the second compound was 3,5-diethyl 4-(4-fluorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate. The yield values obtained from the first and second compounds were 51,50% and 39,25%, respectively. The profile of the first compounds synthesized in the first stage was a yellowish white powder with a melting point of 150 ± 2°C and compound two was a white powder with a melting point of 158 ± 2°C. Stage 2 experiments were carried out with the reduction reaction of DIBAL-H with tetrahydrofuran and dichloromethane solvents and continued experiments with NaBH4 reductant. The stage 2 compound was declared not formed due to the same elucidation profile as the stage 1 compound."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"Salah satu aspek yang terdapat pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu pengelolaan sediaan farmasi, dimana dalam pengelolaan sediaan farmasi, terdapat perencanaan kebutuhan dan pengadaan sediaan farmasi, serta dilakukan proses seleksi sediaan farmasi yang akan digunakan di Puskesmas, yang akan menghasilkan Formularium Puskesmas, yang mengacu pada Daftar Obat Esesnsial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional, serta mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan rencana pengembangan. Formularium Puskesmas harus ditinjau secara berkala untuk melihat perbandingan penggunaan obat yang diresepkan pada periode sebelumnya dengan periode sekarang agar sesuai dengan tren penyakit dan kebutuhan obat di Puskesmas. Daftar obat-obatan pada Formularium Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode sebelunnya beberapa diantaranya mengalami dead stock, terjadi pengalihan pengobatan, dipilihnya terapi lain yang digunakan, dan perubahan tren kasus penyakit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan Formularium Puskesmas Kecamatan Palmerah untuk periode 2022 khususnya pada kelas terapi antiinfeksi serta antimigren dan antivertigo. Melalui tugas khusus ini, diketahui pembaharuan daftar obat pada Formularium Puskesmas Kecamatan Palmerah tahun 2022 untuk kelas terapi antiinfeksi terdapat sembilan item obat yang ditambahkan dan delapan item obat yang dihapus dari daftar obat dikarenakan pola peresepan obat dan penambahan terapi obat mengikuti Formularium Nasional edisi terbaru, dan untuk kelas terapi antimigren dan antivertigo terdapat satu jenis obat yang dihapus dari daftar obat dikarenakan pola peresepan obat.

One of the aspects in the pharmaceutical service standards at the Puskesmas is the management of pharmaceutical preparations, which include planning for the needs and procurement of pharmaceutical products, as well as a selection process for pharmaceutical preparations to be used at the Puskesmas, which will produce a Puskesmas Formulary. The Puskesmas formulary must be reviewed periodically to see a comparison of the use of drugs prescribed in the previous period with the current period so that it is compatible with disease trends and drug needs at the Puskesmas. In the previous period of Puskesmas Kecamatan Palmerah Formulary, some of the medicine that listed in the Formulary were dead stocks, there was a transfer of treatment, other therapies were chosen, and changes in the trend of disease cases. Therefore, this study was conducted to determine changes in the Formulary of the Puskesmas Kecamatan Palmerah for the 2022 period, especially in the class of antiinfection and antimigraine-antivertigo therapy. Through this research, it was discovered that the updating of the drug list at the Puskesmas Kecamatan Palmerah Formulary for 2022 for the class of antiinfection therapy included nine drug items added and eight drug items removed from the drug list due to the pattern of drug prescribing and addition of drug therapy following the latest edition of the National Formulary, and for the class of antimigraine and antivertigo therapy, there was one drug items that was removed from the drug list due to drug prescribing patterns."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>