Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatang Sumarsono
Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1993
923.5 TAT d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Agus
"Pertanyaan mendasar yang dicoba dijawab dalam buku ini adalah mengapa pertanian yang telah menjadi landasan perkembangan tingkat peradaban selanjutnya itu malah membuat kehidupan petaninya semakin sulit? Buku ini menggunakan sudut pandang bahwa pembangunan pertanian perlu dipandang sebagai nilai dasar, maka dengan sendirinya nilai dasar lain seperti keadilan, kesetaraan, kesejahteraan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan menurut buku ini adalah proses pencapaian status dan sekaligus pula kemampuan petani untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Tingkat kehidupan petani yang semakin baik akan menciptakan tingkat kehidupan masyarakat secara keseluruhan semakin baik. Kmerdekaan bagi pertani menciptakan kemerdekaan untuk semua. Secara empiris isi kesimpulan di atas dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat di negara maju. Surplus pertanian d negara maju tidak membuat petaninya menjadi petani marginal, walaupun harga-harga riil komodias pertanian terus menurun. Bahkan, menurut ukuran skala usahatani, petani di negara maju mengalami peningkatan skala lahan usaha secara signifikan. Kondisi terbalik terjadi pada petani di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu terjadinya proses guremisasi. Tidak terjadinya proses marginalisasi petani di negara maju bukan akibat dari lingkungan pasar komoditas pertaninan yang sempurna tetapi lebih disebabkan oleh hadirnya negara dalam mengatasi kegagalan pasar. Lebih tepatnya negara dengan memangaatkan kemajuan industri membeli kelimpahan pangan. Ini merupakan proses pemerdekaan petani demi kemakmuran semua, Kelimpahan pangan menurunkan harga pangan tetapi tidak menurunkan tingkat kesejahteraan petaninya. Buku ini mengajukan solusi pemerdekaan petani yang akan memerdekakan semua masyarakat, khususnya di negara berkembang. Penerapan dari pemikiran ini adalah dengan mengedepankan strategi pembangunan berdasarkan pola adaptasi jangka panjang berbasis pada keunikan sistem lingkungan di mana kegiatan pertanian itu dikembangkan. Keunikan adaptasi pohon jati untuk wilayah beriklim tropika kering dan pohon ek (oak) untuk wilayah iklim sedang dijadikan sebagai simbol keunggulan model pembangunan berdasarkan model pemerdekaan dan keberlanjutan sekaligus."
Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021
338.1 PAK k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Robinson, Tjalie
Arnhem: Gelderse cultureel raad, 1992
BLD 839.36 ROB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The proclamation of the Independence of Indonesia as a governmental act bears a highly fundamental function in terms of the establishment of its identity and sovereignty. This article explores the practical and juridical consequences of the proclamation both as a legal and political act. As a political statement, the proclamation effectively changed the fate of the Indonesian people embodying their rejection of colonialism, a practice viewed as inconsistent with humanity and fairness. As a legal event, the proclamation accorded the country a new legal status as an independent state with a sovereign government, legal order and legal certainty under an autonomous and free governance regime."
LRUPH 12:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayik Evrie Tiana
"Penelitian ini bermaksud mengungkapkan makna ungkapan-ungkapan bahasa yang terkandung dalam enam (6) lirik lagu Didi Kempot yang berjudul Sewu Kutha, Layang Kangen, Lingsa Tresna, Terminal Tirtonadi, Cidra dan Suket Teki. Penelitian ini ingin menunjukkan ungkapan-ungkapan apa saja yang terdapat pada lirik lagu karya Didi Kempot. Ungkapan bahasa pada lirik-lirik lagu Didi Kempot ternyata merupakan salah satu unsur terpenting di samping melodi lagu-lagunya. Makna dan pesan moral lagu-lagu Didi Kempot justru terkandung dan tercermin dalam ungkapan-ungkapan bahasanya, bahkan ungkapan-ungkapan itu memaksa pendengar untuk ikut berimajinasi dan berkelana mengarungi pengalamanpengalaman hidupnya yang penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan cinta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memaparkan fakta-fakta yang akurat mengenai suatu fenomena. Hasil dari penelitian ini menemukan 3 jenis ungkapan bahasa dalam lirik-lirik lagu Didi Kempot yaitu bebasan merupakan ungkapan yang bermakna konotasi, paribasan merupakan ungkapan yang tidak terdapat unsur pengandaian, dan sanepa sebagai ungkapan yang memiliki arti yang berlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan yang baru berkaitan dengan penciptaan ungkapan-ungkapan bahasa yang orisinal dan khas dari seorang Didi Kempot sebagai pencipta lagu berbahasa Jawa masa kini.

