Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ross, W. Felton
Jakarta: Gramedia, 1989
616.998 ROS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sam Askari Soemadipradja
"Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah dilaksanakannya Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan kesepakatan global Eliminasi Kusta Tahun 2000. Kusta merupakan penyakit menular menahun dengan menimbulkan "sligina" dan dampak sosial negatif akibat cacat yang ditimbulkannya. Kabupaten Sumedang tidak terlepas dengan problematika kusta. Bila dibandingkan dengan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang yaitu Subang, Indramayu dan Majalengka cakupan penemuan kasus kusta masih rendah. Prevalensi kusta yang rendah di Kabupaten Sumedang mungkin belum menunjukkan angka yang sesungguhnya. Karena pada penemuan kasus baru, tipe multibasiler yang potensial sebagai sumber penularan juga disertai kecacatan tingkat 2, relatif lebih banyak daripada tipe pausibasiler.
Penelitian deskriptif analitik, menggunakan desain penelitian dengan metode pendekatan potong lintang serta pengukuran kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan di Kabupaten Sumedang. Populasi penelitian adalah seluruh petugas pemberantasan penyakit kusta puskesmas di Kabupaten Sumedang.
Penelitian menghasilkan sebagian besar petugas mempunyai kinerja yang buruk. Dari 13 variabel bebas yang diteliti terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja petugas, yaitu motivasi petugas, insentif yang didapat petugas dan pembinaan serta dukungan yang didapat petugas. Hubungan antara kinerja dan ketiga variabel bebas diatas secara simultan tidak bermakna.
Disarankan agar dalam meningkatkan kinerja petugas, memperhatikan faktor motivasi petugas, insentif bagi petugas dan pembinaan maupun dukungan terhadap petugas yang berkesinambungan.

