Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
158.7 PIO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Savitri
"Adversiry Quotient adalah kemampuan individu untuk berespon terhadap kesulitan yang didasari oleh keempat dimensinya yaitu kontrol, Ownership, Reach dan Endurance
(Stoltz, 1997). Advemily Quonenr rnemberikan pcmahaman baru mengenai apa yang diperlukan siswa untuk mencapai kesukscsan , terutama bagi peningkatan kemampuan
untuk mengatasi hambatan 31811 keaulitan yang dihadapi dalam proses pendidikan maupun tantangan kehidupan . `
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji
tiga hipotesis. Metode penelitian yang digunakan yaitu korelasi. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi ( sumbangan yang bermakna ) dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pcndidikan dan iklim kelas baik secara bersama-sama
maupun tersendiri atau parsial terhadap Adversify Qumienr siswa, besamya sumbangan yang bermakna tersebut.
Sampel penelitian adalah siswa kelas dua SMUK 2 BPK Penabur Bandung
sebanyak 169 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Adversiry Quorienr yang diadaptasi oleh Lesmawati , dari alat ukur yang dikembangkan oleh Stoltz, Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan hasil modifikasi Victoriana dari tcori Nurmi, dan iklim kelas yang dimoditikasi bcrdasarkan skala iklim kelas dari Trickett dan Mons. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi Multiple Regression dengan metode stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orientasi Masa Depan dalam bidang
pendidikan memberikan sumbangan yang bermakna terhadap Adverxi/y Quolienr, bcrbeda dengan iklim kelas yang tidak memberikan sumbangan bermakna terhadap Advenviry Quolienl Namun secara bcrsama-sama , Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan
dan iklim kelas masih membcrikan sunibangan bcmnakna terhadap Adversity Quotient.
Berdasarkan pengolahan Iebih lanjut diperoleh hasil bahwa aspek perencanaan dan evaluasi dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan membcrikan sumbangan bermakna
terhadap dimensi conrrol, ownership dan endurance dari Adversily Quorienl , sedangkan dimensi Involvement dan Teacher Comm! memberikan sumbangan bemakna bagi dimensi control , owncrzv/tip dan reach dariadversity Quntient
Saran yang dibcrikan pada sekolah adalah berusaha untuk mengembangkan ketiga aspek Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan secara berkesinambungan dan membekali guru dengan pemahaman /hlvenwry Qfmfiem dan mcrancang aktivitas kelas yang memfasilitasi siswa untuk tcrlibal dan berpartisipasi aktiff Sclain ilu guru berupa unluk
lebih banyak menekankan pengalaman-pcngalaman keberhasilan siswa daripada pengalaman-pengalaman kegagalan mcreka agar keyakinan diri siswa dalam mencapai keberhasilan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penulitian mengenai Adversiry Quorien/ pada setting pendidikan yang lain dengan cakupan yang lebih luas. Selain ilu yang dapat ditclili variabcl-variabci Iain yang mungkin mempengaruhi
Adversity Quorienr seperti pengaruh-pcngaruh dari orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang yang memiliki peran penting selama masa kanak~kanak , sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang Adversity Quurient."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosana Dewi Yunita
"Masa kanak-kanak awal merupakan periode kritis untuk pembentukan sikap dan perilaku sosial. Pada saat inilah muncul tugas perkembangan sosial yang meliputi keterampilan sosial, emosional, kognitif serta keterampilan berperilaku, belajar bekerjasama dan mengembangkan hubungan persahabatan. Kontak sosial yang terjadi pada saat ini akan mendorong berkembangnya kompetensi sosial pada anak, yang membantunya beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial, kemungkinan besar akan menjadi orang dewasa yang mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan perilaku dan kurang memiliki motivasi berprestasi. Untuk mengembangkan kompetensi sosial pada anak, lingkungan sekolah merupakan lingkungan belajar yang efektif untuk mengembangkan keterampilan akademik maupun sosial. Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosial tergantung kepada kemampuan guru dalam memberikan program yang spesifik yang dapat membantu pengembangan keterampilan tersebut.
Dengan demikian untuk membantu guru, maka disusunlah suatu program yang aplikasi disesuaikan dengan perkembangan anak. Program ini diharapkan mampu mencapai tujuan secara sistematis dalam mengembangkan kompetensi sosial anak. Program ini juga dapat menjadi panduan bagi orangtua di rumah.