This study intends to reveal the meaning of the linguistic expressions contained in six (6) lyrics of Didi Kempot's song entitled Sewu Kutha, Layang Kangen, Lingsa Tresna, Terminal Tirtonadi, Cidra, and Suket Teki. This study wants to show what expressions are contained in the lyrics of the song by Didi Kempot. The expression of language in the lyrics of Didi Kempot's songs turns out to be one of the most important elements in addition to the melodies of his songs. The meaning and moral message of Didi Kempot's songs are actually contained and reflected in the expressions of the language, in fact, these expressions force the listener to join in the imagination and wander through his life experiences which are full of pain and misery of love. This study uses a qualitative descriptive method by describing accurate facts about a phenomenon. The results of this study found 3 types of linguistic expressions in the lyrics of Didi Kempot's songs, namely bebasan is an expression that has connotations, paribasan is an expression that does not contain presuppositions, and sanepa is an expression that has the opposite meaning. This study aims to provide new insights and knowledge related to the creation of original and distinctive language expressions of Didi Kempot as a contemporary Javanese songwriter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayik Evrie Tiana
"terkandung dalam enam (6) lirik lagu Didi Kempot yang berjudul Sewu Kutha, Layang Kangen, Lingsa Tresna, Terminal Tirtonadi, Cidra dan Suket Teki. Penelitian ini ingin menunjukkan ungkapan-ungkapan apa saja yang terdapat pada lirik lagu karya Didi Kempot. Ungkapan bahasa pada lirik-lirik lagu Didi Kempot ternyata merupakan salah satu unsur terpenting di samping melodi lagu-lagunya. Makna dan pesan moral lagu-lagu Didi Kempot justru terkandung dan tercermin dalam ungkapan-ungkapan bahasanya, bahkan ungkapan-ungkapan itu memaksa pendengar untuk ikut berimajinasi dan berkelana mengarungi pengalaman-pengalaman hidupnya yang penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan cinta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memaparkan fakta-fakta yang akurat mengenai suatu fenomena. Hasil dari penelitian ini menemukan 3 jenis ungkapan bahasa dalam lirik-lirik lagu Didi Kempot yaitu bebasan merupakan ungkapan yang bermakna konotasi, paribasan merupakan ungkapan yang tidak terdapat unsur pengandaian, dan sanepa sebagai ungkapan yang memiliki arti yang berlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan yang baru berkaitan dengan penciptaan ungkapan-ungkapan bahasa yang orisinal dan khas dari seorang Didi Kempot sebagai pencipta lagu berbahasa Jawa masa kini.

This study intends to reveal the meaning of the linguistic expressions contained in six (6) lyrics of Didi Kempot's song entitled Sewu Kutha, Layang Kangen, Lingsa Tresna, Terminal Tirtonadi, Cidra, and Suket Teki. This study wants to show what expressions are contained in the lyrics of the song by Didi Kempot. The expression of language in the lyrics of Didi Kempot's songs turns out to be one of the most important elements in addition to the melodies of his songs. The meaning and moral message of Didi Kempot's songs are actually contained and reflected in the expressions of the language, in fact, these expressions force the listener to join in the imagination and wander through his life experiences which are full of pain and misery of love. This study uses a qualitative descriptive method by describing accurate facts about a phenomenon. The results of this study found 3 types of linguistic expressions in the lyrics of Didi Kempot's songs, namely bebasan is an expression that has connotations, paribasan is an expression that does not contain presuppositions, and sanepa is an expression that has the opposite meaning. This study aims to provide new insights and knowledge related to the creation of original and distinctive language expressions of Didi Kempot as a contemporary Javanese songwriter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Wahyu Sudirman