The Program of Leprosy Control and the Global Plan of Action for the Elimination of Leprosy by the Year 2000 are efforts towards the improvement of public health. Leprosy is a chronic infectious disease causing stigma and generating negative social impact due to the deformities resulted.
Sumedang shares problems attached to the leprosy, even though in comparison to the neighboring regencies : Subang, Indramayu and Majalengka, the number of leprosy cases is low. However, the low prevalence of leprosy in Sumedang cannot significantly be determined as an indication of the real number since new case findings suggest that more multibacillary types, which have the potential to become the source of contagion along with disability grade 2, have been found rather than the paucibacillary.
This analytic descriptive research was conducted at the Sumedang Regency. The research was designed with a crsoss-sectional approach, and was quantitatively and qualitatively measured. The population of the research was all of the public health center fieldworkers of Leprosy Control Program in Sumedang.
The hypothesis is that there is a correlation between the performance of the Public Health Center fieldworkers of Leprosy Control and the internal factors (individual) and the external factors (environment).
Evidence reveals low performance among a large number of the fieldworkers. Out of 13 independent variables, 3 variables indicate significant correlation with the performance of the fieldworkers. The variables are motivation of the fieldworkers (p:0.04422), incentive received by the fieldworkers (p:0,01210), and guidance as well as support for the fieldworkers ( p:0,029-18). Nevertheless, from a simultant perspective, the correlation between the performance and the three variables is not significant.
To improve performance of the fieldworkers, it is suggested that there should be more significant consideration towards factors of motivation, incentive, continuous guidance and support for the fieldworkers.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T8447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osep Hernandi
"Penyakit kusta di Kabupaten Ciamis merupakan penyakit yang masih menjadi permasalahan bidang kesehatan, terutama pada tingkat cacat yang diderita melebihi ketentuan WHO yaitu < 10 % dari seluruh penderita terdaftar. Kabupaten Ciamis merupakan daerah non endemis kusta dengan prevalensi < 1 %o, sehingga target program bukan merupakan masalah utama, tetapi dengan tingginya angka cacat hingga 10,45 % merupakan tantangan program untuk mengantisipasi penularan kasus secara cepat dan tepat. Keterlambatan penemuan penderita dan keterlambatan pelaporan program merupakan faktor pendukung terjadinya kusta dengan cacat di Kabupaten Ciamis, hal ini dikarenakan terlambatnya pengolahan dan analisis data di kabupaten, sehingga berdampak kepada terlambatnya pengambilan keputusan untuk antisipasi permasalahan dengan kecacatan kusta di Puskesmas.
Upaya mengatasi permasalahan kusta di Kabupaten Ciamis, dilaksanakan dengan mengembangkan sistem informasi program kusta melalui pembuatan suatu prototype program untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisis data sehingga memberikan informasi berupa keluaran tentang hasil kegiatan program yang dilaporkan Puskesmas dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan akurat.
Tujuan dibuatnya sistern informasi Program Pemberantasan Penyakit Kusta di Kabupaten Ciamis adalah untuk membantu mempermudah proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data di tingkat kabupaten, agar pengelola program kusta kabupaten dapat mengelola program secara cepat melalui sistem yang mudah dioperasikan sesuai dengan kebutuhan pengguna data dan pengambil kebijakan di tingkat kabupaten.
Proses pengembangan sistem informasi Program Pemberantasan Penyakit Kusta dibuat berdasarkan hasil analisis sistem terhadap kebutuhan program dan sumber daya yang ada di Kabupaten Ciamis, untuk kemudian dibuat desain sistem sesuai kebutuhan informasi yang dapat menghasilkan keluaran sesuai indikator yang telah ditetapkan, sehingga diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi program kusta melalui penyederhanaan pelaporan, kemudahan operasional sistem dan keakurasian data keluaran yang dapat dibaca dengan mudah oleh pengelola program di kabupaten.
Hasil akhir dari pembuatan sistem informasi adalah layak atau tidaknya sistem diterapkan di tempat penelitian melalui ujicoba sistem di Laboratorium Komputasi Informatika Kesehatan, Junisan Informatika Kesehatan Universitas Indonesia, dimana ujicoba sistem meliputi; efesiensi, reliabilitas, efektifitas, akurasi dan aksesibilitas sistem. Hasil ujicoba sistem juga menilai kelemahan dan kelebihan sistem, untuk kemudian kelemahan yang ada agar dapat dikembangkan lebih lanjut di Kabupaten Ciamis, sehingga sistem yang dibuat dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengelola program di kabupaten dalam mengantisipasi setiap permasalahan program yang muncul.
Daftar Pustaka : 44 (1982 - 2002).