Namun demikian, masih ada kekurangan dalam program ini, antara lain analisa kebutuhan awal tidak dilakukan di berbagai tempat/daerah, selain itu program ini juga belum diujicobakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlulah bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan analisa kebutuhan di beberapa tempat yang dapat mewakili karakteristik anak di berbagai tempat yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh data yang lebih komprehensif. Selain itu, apabila akan menggunakan program ini, sebaiknya melakukan uji coba lebih dahulu untuk penyempurnaannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh peneliti selanjutnya adalah membuat format evaluasi yang lebih detail yang dapat memberi data tentang perkembangan anak setelah mendapatkan program, dapat juga mencoba mengidentifikasi aspek kompetensi sosial pada kegiatan-kegiatan lain yang diajarkan dan memberikan panduan guru memantau perkembangan kompetensi sosial pada anak didiknya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Haidy Ahmad Pasay
Jakarta: Lembaga Demografi FE-UI, 1990
910.2 Pas a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rustamadji
"Pada kesempatan yang baik ini, saya pilih judul pidato pengukuhan 'Dokter Keluarga Menjawab Tanrangan Kedokteran Masa Depan' yang menurut pengamatan saya perlu diungkapkan dan mudah-mudahan hadirin sekalian dapat memahami bahwa dokter itu tempat kerjanya, tidak hanya di rumah sakit, melainkan di mana-mana.
Konsep dokter keluarga bukanlah suatu konsep baru. Dokter praktek umum yang didatangi suatu keluarga tiap kali anggotanya jatuh sakit, akan diakui sebagai dokter keluarganya. Bila dokter tersebut juga diminta oleh suatu perusahaan atau pabrik untuk mengawasi kesehatan karyawannya, maka ia berfungsi sebagai dokter komunitas/sekelompok manusia, yaitu masyarakat karyawan perusahaan/pabrik tersebut. Sebagai dokter umum, ia menangani keluhan pasiennya dengan spektrum kelainan yang lebar. Memang, dia adalah seorang 'generalist' dalam bidang luas pemeliharaanlasuhanlperawatan kedokteran yang tersedia di Indonesia. Namun, sebetulnya diapun seorang 'specialist' berbagai jenis, bukan spesialis suatu alat tubuh yang sakit saja, melainkan dalam pemeliharaan kesehatan perorangan dan keluarganya. Dalam bidang inilah pengetahuan dan kepakarannya penting, lagi pula unik. Kenyataan ini diakui di Amerika Serikat dalam tahun 1947, yaitu dengan didirikannya 'Academy for Family Physicians'. Di Inggris, 'the British College of General Practitioners' menjadi kenyataan dalam tahun 1952.
Ciri kedokteran keluarga adalah pelayanan menyeluruh dan holistik atau seluruhnya. Tiada disiplin kedokteran lainnya yang menawarkan pelayanan serupa itu. Dokter keluarga memandang terganggunya kesehatan pasiennya dalam keseluruhannya, bukan sebagai krisis episodik, melainkan terganggunya kesehatan beserta segala masalah terkait dari pasien, keluarga dan komunitasnya sebagai suatu gambaran utuh, bukan secara berkeping-keping.
Dalam pernyataannya pada tahun 1991, World Organization of National Colleges, Academies & Academic Associations of General Practitioners/Family Physicians (WONCA) mendefinisikan Dokter Keluarga sebagai berikut :
'The general practitioner or Family Physician is the Physician who is responsible for comprehensive health care to every individual seeking medical care and arranging for other health personnel to provide services when necessary. The general practitioner/Family Physician functions as a generalist, who accepts every-one seeking care, whereas other health providers limit access to their services on the basis of age, sex and or diagnosis. The general practitioner/Family Physician cares for the individual in the context of the family and the family in the context of the community, irrespective of race, religion, culture or social class. He/she is clinically competent to provide the greater part of their care after raking into account their cultural, socio-economic and psychological background. in addition, he/she takes personal responsibility for providing comprehensive and continuing care for his patients. The General Practitioner/Family Physician exercises directly or through the -services of others according to the health needs and resources available within the community he/she serves."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0114
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Directorated for Economic Co-operation and Development , 1971
338.76 GOV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The resear was aimed to find out the correlation between residence and sense of industry with children's academic by including intelligence as a covariate ....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Padi merupakan sumber makanan pokok bagi bangsa Indonesia.Ketersediaannya menjadi sangat penting seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Perindustrian,
740 KINA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>