Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Penelitian ini merupakan analisa profil hope pada atlet bulutangkis Indonesia yang meraih prestasi juara dunia. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa 'hope' memiliki relasi positif dengan beragam hal seperti olahraga, akademik, kesehatan, fisik, penyesuaian biologis, dan psikoterapi. Partisipan terdiri atas atlet yang pernah bertanding pada era 1970 dan 1990. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisa interpretasi fenomenologi. Sembilan keterampilan mental atlet digunakan sebagai panduan wawancara semi-terstruktur. Transkrip wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan komponen 'hope'. 'Hope' terdiri atas tiga komponen, yaitu: tujuan, jalan (pathways), dan agency thinking. Hasil analisis dari pengalaman partisipan menunjukkan 9 tema, yaitu: sikap, motivasi, tujuan dan komitmen, keterampilan antarpersonal, self-talk, pembayangan mental, pengelolaan kecemasan, pengelolaan emosi, dan konsentrasi. Tema-tema tersebut selaras dengan karakteristik orang yang memiliki hope tinggi.
"
JPSU 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Ladykia Naftali
"Penelitian ini membahas tentang etnis Tionghoa dan dinamikanya dalam kesuksesan bulu tangkis Indonesia pada tahun 1966 - 1998. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana etnis Tionghoa dari berbagai bidang dan dinamikanya dalam kesuksesan bulu tangkis Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sejarah. Dalam pengumpulan data akan menggunakan teknik studi pustaka dan wawancara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sekalipun di tengah dinamika sosial dan politik pada masa Orde Baru (1966-1998) yang diskriminatif seperti kewajiban memiliki SBKRI dan adanya kekerasan rasial, tetapi etnis Tionghoa dari berbagai bidang tetap melakukan aperannya masing-masing dalam kesuksesan bulu tangkis Indonesia sebagai bentuk rasa nasionalisme untuk menanggapi keadaan yang dialami tersebut. Hal ini dapat diperhatikan dari berbagai bidang, mulai dari atlet yang mengharumkan nama Indonesia di dunia melalui perjuangan prestasi sebagai bentuk menunjukkan identitas nasional, pelatih yang berjuang melatih guna menghasilkan atlet yang berprestasi, organisator yang rela bergerak di bidang politik organisasi bulutangkis demi kepentingan Indonesia, hingga sebagai pengusaha membantu pembinaan bulu tangkis Indonesia melalui pendanaan. Lalu, kesuksesan bulutangkis Indonesia ini berdampak positif terhadap respon yang diberikan oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia yaitu berupa dukungan, sambutan, dan apresiasi yang tinggi kepada para kontingen bulutangkis Indonesia.
This study discusses the Chinese ethnicity and its dynamics in the success of Indonesian badminton in 1966 - 1998. The purpose of this study is to explain how the ethnic Chinese from various fields and their dynamics in the success of Indonesian badminton. The method used in this research is a qualitative research method with a historical approach. In data collection will use literature study and interview techniques. The conclusion of this research is that even in the midst of discriminatory social and political dynamics during the New Order (1966-1998) such as the obligation to have an SBKRI and the existence of racial violence, ethnic Chinese from various fields still carry out their respective roles in the success of Indonesian badminton as a form of a sense of nationalism to respond to the circumstances experienced. This can be observed from various fields, start from athletes who makes Indonesia’s name fame in the world through achievement struggles as a form of showing national identity, coaches who struggle to train to produce outstanding athletes, committee who are willing to engage in badminton organization politics for the sake of Indonesia, entrepreneurs assisting the development of Indonesian badminton through funding. Then, the success of Indonesian badminton has a positive impact on the response given by the Indonesian people and government, namely in the form of support, welcome, and high appreciation for the Indonesian badminton contingent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Wiratmoko
"Pada olahraga bulutangkis dibutuhkan beberapa perlengkapan yang cukuo (Janyak mula! dari raket, shuttlecock, kaos olahraga, sampai dengan sepatu oulutangkis itu sendiri. Namun, yang paling penting dari olahraga ini adalah wadan untuk melakukan kegiatan ini yaltu gedung olahraga bulutangkis, Gedung olahraga bulutangkis tersebut harus memiliki syarat-syarat yang batk agar para pemain dapat berolahraga dengan nyaman.