Development Information System Eradication Program Leprosy Disease in Health Office Ciamis DistrictLeprosy disease in Ciamis district is disease which still become problems of healthy area, especially at defect level which suffered exceed rule of WHO that is < 10 % from entire ail patient enlist- Ciamis regency is area of non leprosy endemis with prevalence < 1 %o, so that program goals is not such a main problem, but with defect number of height till 10,45 % representing program challenge to anticipate infectious case quickly and precisely. Delay of Invention and patient delay of reporting program is supplementary factor the happening leprosy with handicapped in Ciamis regency, this matter because of losing time of data analysis and processing in this regency, so it affects to losing of decision making for the anticipation of problem with leprosy handicapped in Puskesmas.
The effort overcome the problem of leprosy in Ciamis regency is executed by developing leprosy program information system through making prototype program to make eiser in data analysis and processing so that it give information in the form of output about result of activity reported by Puskesmas in the form of graph and table, so that the decision can be whisked away and is accurate.
The target of making Eradication Disease Leprosy Information Program System in Ciamis regency is to water down of collecting process, data analysis and processing in the regency in order that the organizer of leprosy program can manage the program quickly through the system which is easy to be operated as according to need of data consumer and policy taker in the regency.
Developing Program of Eradication Disease Leprosy information system made pursuant to result of systems analysis to need of resource and program in Ciamis regency, then it is made by system design according to the information need which is able to yield output according to indicator which have been specified, so that it is needed in the plan and leprosy program evaluation through reporting moderation, amenity of operational system and output data accuration which is able to be read easily by program organizer in the regency.
The end of result from making information system is competent or Computing Laboratory of Healthy Information Faculty of Indonesia University, where the experiment in valves efficiency, reliability, effectively, accessible and accuration. Result of experiment system also assess and weakness excess of system, then existing weakness so that can be developed furthermore in Ciamis regency, so that system made can be exploited in an optimal fashion by program organizer in the regency in anticipating every problems of program happens.
Bibliography : 44 ( 1982 - 2002).
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Elyanna M.P.
"Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi ketiga sebagai negara terbanyak pengidap kusta. Di Propinsi Jawa Timur penyakit kusta tersebar di 14 Kabupaten/Kota , diantaranya Kabupaten Gresik. Jumlah kasus kusta di Kabupaten Gresik terdiri dad 174 kasus tahun 2004 menjadi 166 kasus tahun 2005. Dilihat dari tipe kusta yang ada di Kabupaten Gresik lebih dominan tipe kusta multibasiler (MB) yang merupakan tipe menular yaitu 84,7% pada tahun 2004 dan 81 % pada tahun 2005, selain itu penderita baru yang ditemukan 12,3% pada tahun 2004 dan 14% pada tahun 2005 sudah mengalami kecacatan tingkat dua.
Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial. Mengacu pada terminology spasial bahwa penyakit tidak mengenal batas administrasi namon lebih mengenal ekosistem maka dilakukan penelitian spasial kejadian kusta di Kabupaten Gresik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik tahun 2004-2005 dan mengetahui bagaimana hubungan faktor risiko dengan penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik.
Desain penelitian ini merupakan studi korelasi ekologi dengan pendekatan spasial dengan variabeI penelitian berdasarkan kondisi demografi (kepadatan penduduk), kondisi sosial ekonomi (keluarga miskin), kondisi hunian (lantai tanah), kasus kontak intensif, dan kerapatan jaringan jalan di Kabupaten Gresik tahun 2004-2005. Populasi penelitian adalah seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik kecuali dua kecamatan di kepulauan terpencil, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun 2004-2005 semua wilayah endemis penyakit kusta. Iklim di Kabupaten Gresik merupakan iklim tropis basah dengan suhu rata -rata 28,51 °C ( 2004) dan 28,63 °C ( 2005) dengan kelembaban 74,17% ( 2004) dan 74,8 % (2005). Pola spasial demografi, penyebaran penyakit kusta banyak terdapat di daerah dengan kepadatan penduduk > 3000 jiwalkm2. Pola spasial kondisi rumah human, kusta banyak terdapat di rumah yang berlantai tanah > 2000 rumah di daerah utara dan selatan Gresik. Pola spasial sosial ekonomi, penyebaran kusta banyak terdapat di kecamatan yang memiliki banyak keluarga miskin > 3000 KK yaitu di utara, tengah dan selatan Gresik. Pola spasial kusta kontak intensif dengan penyebaran kusta banyak terdapat di Kecamatan Panceng, Cerme (2004) dan Kecamatan Panceng dan Wringin Anom (2005). Pola spasial kerapatan jaringan jalan, kasus kusta banyak terdapat di kerapataiA jaringan jalan sedang. Pola spasial potensi penyebaran kusta, seluruh wilayah berpotensi sedang kecuali Kecamatan Menganti, Gresik dan Kebomas berpotensi tinggi.

