Ditemukan 688 dokumen yang sesuai dengan query
Mueller, Conrad G.
New York : Time Incoporated, 1966
535 MUE l
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Alya Amany
"Museum merupakan tempat untuk manusia mempelajari banyak hal melalui display-display pada ruang pamer museum sehingga seharusnya display museum harus inklusif agar spektrum user dapat lebih luas. Dalam rangka museum sebagai tempat memamerkan objek tertentu dan inklusif, lighting termasuk pada hal yang paling krusial pada. Hunt (2009) menyatakan bahwa Lighting adalah salah satu komponen penting dalam lingkungan museum karena ruang memungkinkan pengunjung untuk melihat objek, mengalami pemandangan baru dan bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, lighting pada museum berperan sebagai penciptaan suasana yang ideal dalam mengeksplorasi informasi di museum. Dalam merancang lighting ideal yang dapat memenuhi kebutuhan pelestarian benda dan membentuk pengalaman spasial pengunjung, maka diperlukan semacam strategi pada pencahayaan, salah satunya adalah layering light. Layering light merupakan penggunaan berbagai jenis lighting pada interior yang bertujuan untuk menunjang fungsi dan pengalaman spasial pada suatu ruang. Semua lapisan cahaya bekerja sama untuk menciptakan desain yang utuh dan kohesif (Karlen, 56, 2017).
Penggunaan lighting yang beragam memaksa indera penglihatan manusia harus beradaptasi terhadap kualitas dan kuantitas cahaya yang berbeda-beda pada lighting yang berbeda pula. Sehingga pada penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif dengan pembahasan secara deskriptif. Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data pada skripsi ini adalah studi literatur, mengidentifikasi, dan menganalisis strategi penggunaan layering light pada museum dan bagaimana dampaknya terhadap adaptasi visual user.
Museums are places for people to learn many things through displays in museum showrooms, so museum displays should be inclusive so that the spectrum of users can be wider. In the context of a museum as a place to exhibit certain and inclusive objects, lighting is one of the most crucial things. Hunt (2009) states that lighting is one of the important components in a museum environment because space allows visitors to see objects, experience new views and react to the surrounding environment. Thus, lighting in the museum plays a role in creating an ideal atmosphere in exploring information in the museum. In designing ideal lighting that can meet the needs of object preservation and shape the visitor's spatial experience, a lighting strategy is needed, one of which is layering light. Layering light is the use of various types of lighting in the interior which aims to support the function and spatial experience in a space. All layers of light work together to create a cohesive and cohesive design (Karlen, 56, 2017).The use of various lighting forces the human sense of sight to adapt to different quality and quantity of light in different lighting. So in this study, is a qualitative research with a descriptive discussion. The method that will be used to collect data in this thesis is to study literature, identify, and analyze strategies for using layering light in museums and how they impact the visual adaptation of users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Novin Syahputra
"Dalam penelitian ini, telah dibuat sebuah alat ukur yang dapat mengukur panjang gelombang cahaya. Dengan memanfaatkan fenomena sifat cahaya, penulis ingin mengetahui besar nilai panjang gelombang dan pola distribusi intensitas difraksi pada cahaya yang melewati kisi difraksi apakah sesuai dengan teori berdasarkan referensi. Sumber cahaya yang digunakan berupa sinar laser merah monokromatik dan polikromatik yang menghasilkan warna RGB serta lampu merkuri. Kisi difraksi dan sumber cahaya digerakkan dengan motor DC yang dilengkapi rotary encoder untuk menentukan posisinya. Semua pergerakan alat ini dikendalikan oleh program LabVIEW National Instrument dan pengolahan gambar dilakukan dengan program Vision Assistant.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sumber cahaya merah monokromatik dengan kisi difraksi 300 garis/mm, panjang gelombang cahaya yang dihasilkan (640 - 676) nm dengan besar kesalahan relatif sebesar 0,32 %. Warna biru dengan kisi 600 garis/mm, panjang gelombang cahaya yang dihasilkan (454 - 475) nm, dengan besar kesalahan relatif sebesar 0,31 %. Warna hijau dengan kisi 600 garis/mm, panjang gelombang cahaya yang dihasilkan (524 - 547) nm, dengan besar kesalahan relatif sebesar 0,19 %. Warna merah dengan kisi 600 garis/mm, panjang gelombang cahaya yang dihasilkan (654 - 697) nm, dengan besar kesalahan relatif sebesar 0,34 %. Semakin besar orde difraksi maka semakin lemah tingkat intensitas yang dihasilkan.
In this research, has created a measuring instrument which can measure light intensity distribution pattern. By exploiting phenomenon the nature of light, the author would like to know the value of wave l ength and the intensity distribution of the diffraction pattern on laser light that passes through a diffraction grating so it can be appropriate to reference theory. The source of light use red of monochromatic, polychromatic light which produce RGB color and mercury lamp. Grating diffraction and source of light are moved by DC motor with go forward and go back moving, which next by rotary encoder change distance become counter in partition. The all of these moving are manage by LabVIEW National Instrument and processing of image is executed of Vision Assistant program. The result of research is red monochromatic with width diffraction grating 300 lines/mm, is produced wave length of light (640 - 676) nm with relative error 0,32 %. For blue color with width diffraction grating 600 lines/mm, is produced wave length of light (454 - 475) nm with relative error 0,31 %. For green color with width diffraction grating 600 lines/mm, is produced wave length of light (524 - 547) nm with relative error 0,19 %. For red color with width diffraction grating 600 lines/mm, is produced wave length (654 - 697) nm with relative error 0,34 %. The greater order of diffraction then the less level of intensity was resulted."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43429
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sobel, Michael I.
Chicago : University of Chicago, 1987
535 SOB l
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Wechsler, Harry
Boston: Academic Press, 1990
006.3 WEC c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ballard, Dana H.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1982
621.380 414 BAL c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Boston: Houghton Mifflin, 1974
152.14 RET
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
[Place of publication not identified]: Princeton University Press, 1970
149.3 BUO m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
London: Academy Editions, 1982
720.9 VIS
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hay, John E.
New York: W.W. Norton & Co., 1991
R 598.338 HAY b
Buku Referensi Universitas Indonesia Library