Hal yang harus diperhatikan pada gedung otahraga bulutangkls yaitu sistem pencahayaan dan warna pemhatas ruang. Kedua hal tersebut sangat bertmbungan erat sehingga sangat penting untuk kelancaran kegiatan ini. Seringkali cahaya dan wama pembatas menjadi masalah utama bagi setiap pcmain yaitu dengan aran datang cahaya yang salah dan warna dlnding dan lantai yang tidak tepat dapat menyilaukan mata para pemain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rismayanti
"ABSTRAK
Salah satu sifat olahraga adalah kompetitif, yang dalam pencapaian
prestasinya ditentukan oleh faktor fisik, teknis dan psikologis, seperti
diungkapkan oleh Gunarsa (1989). Faktor fisik berhubungan dengan struktur
morfologis dan antropometrik seseorang yang diaktualisasikan dalam prestasi.
Faktor teknis berkaitan dengan keterampilan khusus yang dimiliki oleh atlet dan
bisa berkembang untuk menghasilkan prestasi tertentu. Sedangkan faktor
psikologis adalah struktur dan fungsi faktor psikis, baik karakteriologis, maupun
kognitif yang bisa menunjang aktualisasi suatu potensi yang ada dan dilihat pada
prestasi yang dicapai. Hal ini juga berlaku pada permainan ganda bulutangkis.
Dalam penelitian ini hanya menekankan pada faktor psikologis pemain
Melihat bentuk permainannya, permainan ganda bulutangkis dapat
dianggap sebagai suatu permainan kelompok, karena melibatkan dua orang yang
saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuannya, yaitu
memenangkan suatu pertandingan. Dengan demikian dalam permainan ganda
bulutangkis ini, tidak saja faktor psikologis individu pemain yang berperan, tetapi
juga faktor psikologis kelompok, seperti kerjasama dan interaksi. Kerjasama lebih
ditekankan pada faktor teknik permainan yang dijalankan oleh pemain ganda
tersebut, sedangkan interaksi sangat diperlukan lebih dalam hubungannya dengan
faktor psikologis para pemain ganda. Faktor interaksi interpersonal sangat besar
pengaruhnya terhadap penampilan dan prestasi pemain ganda bulutangkis. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (1997) didapatkan bahwa
ketidakcocokan dalam hal interaksi interpersonal pasangan dapat menyebabkan
stress yang pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi pemain ganda tersebut.
Hal ini menyebabkan faktor psikologis dalam penentuan pasangan merupakan hal
penting yang perlu diperhatikan.
Dalam menggambarkan faktor teknis dan psikologis pemain ganda sering
digunakan istilah kecocokan. Kecoookan teknik ditandai dengan kesamaan tipe
permainan, sedangkan kecocokan psikologis ditandai dengan interaksi yang baik
dari masing-masing pasangan. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan dalam
menentukan pasangan dalam permainan ganda bulutangkis.
Dalam penelitian ini hanya menitikberatkan pada kecocokan psikologis
saja, dan selanjutnya disebut sebagai kecocokan. Salah satu teori yang dapat
menjelaskan kecocokan psikologis pemain ganda adalah teori yang dikemukakan
oleh Schutz (1960), melalui teori hubungan interpersonal. Teori ini menjelaskan hubungan interpersonal yang didasarkan pada keyakinan akan pemuasan
kebutuhan interpersonal dalam kelompok. Kebutuhan interpersonal yang
dimaksud meliputi kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi.
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah disebutkan di atas,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis antar pemain ganda
bulutangkis dengan prestasi?
2. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan
akan inklusi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi?
3, Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan
akan kontrol antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi?
4. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan
akan afeksi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi?
Penelitian yang bersifat eksploratif ini dilakukan terhadap seluruh pemain
ganda bulutangkis dengan jumlah 22 pasang, yang pada saat penelitian terdaftar di
Pelatnas Cipayung Jakarta Timur. Pemain ganda tersebut terdiri dari pemain
ganda putra (8 pasang), putri (8 pasang) dan campuran (6 pasang). Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner Fundamental Interpersonal Relations
Orientation-Behavior atau FIRO-B untuk mengukur kecocokan psikologis antar
pemain ganda bulutangkis, juga data prestasi yang dikeluarkan oleh IBF sejak
November 1997 sampai April 1999.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan korelasi rank Kendall
untuk menghitung korelasi antara kecocokan psikologis antar pemain ganda
bulutangkis dengan prestasi, sedangkan untuk menghitung korelasi antara
kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi antar
pemain ganda bulutangkis dengan prestasi digunakan teknik second order partial
correlation dari Kendall.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecocokan psikologis
antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi
2. Terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara kecocokan psikologis
dalam kebutuhan akan inklusi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi
3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecocokan psikologis
dalam kebutuhan akan kontrol antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecocokan psikologis dalam
kebutuhan akan afeksi antar pernain ganda bulutangkis dengan prestasi
Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah dengan
ditemukannya korelasi antara kecocokan psikologis dengan prestasi, khususnya
dalam kebutuhan akan inklusi dan kontrol, maka dalam penentuan pemain ganda
bulutangkis, faktor kecocokan psikologis antar pemain ganda, khususnya dalam
kebutuhan akan inldusi dan kontrol, Iayak untuk dipertimbangkan oleh pelatih
bersama psikolog olahraga. Sedangkan agama, suku, latar belakang pendidikan
dan tipe permainan yang merupakan data kontrol dalam penelitian ini ternyata
tidak berpengaruh terhadap pencapaian prestasi pemain ganda bulutangkis. Selain itu bagi penelitian selanjutnya, perlu diadakan penelitian serupa dengan
menggunakan pendekatan lain, seperti metode kualitatif sehingga faktor-faktor
psikologis yang berperan dalam pemain ganda bulutangkis lebih tergali."