Leprosy is the important public health problem because Indonesia is a country which has the third position of the most country that has many lepers. Leprosy disease is spread over at 14 sub-provinces in province of East Java, one of them is sub-province of Gresik. Leprosy cases number in sub-province of Gresik are 174 cases in 2004 and became 166 cases in 2005. Seen from leprosy type that exists in sub-province of Gresik, multibasiler (MB) is more dominant. It is an infectious disease that is 84,7 % in 2004 and 81 % in 2005, besides found a new patient as the second handicap that is 2,3 % in 2004 and 14 % in 2005.
Spatial method in health sector is a new method which means a health development is a problem oriented and a problem priority of health (environment) spatially. According to terminology spatial that disease does not recognize an administration limit but it is more recognize an ecosystem, therefore it is conducted a spatial research of leprosy occurrence in sub-province of Gresik. This research purposes to find a spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik, 2004-2005 and a relationship between risk factor and spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik.
This research used an ecology correlation study design by a spatial method with research variable based on condition of demography (massive population), economic social (poor family), dwelling (ground floor), intensive contact case, and closeness of road network in sub-province of Gresik, 2004-2005. Research population is all of districts in sub-province of Gresik except two districts in outlying archipelago, so it is not conducted a sample election.
Research result indicated that all of endemic areas were leprosy diseases in 2004-2005. Sub-province of Gresik is a wet tropical climate with mean temperature is 28,51 °C (2004) and 28,63°C (2005), damp is 74,17 % (2004) and 74,8 % (2005). Spatial design of demography, spreading of leprosy disease found at area with a massive population are more than 3000 peoplelkm2. Spatial design of dwelling house condition, leprosy found at house with ground floor are more than 2000 houses in the north and south of Gresik. Spatial design of economic social, spreading of leprosy found at district owning many poor families are more than 3000 KK that is in the north, and south of Gresik. Spatial design of intensive contact leprosy, spreading of leprosy found at district of Panceng, Cerme (2004) and district of Panceng and Wringin Anom (2005). Spatial design of closeness of road network, leprosy cases found at closeness of road network of Spatial potency spreading of leprosy, all regions have potency except district of Menganti, Gresik and Kebornas have high potency.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Ghiffari Hanif
"Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri M. leprae. Kusta mempengaruhi kulit dan saraf manusia yang infeksinya melalui droplet dari hidung dan mulut. Gejala klinis kusta disebabkan oleh respon imun tubuh serta dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, paucibacillary dan multibacillary. Kusta dapat disembuhkan dengan multidrug therapy (MDT). Penderita kusta yang telah menyelesaikan pengobatan dapat kembali terjangkit kusta. Sebuah model deterministik yang diadaptasi dari model-model matematika yang sudah ada dikonstruksi untuk mensimulasikan dinamika penyebaran penyakit kusta. Model tersebut dianalisis kestabilan global titik ekuilibriumnya menggunakan fungsi Lyapunov dan memanfaatkan basic reproduction number. Hasil analisis menunjukkan titik ekuilibrium bebas penyakit dari model bersifat stabil asimptotik global. Kemudian dilakukan simulasi pada model untuk melihat pengaruh variasi nilai parameter laju infeksi dan laju pemberian obat. Dari simulasi dapat diinterpretasikan bahwa laju infeksi yang lebih tinggi atau laju pemberian obat yang lebih rendah akan menyebabkan kusta tidak akan hilang dan jumlah individu yang terinfeksi semakin banyak.

Leprosy is an infectious chronic disease which is cause by M. leprae bacteria. Leprosy affects the human skin and nerve where the infection is caused through droplets from the nose and mouth. Leprosy clinical symptoms are caused by the body immune response and can be classified to two types, paucibacillary and multibacillary. Leprosy is curable with multidrug therapy (MDT). Leprosy patients that have completed treatments may get infected again. A deterministic model was constructed by adapting some existing leprosy mathematical models to simulate the spread of leprosy. The model is analyzed for the global stability of the equilibrium points using Lyapunov function and utilizing basic reproduction number. The result of the analysis is a global asymptotic stability for the disease-free equilibrium. Then, simulations were done on the model with various parameters value of the infection rate and drug-administering rate to see the effects of those variety on the model. From the simulations, it can be interpreted as the higher the infection rate or the lower the drug-administering rate, leprosy will prevail and more individuals will be infected."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Djuanda
"

Kita semua mengetahui bahwa penyakit kusta pada stadium lanjut dapat menyebabkan cacat sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat bekerja oleh karena itu mengurangi kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut tidak sesuai dengan tekad Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) II, yakni proses tinggal landas menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur, dan mandiri berdasarkan Pancasila.

Dalam GBHN 1993 tercantum bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Perhatian khusus diberikan pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, daerah kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah terpencil dan kelompok masyarakat yang hidupnya masih terasing, daerah transmigrasi, serta daerah pemukiman baru.