Yogyakarta : Liberty , 1982
174 DID b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Didi Bachtiar
Jakarta: Bumi Grafika, 1979
616.852 LUB i (1);616.852 LUB i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Retor A.W.
"ABSTRAK
Studi ini mengkaji tentang fenomena rakyat kecil atau kelas kepemilikan negatif sebagai akibat ideologi eksploitatif melalui penggunaan kekuasaan, menyangkut eksploitasi sumber daya alam dan penempatan penduduknya sebagai sumber tenaga murah, yang disebut Frank Parkin penutupan sosial dengan pengucilan. Di tengah kekayaan alam Indonesia yang melimpah, operasi ideologi eksploitatif mempengaruhi struktur kekuasaan di bidang ekonomi sejak masa kolonial hingga era kemerdekaan. Terdapat hubungan antara kurangnya penghargaan kemajemukan bangsa, khususnya pengakuan terhadap akar sosio-historis di masyarakat, dengan fenomena kemiskinan. Dalam menghadapi ideologi eksploitatif, nasionalisme di Indonesia secara konseptual dikaitkan dengan gagasan keadilan sosial untuk membebaskan rakyat kecil dari kondisi penutupan sosial dengan pengucilan. Ada aspek-aspek partikular dan universal yang bersifat eklektis antara gagasan dari barat dan kondisi Indonesia. Dalam politik nasional, fenomena rakyat kecil dan kemiskinannya melahirkan istilah khasnya sebagai pembelaan terhadap mereka, yakni marhaen dan wong cilik. Pada masyarakat Indonesia yang majemuk, selain memerlukan promosi keyakinan identitas nasional, nasionalisme bagi rakyat kecil juga perlu didukung oleh keberadaan struktur politik yang menunjang, strategi negara dalam pengaturan ekonomi di masyarakat, eklektisitas negara dalam prosedur dan nilai-nilai kelembagaan, serta solusi terhadap pertentangan dalam kompetisi visi-visi ideologi yang saling bersaing. Isu keadilan sosial dapat dieloborasi oleh setiap golongan untuk melakukan kerja-kerja konkrit bersama memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. Nasionalisme yang dikembangkan selayaknya mempertimbangkan akar sosio-historis di masyarakat. Meski begitu, praktik politik dari kaum nasionalis kurang mempertimbangkan kekuatan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang ada di masyarakat, melainkan lebih pada usaha merebut dan mempertahankan kekuasaan dan sumber-sumber ekonomi bagi pribadi dan kelompoknya. Praktik nasionalisme di Indonesia, sebagaimana direpresentasikan oleh PNI, PDI, dan PDI Perjuangan, tidak berhasil membebaskan rakyat kecil dari penutupan sosial dengan pengucilan dalam medan konflik dan kompromi antar kekuatan politik lain, kekuatan modal, maupun relasi dengan negara dan pemerintah.

