Ditemukan 6902 dokumen yang sesuai dengan query
Leahy, Louis, 1927-
Jakarta: Gramedia, 1988
128 Lea s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Suwardi Tanu
Jakarta: Grasindo, 2005
133.9 SUW s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Manalu, Abby Gina Boang
"Identitas perempuan sebagai salah satu kategori yang melekat pada diri subjek ternyata membawa implikasi bagi pemiliknya. Identitas sebagai kategori yang melekat pada subjek ternyata menentukan realitas seseorang. Identitas perempuan menjadi landasan bagaimana seseorang ditatap, dibahasakan dan diperlakukan. Kerangka binerian di dalam gender membuat pemaknaan perempuan dan laki ? laki seakan memiliki stabilitas yang inheren. Stabilitas pemaknaan atas diri perempuan ini dirujuk pada fakta biologisnya belaka. Determinisme biologis merupakan landasan untuk memaknai dan menguniversalkan perempuan. Perempuan dipandang sebagai pemaknaan pra-kultural. Stabilitas makna perempuan menjadi sarana penindasan perempuan. Ketika pemaknaan sudah dibatasi maka runag- ruang kebebasan dan reflekis diri perempuan sebagai subjek telah direduksi. Identitas sex dan gender merupakan pemaknaan yang dihasilkan oleh sebuah diskursus, dengan demikian ia tidak bersifat stabil melainkan instabil. Dekonstruksi atas makna perempuan adalah suatu hal yang sangat memungkinkan.
The identity of women as a category that stick to the subject give some impact to the owner. The identity is not just giving some impact, but also takes apart to decide the reality of a human. Identity of women become a cornerstone to how a person should be seen, be narrated, and be treated. The binaries structure in gender studies makes the meaning between the women and the men such have the inherent stability. The stability is only due to the fact about the biologist factor of the women. Biologist determinism is the basic to interpret the women and make themselves become universal. The women are being viewed as a pre-cultural meaning. The stability make the women become a tool to oppression. When the meaning has been confined, the space to be free and the self-reflection of women as a subject has been reduced. The identity of sex and gender is the meaning that produced by a discourse, so it becomes unstable. The deconstruction of the women?s meaning is a possible to do."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42737
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sri Barijah Azrin
"Manusia zaman sekarang masih banyak yang mau terus sibuk mengejar hal-hal keduniawian tanpa kesadaran akan gunanya manusia itu hidup. Sekarang juga masih ada banyak adat istiadat yang kosong, yang masih menjadi ukuran-kesusilaan. Sekarang pula masih ada hukum yang berat sebelah sehingga kurang adil. Kesukaran-kesukaran manusia masih ditambah pula oleh dampak tehnologi, sehingga manusia makin lama makin melupakan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap sesamanya. Berapa banyak manusia yang pada usia lanjut, bila melihat kembali jalan hidupnya, belum mengetahui apa baiknya semua yang telah dikerjakan selama hidupnya itu. Betapa sunyi dan terpencil perasaan banyak orang yang setelah puluhan tahun bekerja keras pada akhir hidupnya masih pula belum merasakan ketenangan dan ketentraman. Sebetulnya dengan pendidikan yang lebih merata di zaman sekarang ini, bila dibandingkan dengan zaman dahulu, serta dengan komunikasi yang lebih baik di seluruh dunia, manusia bisa berbuat lebih banyak dan lebih baik supaya manusia berbahagia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S16102
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anwar Mahmud
"Skripsi ini berusaha memaparkan salah satu tema pokok dari pemikiran Erich Fromm yaitu mengenai alienasi dalam masyarakat kapitalis, berdasarkan bacaan beberapa karyanya yang terpenting dengan dibantu ulasan berbagai pengarang atas karya Fromm. Secara garis besar, menurut pemikiran Fromm alienasi atau keterasingan seperti yang kita jumpai dalam masyarakat kapitalis modern hampir total, ia meliputi hubungan antara manusia dengan pekerjaannya, hubungan antara manusia dengan barang-barang yang dikonsumsikannya, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan antara manusia dengan negara. Manusia kapitalis sekarang telah kehilangan identitas pribadinya, karakter masyarakatnya merupakan karakter konformitas dan berorientasi ke pasar..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S16032
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
P. Hardono Hadi
Yogyakarta: Kanisius, 1996
128 HAR j
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dobzhansky, Theodosius
New York: Columbia University Press, 1956
128 DOB b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Praychita Utami
"Terdapat diskriminasi yang begitu terbentuk dalam kehidupan yang belum disadari oleh sebagian besar masyarakat. Diskriminasi ini terjadi antara manusia dengan hewan dan dikenal dengan istilah spesiesme. Berbagai anggapan muncul untuk menjustifikasi perlakuan manusia ini yang kemudian menjadi dasar dari sikap manusia yang menindas hewan. Prinsip moral yang digunakan dalam penulisan ini adalah Prinsip Dasar Kesetaraan Pertimbangan atas interest dari Peter Singer. Prinsip ini menentang diskriminasi yang berdasarkan pada ketidakmampuan dan mencari sebuah karakteristik yang sifatnya sangat rendah yaitu kapasitas merasakan sakit dan nikmat. Dengan karakteristik ini sebagai tolak ukur, semua manusia dapat diikutsertakan sehingga dapat dicapainya sebuah kesetaraan dalam petimbangan moral. Namun, yang mempunyai karakteristik ini tidak hanya manusia karena hewan juga mempunyai kemampuan ini.
There is a discrimination that is formed in life which a majority of our society has not realized. This discrimination happens between humans and animals and is known as speciesm. All sorts of assumptions were brought up to justify this sort of treatment by humans which then became a basis for human opression towards animals. The moral principle that will be used is Peter Singer?s Basic Principle of Equal Consideration of Interests. This principle opposes discrimination based on inabilities, and so seeks for a characteristic that is so low which is the capacity to feel pain and pleasure. Having this characteristic as a boundary, all human beings can be included which equality in moral consideration can be achieved. But it turns out human beings are not the only beings to posses this characteristic because animals too can feel pain and pleasure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16153
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Hammarskjold, Dag
New York: Alfred A. Knopf, 1969
128 HAM m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ida Danny
Jakarta: Lembaga DStudi Filsafat (LSF), 1992
128 IDA m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library