Dampak sosial akibat penyakit kusta sedemikian besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam, tidak hanya pada penderita itu sendiri, tetapi juga pada keluarganya, dan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya pada pidato pengukuhan sebagai guru besar telah memilih judul :

MASALAH PEN YAKIT KUSTA DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA MENJELANG TAHUN 2000 SERTA BEBERAPA ASPEKNYA

Hadirin yang terhormat

Terlebih dahulu marilah kita menelusuri sejarah penyakit kusta secara singkat. Kusta termasuk penyakit yang tertua, kemungkinan besar berasal dari India. Deskripsi autentik pertama berasal dari India. Kata kusta berasal dari bahasa Sansekerta kustlha yang terdapat dalam kitab Veda (tahun 1400 S.M. ) yang berarti merusak.

"
Lengkap +
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0126
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Masduki
"Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan "cross sectional" dengan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan penelusuran kartu penderita di Puskesmas serta melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi, uji Chi-Square, Phi, serta analisis Regresi Logistik.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan, dengan unit analisis para penderita kusta, baik yang masih aktif berobat maupun penderita yang telah pasif berobat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku kepatuhan berobat penderita kusta di Kabupaten Kuningan, untuk mengetahui pengaruh faktor kharakteristik, faktor non perilaku, serta faktor perilaku penderita terhadap kepatuhan berobat.
Hasil penelitian didapat bahwa 83.5% dari responden ternyata patuh berobat dan sebanyak 16.56 tidak patuh berobat. Berdasar analisis bivariat ternyata ada hubungan antara faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, pengetahuan, persepsi dan faktor cacat akibat penyakit kusta dengan kepatuhan berobat di Kabupaten Kuningan. Sedangkan faktor umur, sikap penderita terhadap pengobatan penyakit kusta, serta faktor adanya bercak dikulit penderita tidak ada hubungannya dengan kepatuhan berobat. Begitu pula dengan analisis regresi logistik, dari 9 (sembilan) faktor yang diduga ada pengaruhnya ternyata hanya 6 (enam) faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan berobat. Dari analisis ini pula diketahui bahwa faktor adanya cacat akibat penyakit kusta memberikan kontribusi yang paling besar pengaruhnya diantara ke 6 faktor yang berpengaruh tersebut."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Bachtiar Oesman
"Kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang dengan dampak yang kompleks. Sebagaimana penyakit khronis lainnya maka keteraturan berobat penderita kusta merupakan salah satu masalah pemberantasan penyakit kusta. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan berobat penderita kusta.
Penelitian ini merupakan survey dengan desain kross seksional. Populasi penelitian adalah seluruh penderita kusta yang tercatat di Puskesmas tahun 1909-1991 dan mendapat obat MDT dari Yayasan Bina Sehat Tangerang. Pengambilan sampel dengan simple random sampling. Besar sampel 255.
Dari 17 variabel yang diteliti didapat 4 variabel yang berhubungan dengan keteraturan berobat yaitu kepercayaan penderita, persepsi jarak, kelainan kulit, cara mendapatkan obat. Penderita yang teratur berobat 78.4% . Dari hasil nilai Odds yang tinggi ternyata kepercayaan penderita dan persepsi jarak selalu muncul dalam berbagai kombinasi variabel. Dari perhitungan Exposed Attributable risk diperoleh hasil kepercayaan 85.767% , persepsi jarak 63.42% , kelainan kulit 86.42% , Cara mengambil obat 64.58%.
Keteraturan berobat penderita kusta di Kabupaten Tangerang cukup tinggi. Faktor yang mempunyai peran besar dalam keteraturan berobat adalah kepercayaan penderita dan kelainan kulit.
Disarankan untuk meningkatkan keterampilan petugas dalam memotivasi penderita, mengintensifkan pencarian penderita baru, mendekatkan tempat mengambil obat kepada penderita dan tetap menjalin kerja sama.dengan pihak swasta."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>