Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Jusuf Hanafiah
Jakarta: Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), 1991
613.942 JUS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Jusuf Hanafiah
Jakarta: Perkumpulan untuk sterilisasi Sukarela Indonesia, 1981
613.942 JUS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Made Arnata
"Dalam pelaksanaan prosedur sterilisasi di RSUP Sanglah Denpasar masih ditemukan ada beberapa indikator sterilisasi yang belum sesuai target diantaranya janji hasil pelyanan sterilisasi untuk kamar operasi IRD masih di bawah 100 % dan kesalahan distribusi masih diatas 5 kejadian per bulan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berubungan dengan kepatuhan petugas terhadap prosedur sterilisasi instrument bedah endo urologi di Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS). Sample sebanyak 33 orang dari seluruh petugas yang bekerja di ISS. Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan antara faktor masa kerja, pengawasan, sarana dan pelatihan dengan kepatuhan petugas dalam pelaksanaan sterilisasi instrument bedah endo urologi. Kepatuhan yang paling rendah ditemukan pada prosedur penerimaan : memisahkan alat kotor, pencucian: melakukan penyikatan, validasi : uji fungsi alat, pengemasan : melakukan kebersihan tangan, sterilisasi : tidak menumpuk alat, penyimpanan : menempetkan alat, distribusi : desinfeksi troly, dan faktor yang paling dominan adalah sarana kerja. Disarankan untuk memberikan pelatihan berkala dan penambahan fasilitas pencucian.

In implementing sterilization procedure in Sanglah Hospital, Denpasar, some sterilizationindicators are still below the target such as the minimum required time less then 100% and distribution error above 5 events per month. The aim of this study was to identify factorsrelated to staff compliance in sterilization procedure of surgical instruments in endo-urology of the Central Sterilisation Installation (CSI). The sample of this study consisted of 33 CSI staff. Findings indicated a significant correlation between the length of service, supervision, resources and training with staff compliance in conducting sterilization for endo-urology surgery. The lowest compliance was found in the admission procedure: separating dirty equipment, washing: brushing, validation: testing tool function, packing: washing hand, sterilization: not accumulating equipment, storage: placing equipment, and distribution: trolley disinfection. In addition, the most dominant factor is resources. It is recommended to provide training for staff, increase facilities for washing and disinfection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Meidyawati E.H.
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mencari cara sterilisasi guta-perca yang efektif dan efisien sebelum digunakan untuk mengisi saluran akar. Guta-perca yang dicemari Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis direndam dalam natrium hipoklorit dengan konsentrasi 5,25 % ; 2,65 7. ; 1,31 7 dan ke dalam povidon yodium dengan konsentrasi 10 % ; I. % ; 0,5 'I. selama 0,5 ; 1 ; 3 ; 6 menit. Kemudian dibilas dengan merendam dalam larutan fisiologis NaCl steril, lalu dibiak dalam perbenihan thioglikolat, dan dieramkan pada suhu 370C selama 72 jam, untuk dilihat apakah perbenihan tetap jernih, atau menjadi keruh. Ternyata efek kedua desinfektans ini tidak berbeda bermakna. Dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini bisa digunakan untuk sterilisasi guta-perca sebelum pengisian saluran akar. Pada konsentrasi yang kecil dan dalam waktu yang singkat kedua desinfektans ini sudah cukup efektif mematikan kuman Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Hendroyono
"ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan daya saing rumah sakit di-era pasar global, perlu dilakukan reformasi manajemen perumahsakitan yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah manajemen dalam efficiency, productivity, quality and patient responsiveness. Pengendalian infeksi nosokomial sangat bergantung pada kinerja sterilisasi rumah sakit, khususnya pada penatalaksanaan pembedahan dan kegiatan pelayanan medik lain yang menggunakan alat-alat steril.
Pelayanan sterilisasi Instalasi Bedah Sentral merupakan pusat pelayanan sterilisasi RSUD Kota Bekasi. Instalasi ini menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan, mendistribusikan instrumen operasi ke kamar bedah dan alat medik ke ruangan-ruangan yang membutuhkan produk steril.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dengan kapasitas 261 tempat tidur, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOI 1,83 - BTO 65,54 - jumlah operasi 350 pasien per bulan (OK IGD: 100, OK IBS: 250); mempunyai pelayanan sterilisasi yang masih bergabung dengan OK IBS dengan berbagai masalah dan mendapat banyak keluhan dari pengguna jasa pelayanannya terutama para ahli bedah dan petugas kamar bedah yang lainnya.
