Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galbraith, Douglas
London: Picador, 2001
823.914 GAL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Benda, Harry Jindrich
The HAgue: W. van Hoeve, 1958
991.03 Ben c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor-Jones, Kate E.
London : Wallflower Press, 2013
791.43 TAY r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Benda, Harry Jindrich
Amsterdam: The Hague, 1958
297.095 98 BEN c (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Benda, Harry Jindrich
Netherlands: W. Van Hoeve, 1958
297.409 BEN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Connaughton, R.M.
London : Routledge, 1991
952.031 CON w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chitra Hasan
"Menurut teori pembandingan, metafora adalah pembandingan yang implisit tanpa kata as atau like dalam bahasa Inggris, atau kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, dan serupa dalam bahasa Indonesia, di antara dua hal yang dibanclingkan. Metafora muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi, baik ketidakcocokan kolokasi yang jelas maupun yang tersembunyi. Sebuah metafora disusun oleh nga bagian, yaitu topik, citra, dan titik kemiripan Berdasarkan bagian yang dinyatakan secara eksplisit, sebuah metafora dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu metafora dengan pembandingan penuh dan metafora dengan pembandingan takpenuh. Sebagai unsur figuratif, metafora sering tidak dapat ditenjemahkan secara harfiah. Meskipun demikian, dalam penerjemahan sebuah metafora tetap diharapkan tercapainya kesepadanan dinamis , yaitu keserupaan pesan yang diterima oleh pembaca bahasa sumber (Bsu) dan pembaca bahasa sasaran (Bsa).
Penelitian ini bertuan untuk mengetahui jenis ketidakcocokan kolokasi dan tipe pembandingan yang membentuk metafora teks sumber (T su), mengetahui bentuk terjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengungkapkan kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam teks sasaran (Tsa), mengetahui prosedur penerjemahan yang digunakan dalan penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tercapainya dan tidak tercapainya kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam Tsa, serta kesesuaian metode penerjemahan yang digunakan dengan jenis teks yang diterjemahkan.
Dari sumber dam berupa tiga buah novel dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, diperoleh 130 buah metafora. Berdasarkan penelitian terhadap data itu ditemukan bahwa sebagian besar metafora dalam Tsu muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi tersembunyi dan tipe pernbandingan takpenuh. Dengan demikian, untuk memahami metafora dalam Tsu sangat diperlukan konteks. Berdasarkan bentuknya, unsur tetjemahan dapal dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif.
Dengan berpedoman kepada keserupaan atau ketidakserupaan pemahaman informan Bsu dan Bsa, bentuk-bentuk terjemahan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu terjemahan yang sepadau dan terjemahan yang tidak sepadan. Terjemahan yang sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif, sedangkan terjemahan yang tidak sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora dan simile. Terjemahan berbentuk metafora yang sepadan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu (a) terjemahan dengan citra yang sama dengan citra metafora Tsu, dan (b) terjemahan dengan citra yang berbeda dengan citra metafora Tsu. Faktor faktor yang menyebabkan tercapainya kesepadanan pada metafora kelompok (a) adalah (i) metafora Tsu menggunakan citra yang sudah lazim digunakan, baik dalam Tsu maupun dalam Tsa; (ii) ketertafsiran titik kemiripan metafora tersebut melalui citranya, (iii) titik kemiripan yang eksplisit, dan (iv) tersedianya konteks yang memadai Metafora yang tergolong ke dalam kelompok (b) dapat mencapai kesepadanan karena citra metafora Tsu diganti dengan citra yang lain dalam Tsa. Penggantian citra tersebut dilakukan atas dasar (i) perbandingan yang lazim dalam Bsa dan (ii) kurang dikenalnya citra tersebut dalam Bsa atau kekurangjelasan titik kemiripan citra tersebut dengan topiknya.

Abstract
According to comparison theory, the detinition of metaphor is an implicit comparison without as or like between the two compared item. Metaphor appears in the form of collocational clash, which can be deviled into two types, namely overt collocational clash and covert collocational clash A metaphor consists of three parts, namely topic, image, and point of similarity. Based on its explicit parts, a metaphor can be classiiied into two types of comparison, i.e. full comparison and abbreviated comparison. As a figurative item, a metaphor is hard to be translated literally, meanwhile the translation of SL a metaphor should be the dynamic equivalent translation The dynamic equivalence is a quality of translation in which the message of source language text (SLT) has been so transported into the target language text (TLT) that the response of the target language (TL) readers is essentially like that of the source language (SL) reader.