1999
S2750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aji Nurohman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan collaborative governance dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia, dengan fokus pada cabang olahraga bulu tangkis. Collaborative governance adalah pendekatan yang menekankan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks olahraga, penerapan collaborative governance diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembinaan atlet serta memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan olahraga. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivisme, teknik pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam serta data sekunder melalui studi literatur, analisis melalui teknik triangulasi data, serta menggunakan teori utama Collaborative Governance Tonelli, Sant’Anna, Abbud, dan de Souza (2018). Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun penerapan collaborative governance telah memberikan dampak positif dalam pembinaan bulu tangkis di Indonesia, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, serta memastikan distribusi anggaran yang lebih adil dan proporsional untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga yang lebih tinggi di kancah internasional. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan lebih lanjut pada sistem kolaborasi untuk memastikan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pembinaan olahraga bulu tangkis.

This research aims to analyze the implementation of collaborative governance in the development of competitive sports in Indonesia, with a focus on the badminton sector. Collaborative governance is an approach that emphasizes cooperation between the government, the private sector, and the community in decision-making and public policy implementation. In the context of sports, the application of collaborative governance is expected to enhance the effectiveness and efficiency of athlete development, as well as strengthen transparency and accountability in sports management. This research employs a post-positivist approach, utilizing primary data collection techniques through in-depth interviews and secondary data through literature studies, with data analysis conducted using triangulation techniques. The main theory used is Collaborative Governance by Tonelli, Sant’Anna, Abbud, and de Souza (2018). The research concludes that although the implementation of collaborative governance has had a positive impact on badminton development in Indonesia, efforts are still needed to improve coordination and synergy among various stakeholders and ensure a fair and proportional distribution of funds to support higher sports achievements on the international stage. The study recommends further development of the collaboration system to ensure effectiveness and efficiency in the implementation of badminton sports development."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barmin
Djakarta: Balai Pustaka, 1990
899.221 BAR d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Nazhif Sujudi
"Fenomena match-fixing merupakan gejala sosial yang mengancam integritas, peran ekonomi, serta nilai-nilai yang dicerminkan olahraga. Kasus-kasus match-fixing dalam bulu tangkis telah ada sejak lama dan terus ditemukan hingga sekarang. Sementara itu, penelitian terkait match-fixing dalam cabang olahraga bulu tangkis masih belum mendapat perhatian. Terlebih dari itu, penelitian yang sudah ada belum melihat konteks sosial dari fenomena tersebut. Tulisan ini memiliki tujuan untuk memperkaya literatur terkait match-fixing dalam olahraga bulu tangkis dengan memberikan analisis terhadap tiga kasus yang meliputi tiga tim Asia, yakni kasus match-fixing pelatih tim nasional Tiongkok, kasus match-fixing pebulu tangkis Malaysia, dan kasus match-fixing pebulu tangkis Indonesia melalui lensa Kriminologi. Ketiga kasus match-fixing dalam bulu tangkis yang dibahas dalam tulisan ini kemudian diidentifikasi sebagai sebuah bentuk kejahatan korupsi dan fraud. Selanjutnya, elemen-elemen yang ada dalam teori The New Fraud Triangle diuji untuk dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong pelaku untuk melakukan fraud, dalam kasus ini match-fixing. Terakhir, pola-pola yang dapat diidentifikasi dari ketiga kasus diperbandingkan persamaan dan perbedaannya.