Banyaknya komplain dan masalah tersebut membuat OK IBS ingin memperbaiki diri, karena OK IBS merupakan bagian dari Rumah Sakit, dan merupakan penggalan jalur panjang dari "moment of truth" mulai dari pasien masuk ke halaman parkir hingga pasien pulang yang harus selalu diperbaiki dan disempumakan demi kepuasan dan keselamatan berobat pasien. Untuk mendapatkan gambaran pelayanan sterilisasi OK IBS menurut kacamata penyedia pelayanan (provider), perlu dilakukan suatu penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach) dengan tujuan menyusun plan of action perbaikan kualitas layanan sterilisasi dari OK IBS RSUD Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam (indepth interview), expert panel dan observasi langsung, serta telaah data sekunder.
Penelitian ini menghasilkan suatu prioritas masalah dan prioritas penyelesaian masalah. Tiga masalah utama pada sterilisasi OK IBS adalah mesin sterilisator yang kurang dalam kualitas dan kuantitas, luas tempat bekerja yang terbatas dan kemampuan SDM sterilisasi di OK IBS yang masih belum cukup memadai.
Kurangnya kualitas mesin sterilisator bermula dari tidak adanya monitoring dan pengawasan berkala pada mesin sterilisator yang ada dan karena tuntutan volume pekerjaan yang meningkat dari tahun ketahun, sehingga petugas terbiasa bekerja dengan mesin sterilisator uap berkapasitas 500 liter pengadaan tahun 1980 yang dalam keadaan rusak; dengan produk linen operasi yang selalu basah dan rusaknya instrumen operasi serta linen operasi oleh sterilisator panas-kering yang merupakan andalan OK IBS selama ini. Masalah mesin sterilisator ini dapat dipecahkan dengan menetapkan bahwa mesin steam sterilisator yang lama sebagai mesin tidak layak pakai dan menggantikannya dengan mesin baru untuk sementara atau pembentukan instalasi CSSD dengan kelengkapan sarana dan prasarananya.
Perkembangan OK IBS yang terwujud dari beberapa kali renovasi tidak disertai dengan perkembangan dan renovasi atau perbaikan kinerja seksi sterilisasi; sehingga luas ruang bekerja dan sarana sterilisasi yang ada sejak tahun 1980 dengan 2 kamar operasi tidak disiapkan untuk keadaan sekarang dengan 5 kamar operasi dan frekuensi operasi 250 pasien per bulan. Masalah ruang kerja sterilisasi ini dapat dipecahkan dengan pembangunan gedung CSSD baru sebagai instalasi yang mandiri di-area belakang RSUD sebelah Unit Laundry.
Paradigma pembelajaran (learning paradigm) perlu dibangun di kalangan petugas OK IBS, khususnya petugas sterilisasi; kurangnya kualitas dan kuantitas SDM sterilisasi OK IBS dapat disebabkan oleh terbiasanya bekerja tanpa SOP, tanpa pengawasan, dan tanpa koreksi dimana keterbatasan pengetahuan tentang sterilisasi dari pimpinan dan pelaksana OK IBS dalam beaurocratic paradigm akan menjadi hambatan dari suatu usaha perbaikan dan pergembangan kinerja organisasi sterilisasi. Masalah kualitas dan kuantitas SDM ini dapat dipecahkan dengan menambah SDM baru yang siap untuk ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan berkala dan berlanjut bagi staf CSSD yang dilaksanakan oleh RS.Sardjito di Yogyakarta.
Kualitas pelayanan sterilisasi di OK IBS dipengaruhi juga oleh kinerja unit-unit lain di RSUD Kota Bekasi dan dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, sehingga masalah-masalah yang muncul merupakan masalah yang terjadi juga di seluruh rumah sakit. Pemecahan masalah di OK IBS tidak dapat dilaksanakan hanya oleh OK IBS sendiri tetapi harus ada intervensi Manajemen Rumah Sakit.
Perlunya melakukan advokasi kepada DPR-D Kota Bekasi, agar masalah sterilisasi yang pada akhirnya menentukan kualitas pelayanan RSUD kota Bekasi dapat dimaklumi juga menjadi tanggung jawab pemerintah kota Bekasi sebagai stake-holder rumah sakit.

ABSTRAK
Reformation of the hospital management is necessary to improve the competitiveness of hospitals in global market era so that managerial problems in efficiency, productivity, quality and patient responsiveness could be solved. Control of nosocomial infection depends heavily on the performance of the sterilization unit in the hospital, especially in surgical treatment and other medical services which utilize sterile instruments.
Sterilization service of IBS Operating Theatre (OT) is the center for sterilization services at RSUD kota Bekasi which receives, processes, produces, sterilizes, stores and distributes surgical instruments to the operating theatre and medical instruments to units which needed them.