ABSTRACT
It study poor people or negative ownership class phenomena as result of exploitative ideology using power including exploitation of natural resource and placement of population as cheaper labor so called social closure and isolation by Frank Parkin. In the midst of huge natural richness of Indonesia the exploitive ideology operations had influenced economic power structure since colonialism through this independence era. There is correlation among lack of national pluralism appreciation, specially, recognition of socio-historical roots at society with poverty phenomena. To face exploitive ideology, conceptually, Indonesia nationalism is pertained to social-justice idea in order to keep poor people from social closure and isolation?s condition. Eclectically, among Western and Indonesia condition there are universal and particular aspects. By national politic the phenomena of poor people and their poverty had brought about special term as defending for them i.e marhaen and wong cilik. In diversified Indonesia society, unless requiring promotion of national identity confidence, a nationalism for poor people also should maintained by politics structure existence supporting state strategy to regulate society economy, state eclecticism in procedure and institution values, as well as solution for ideology vision to compete each other. Social-justice issues may be elaborated by any group to do concrete issues for struggling poor people interests together. Properly, nationalism built by considering socio-historical roots at society. Nevertheless, political practices of nationalists had not considered social, economic, politic and cultural strength existing in Indonesia sufficiently, but, rather than to embrace and maintain the power and economic resource for their groups interests. Nationalism practices as represented by PNI, PDI and PDIP unsuccessfully, they had not kept poor people from social closure and isolation for conflict and compromise fields among other political party, capital strength or relationship with state and government."
Depok: 2009
D00636
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilih Elianih
"ABSTRAK
Lagu Didi Kempot (DK) tahun 2019 kembali populer, bahkan disenangi sampai lintas generasi. Kepopuleran tersebut dapat dicari sebabnya, antara lain dengan melihat beberapa unsur struktur lagu- lagu yang menjadi potensinya, seperti melodi dan irama juga makna lirik-lirik lagunya. Setiap lirik yang diciptakan berfungsi sebagai media ungkapan ekspresi perasaan seperti marah, sedih, kecewa, bahagia dan perasaan lainnya. Bagi kalangan masyarakat Jawa, tentu sudah merasa akrab terutama dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa yang lucu, tegang, haru, dan terkadang sangat melankolis, sehingga dapat menghibur. Masyarakat Jawa juga memiliki konsep unsur struktur seni yang berasal dari pertunjukan kesenian wayang untuk menentukan keunggulan suatu kesenian Jawa. Unsur-unsur tersebut yaitu, banyol, greget, nges, dan sem. Oleh karena itu, unsur struktur seni ini yang akan dibuktikan tercermin dalam lirik-lirik lagu DK. Tujuan penelitian ini ingin membuktikan bahwa kepopuleran lagu-lagu DK dikarenakan terkandungnya unsur struktur seni pertunjukan wayang dalam lirik-lirik lagunya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel penelitian yang digunakan adalah tujuh lagu DK yaitu, Cidra, Janji Palsu, Ketaman Asmara, Layang Kangen, Parangtritis, Sewu Kutha, dan Stasiun Balapan. Penelitian ini secara hipotesis menyatakan bahwa lagu -lagu DK memiliki potensi unsur-unsur tersebut yang dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan bahasanya. Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa lirik-lirik lagu DK mengandung dan mencerminkan unsur-unsur struktur seni pertunjukan wayang.

ABSTRACT
Didi Kempot (DK) song in 2019 is popular again, even it is loved across generations. The popularity can be sought for, among others by looking at some elements of the structure of the songs that become its potential, such as melody and rhythm as well as the meaning of the lyrics of the songs. Each lyrics created serves as a medium for expressing feelings such as anger, sadness, disappointment, happiness and other feelings. For Javanese people, of course they already feel familiar, especially with Javanese expressions that are funny, tense, emotional, and sometimes very melancholy, so they can entertain. Javanese people also have the concept of structural elements of art derived from wayang art performances to determine the superiority of Javanese art. These elements namely, banyol, greget, nges, and sem. Therefore, the elements of this art structure that will be proven are reflected in the lyrics of DK songs. The purpose of this study is to prove that the popularity of DK songs is due to the structural elements of wayang performance art in the lyrics of the songs. The method used is descriptive qualitative method. The research sample used was seven DK songs, namely, Cidra, Janji Palsu, Ketaman Asmara, Layang Kangen, Parangtritis, Sewu Kutha, and Stasiun Balapan. This research hypothetically states that DK songs have the potential for these elements expressed in their language expressions. This research resulted in a conclusion that DK song lyrics contain and reflect the structural elements of wayang performance art."
2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>