The phenomenon of match-fixing is a social phenomenon that threatens the integrity, role of the economy, and the values reflected by sport. Cases of match-fixing in badminton have existed for a long time and continue to be found until now. However, studies on the prevalence of match-fixing in badminton are scarce. Moreover, existing study has not looked at the social context of the phenomenon. Thus, this paper aims to enrich the literature related to match-fixing in badminton by providing an analysis of three cases covering three Asian teams, namely the match-fixing case of the Chinese national team coach, the match-fixing case of Malaysian badminton player and the match-fixing case of Indonesian badminton player through the lens of Criminology. The three match-fixing cases in badminton discussed in this paper were then identified as a form of corruption and fraud. Furthermore, the elements in The New Fraud Triangle theory are tested to be able to explain the factors that encourage perpetrators to commit fraud, in this case match-fixing. Finally, the patterns that can be identified from the three cases are compared for similarities and differences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alzhou Pramudya
"Skripsi ini membahas latar belakang penciptaan novel O​pera Bulu Tangkis 1995 karya Titi Nginung. Novel ini pertama kali terbit dalam bentuk cerita bersambung, dimuat di harian Kompas, 3 Mei 1985 -- 8 Juli 1985, kemudian PT Gramedia menerbitkannya dalam bentuk novel, Desember 1985. Latar belakang itu meliputi analisis peristiwa-peristiwa yang dihadapi pengarang dalam membuat novel dan gagasan yang ingin disampaipakannya. Novel ini berjenis "futuristik" atau menceritakan masa depan karena ditulis pada tahun 1985 tetapi menceritakan peristiwa tahun 1995​. Di dalamnya, pengarang menyampaikan gagasan-gagasan terhadap perbulutangkisan Indonesia agar mampu kembali meraih kejayaan yang sempat memudar.

This thesis is about the background of creating the novel Opera Badminton 1995 by Titi Nginung. The novel was firstly published in a form of serialized was published in the daily newspaper Kompas on May 3 1985 until July 8 1985, before Gramedia published the story in a form of novel in December 1985. The background consists of analysis towards events faced by the author when writting the novel and the notions he wanted to covery. This novel is the "futuristic" one for it projects upcoming events in the future. The novel was written in 1985 but the events told in the novel take 1995 at the setting, which is ten years later. In his novel, the author conveys his ideas regarding Indonesian badminton, so that Indonesia can regain its glory, which had faded. Intrinsic aspects are analyzed by comparing events hapend in 1995 as they are weitten in the novel with the ones happened in real life in the same year.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luis Moya
"Tulisan ini membahas upaya Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dalam meningkatkan prestasi Bulu Tangkis Nasional Putra pada masa kepemimpinan Ferry Sonneville dalam kurun waktu 1981-1985. Pada masa ini, kondisi bulu tangkis Indonesia mengalami kondisi yang surut. Kekalahan Indonesia pada Piala Thomas 1982 terhadap Republik Rakyat Tiongkok menjadi ancaman supremasi Indonesia dalam bulu tangkis. Persoalan regenerasi, sarana dan prasarana, sertanya kurangnya perhatian terhadap klub bulu tangkis menjadi akibat dari menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, PBSI akhirnya membuat suatu kebijakan dengan memfokuskan pembibitan bagi generasi-generasi muda, melalui pengadaan kejuaran nasional diberbagai daerah, pendirian pusat pendidikan dan latihan, serta penerapan kebijakan collective contract. Dapat disimpulkan, bahwa pembinaan dan pengembangan oleh PBSI era Ferry Sonneville cukup membawa angin segar bagi dunia bulutangkis Indonesia karena keberhasilannya dalam merebut kembali Piala Thomas 1984. Tulisan ini menggunakan kaidah dalam metode tulisan sejarah dengan sumber-sumber yang berasal dari buku, surat kabar sezaman, artikel terkait yang dihimpun secara luring maupun daring.

This paper discusses the efforts of the Indonesian Badminton Association (PBSI) in maintaining the achievements of Men's National Badminton during the leadership of Ferry Sonneville in the period 1981-1985. At this time, the condition of Indonesian badminton experienced a receding condition. Indonesia's defeat in the 1982 Thomas Cup against the People's Republic of China threatened Indonesia's supremacy in badminton. Problems of regeneration, facilities and infrastructure, as well as lack of attention to badminton clubs are the result of the decline in Indonesia's badminton achievements. In overcoming these problems, PBSI finally made a policy by focusing on breeding for young generations, through the procurement of national championships in various regions, the establishment of education and training centers, and the application of collective contract policies. It can be concluded, that the coaching and development by PBSI in the Ferry Sonneville era was enough to bring fresh air to the world of Indonesian badminton because of its success in reclaiming the 1984 Thomas Cup. This paper uses the rules in the historical writing method with sources from books, contemporaneous newspapers, related articles collected offline and online."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>