Bekasi City Regional Hospital (RSUD kota Bekasi) with the capacity of 261 beds, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOl 1,83 - BTO 65,54 - 350 monthly surgical procedure (Emergency OT: 100, Central OT: 250); has sterilization service combined within IBS OT with various problems and getting complaints from service users, especially the surgeons. Due to the high complaint rate, IBS OT strives to improve its service since it is an integral part of the hospital and part of the "moment of truth" for patient?s wellness and satisfaction. This study is conducted to obtain a picture of IBS OT's sterilization service from the provider's perspective.
This is a qualitative study with problem solving approach which aims to draft a plan of action to improve the quality of sterilization service at IBS OT RSUD kota Bekasi. Data collection was conducted through FGD (Focus Group Discussion), in-depth interview and direct observation and secondary data analysis.
This study results in problem and problem-solving priorities. The three main problems during IBS OT sterilization are: poor quality and quantity of sterilizatormachines, limited working area and human resources capability in IBS OT that not yet sufficient.
The poor quality of sterilizator machine started with the absence of regular monitoring and maintenance, and also due to the increasingly workload. The operator became used to work with the damaged 500-litre steam sterilization machine from 1980; with wet surgical lines and the damaged surgical instruments and linens by the hot-dry sterilizator which is the mainstay of IBS OT. The problem of sterilizator could be solved by discharging the damaged steam sterilizator and replacing it with a new machine; or the formation of CSSD unit complete with the necessary equipment.
The development of IBS OT from several renovations is not accompanied by the development and renovation or improvement of the sterilization unit; therefore the available working area and sterilization unit since 1980 with 2 operating theatres is not ready for the current condition with 5 operating theatre and 250 surgical procedures per month. This problem could be solved with the development of a new, contained CSSD building in the area at the back of RSUD, next to the Laundry Unit.
Learning paradigm needs to be socialized amongst IBS OT personnel, especially those handling the sterilization; the poor quantity and quality of sterilization personnel at IBS OT could be caused by the comfort of working without SOP, control and correction due to the limited knowledge about sterilization of the management of IBS OT. All of these and the bureaucratic paradigm will hinder the effort of performance improvement of the sterilization organization. The problem of human resources quantity and quality could be solved with the addition of new personnel who is ready to be developed through periodic continuing education for CSSD staff at Sardjito Hospital in Yogyakarta.
Sterilization service quality at IBS OT is also influenced by the performance of other units at RSUD kota Bekasi and management's decision, therefore the arising problems are also common problems at the hospital. Problem solving at IBS OT could not be conducted solely by IBS OT but need intervention from hospital management.
It is also important to approach Bekasi City Parliament (DPRD) to ensure that sterilization problem, which will ultimately determine the service quality of Bekasi City Regional Hospital, also falls under responsibility of Bekasi City government as one of the hospital's stake-holders.
"
2007
T19096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Tri Ramadhan
"Sterilisasi wanita merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang mempunyai efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Namun, penggunaan sterilisasi wanita di Jawa Timur masih sangat rendah dibandingkan rata-rata di dunia. Skripsi ini bertujuan untuk melihat faktor apa saja yang menjadi determinan penggunaan sterilisasi wanita serta besaran pengaruh tiap faktor tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 dengan populasi penelitiannya yaitu Wanita Usia Subur 15-49 tahun. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu penggunaan sterilisasi wanita, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, paritas, indeks kesejahteraan, dan daerah tempat tinggal. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel umur merupakan determinan terbesar terhadap penggunaan sterilisasi wanita di Jawa Timur (OR 9,13) diikuti oleh paritas (OR 5,75), pekerjaan (OR 2,38), indeks kesejahteraan (OR 2,23), dan tingkat pendidikan (OR 2,02). Sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan sterilisasi sebagai alternatif metode kontrasepsi yang efektif dan ekonomis dalam jangka panjang perlu digencarkan terutama menyasar pada kalangan WUS berumur 35 tahun keatas dan mempunyai 3 anak atau lebih.

Female sterilization is one of the long-term contraceptive methods that have high effectiveness in preventing pregnancy. However, the use of female sterilization in East Java Province is still very low compared to the average in the world. This thesis aims to see what are the determinants of female sterilization use and the magnitude of the influence of each of these factors. This study uses data from the Indonesian Demographic and Health Survey in 2017 with a research population of women of childbearing age 15-49 years old. The dependent variable in this study is the use of female sterilization, while the independent variables of this study are age, occupation, level of education, parity, welfare index, and area of residence. The results of multivariate analysis showed that age was the biggest determinant of female sterilization use in East Java (OR 9.13) followed by parity (OR 5.75), employment (OR 2.38), welfare index (OR 2.23), and education level (OR 2.02). Socialization and education for the use of sterilization as an alternative to effective and economical methods of contraception in the long term needs to be intensified, especially targeting the women of childbearing age 35 years old and over and having 3 or more children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentinus Gregorius Winarno
Bogor: M-BRIO press, 2004
664.8 WIN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>