This research aimed at investigating the following things: (1) the type of collocational clash and the type of comparison that form the SL metaphor; (2) the dynamic equivalence of TL metaphor and its translation in Indonesian (3) the forms of the translation and translation procedures used in translating the SLT metaphor into the TLT; (4) the factors that cause the equivalence and unequivalence between SL metaphors and their translation in Indonesian; and (5) the compatibility between the methods of the translation and the type of the text.
One hundred and thirty metaphors and their translation were gathered from the source ofthe data, namely three novels written in English and their translation in Indonesian. The findings are as follows: most of SLT metaphors appear in the form of covert collocational clash with abbreviated comparison. lt means, in order to understand the SLT metaphors the context was highly needed.
The translation of SLT metaphors could be divided into three forms, namely metaphor, simile, and nonligurative items. Based on the similarity of the SLT and TLT readers? response, those fomrs could be categorized into two groups, equivalent translation (ET) and nonequivalent translation (NET). The ETS were in the form of metaphors, similes and noniigurative items, while the NETS were in the form of metaphors and similes. The ETS in the form of metaphors could be divided into two groups i.e. (a) translations with the same images as found in SLT metaphors; (b) translations with different images from the ones found in SLT metaphors, The translations which belong to (a) could be equivalent to SLT metaphors because (i) the images of SLT metaphors have been frequently used both in SL or TL; (b) the interpretability of the points of similarity through the images; (iii) the explicitness of the points of similarity; (iv) the availability of adequate contexts. The translations which belong to (b) could be equivalent to SLT metaphors because the images of SLT metaphors were replaced by different images in TLT. The reasons for replacing the images were (i) common comparison in the TL; (ii) the images were not well known in the TL or the points of similarity were not easily recognized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alamsyah
"Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu tokoh nasional yang dikenal melalui pemikiran-pemikiran, seperti pemikiran tentang kebudayaan dan pendidikan. Selain itu, ternyata Ki Hadjar Dewantara juga mengembangkan pemikiran tentang pertanian. Pemikiran tersebut mempunyai keterkaitan dengan kebijakan pertanian pada masa pendudukan Jepang. Kebijakan tersebut telah menimbulkan konsekuensi terhadap Ki Hadjar Dewantara yang berimbas pada perguruan nasionalnya, yaitu Taman Siswa. Atas konsekuensi tersebut, Ki Hadjar Dewantara beradaptasi dengan cara mengatur siasat melalui implementasi pemikirannya tentang pertanian melalui Taman Siswa, serta memberikan aspirasi dalam lembaga pemerintahan Jepang di Chuo Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Dalam tahapan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, penelitian ini akan mengulas pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pertanian, bagaimana implementasinya pada masa pendudukan Jepang, serta dampak seperti apa yang ditimbulkan. Penelitian ini tidak pernah dibahas sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu yang membahas mengenai tokoh dan pemikirannya, dengan zaman terkait. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pertanian pada masa pendudukan Jepang merupakan adaptasi atas kondisi beliau untuk mempertahankan segala kepentingannya mengenai pendidikan dan kesejahteraan rakyat dalam gerakan berkamuflase di Taman Siswa, serta memanfaatkan partisipasinya di lembaga Chuo Sangi-In yang mempengaruhi atas gejala menuju sebuah kemerdekaan Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara is a national figure known through thoughts, such as thoughts about culture and education. Other than that, Ki Hadjar Dewantara also developed thoughts about agriculture. This thought was related to the agricultural policy during the Japanese occupation. The policy has consequences for Ki Hajar Dewantara who impacted his national institution, namely Taman Siswa. For this consequences, Ki Hadjar Dewantara adapts by organizing tactics through the implementation of his thoughts on agriculture through Taman Siswa, as well as providing aspirations in the Japanese governmental institution at Chuo Sangi-In (Central Advisory Council). In the stages of the historical method which consists of heuristic, critics, interpretation, and historiography, this study will review the extent of Ki Hadjar Dewantara's thoughts about agriculture, how he implemented it during the Japanese occupation, and and what impact it has. This research has never been discussed before by previous researchers who discussed the figure and his thoughts, with related times. Therefore, the results of this study indicate that the implementation of Ki Hadjar Dewantara's thoughts about agriculture during the Japanese occupation was an adaptation of his condition to maintain all his interests regarding education and public welfare in the camouflage movement in Taman Siswa, also utilizing his participation in the Chuo Sangi-in institution which influenced for the symptoms towards an Indonesian independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Buckley, Shawn
New York: McGraw-Hill, 1979
621.47 BUC s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, Sandra
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014
813 BRO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>