Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carrougher, Gretchen J.
St. Louis : Mosby , 1998
617.11 CAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Diana Christie
"Latar belakang : Luka bakar merupakan salah satu penyebab kecacatan sementara, permanen maupun kematian pada anak. Insiden dan kematian akibat luka bakar bervariasi di setiap negara dan dipengaruhi karakteristik luka bakar. Saat ini belum ada data yang mengungkap karakteristik, angka mortalitas serta menilai skor PELOD 2 pada anak dengan luka bakar di Indonesia. Pengenalan karakteristik, angka mortalitas dan penilaian skor PELOD dapat memengaruhi pencegahan dan tata laksana luka bakar yang lebih baik.
Tujuan : Mengetahui karakteristik dan angka mortalitas pasien anak dengan luka bakar yang dirawat di Unit Luka Bakar RSCM, serta mengetahui apakah skor PELOD 2 dapat digunakan untuk menilai keparahan luka bakar dan memprediksi mortalitas.
Metode : Penelitian retrospektif deskriptif berdasarkan data pasien anak yang dirawat dengan luka bakar yang tercatat di rekam medis sejak Januari 2012 - Januari 2017. Subyek penelitian dipilih secara total sampling.
Hasil : Subyek yang memenuhi kriteria penelitian yaitu 148 pasien. Sebagian besar subyek berusia 0-<4 tahun, jenis kelamin laki-laki, gizi baik, rujukan rumah sakit lain dan lokasi kejadian umumnya di rumah. Etiologi luka bakar terbanyak adalah air panas, dengan luas luka bakar <20%, kedalaman luka bakar derajat II. Angka mortalitas anak dengan luka bakar di RSCM adalah 20,3% dengan penyebab kematian sebagian besar sepsis (43,3%). Etiologi terbanyak subyek yang meninggal adalah api, luas luka bakar >40%, dan kedalaman luka bakar derajat II-III. Sebagian besar subyek yang meninggal memiliki skor PELOD 2 ≥ 10 dan mengalami trauma inhalasi.
Simpulan : Angka kematian anak dengan luka bakar di RSCM masih tinggi. Skor PELOD 2 dapat digunakan sebagai metode skrining awal untuk menilai berat ringannya kondisi pasien serta memprediksi mortalitas.

Background : Burn injury is one of the leading causes of temporary, permanent disability and death. Incidence and mortality of burns injury vary among different countries, and its affected by burns characteristic. Currently there is no data reported about characteristic, mortality rate and assessment of the performance PELOD score 2 in pediatric burn injury in Indonesia. Identification characteristic, mortality rate and PELOD score 2 assesment will influence the prevention and better management of burn injury.
Objective : To identify the characteristics and mortality rates of children with burn injury hopitalized in Burn Centre Cipto Mangunkusumo Hospital, and to assess whether the PELOD score 2 can be used for assessment of illness severity and predict mortality.
Methods : A descriptive retrospective study based on data of pediatric patients hospitalized with burns injury in medical records from January 2012 to January 2017. The subjects were selected in total sampling.
Results : Subjects who fullfill criteria are 148 patients. The greatest number of pediatric burns occured in the age group 0-<4 years old, most were boys, normal nutritional status, referral patients, and commonly occured in the patient’s home. Most etiology of burn injury were scalds, extent of burns < 20% total body surface area and second degree burns. The mortality rate of pediatric burn injury in Cipto Mangunkusumo Hospital is 20,3% and sepsis is the leading caused of death (43,3%). The etiology of most subject who died was fire, extent of burns > 40% total body surface and depth burn grade II-III. Most of the subjects who died had PELOD score-2 ≥10 and inhalation injury.
Conclusion : The mortality rate of children with burns in RSCM is still high. PELOD score-2 can be used as an initial screening method to assess the severity of the illness and predict mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djohansjah Marzoeki
Surabaya: Airlangga University Press, 1991
617.11 DJO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Moenadjat
Jakarta: Sagung Seto, 2016
617.11 YEF l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Ardani
"Latar belakang: Tenaga kesehatan rentan mengalami stres psikologis dan fisiologis, termasuk burnout syndrome (BOS). BOS dapat diukur dengan menggunakan assesmen Maslach Burnout Inventory (MBI), yang menilai 3 dimensi dari burnout dan mempengaruhi fungsi dari sistem saraf otonom, salah satunya Heart Rate Variability (HRV). Terapi musik adalah salah satu terapi BOS di fase recovery. Pemilihan musik tradisional dipilih dengan mempertimbangkan preferensi dan budaya individu. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dan randomized control trial pada tenaga kesehatan di RSUP Dr. Kariadi (RSDK) dan RSUPN dr. Ciptomangunkusumo (RSCM). Dilakukan skrining burnout syndrome pada tenaga kesehatan dan dilakukan pemilihan subyek yang sesuai dengan kriteria inklusi Pemilihan subyek yang digunakan sebagai sampel dilakukan dengan randomisasi sederhana. Subjek yang terpilih dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 23 orang. Intervensi menggunakan terapi musik virtual yang diberikan sebanyak 3x seminggu selama 1 bulan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner MBI-HSS dan alat pengukur Heart Rate Variabillity untuk pretes dan posttest. Analisis normalitas data dilakukan dengan Saphiro-Wilk. Jika distribusi data normal dilakukan analisis data uji T independent. Jika distribusi tidak normal, menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Dari hasil studi pustaka, pelatihan terapi musik, FGD , dan aransemen diperoleh 10 jenis musik yang dapat diakses di https://bit.ly/musikburnout. Hasil survei prevalensi burnout menunjukan prevalensi burnout sedang sebesar 46%. Data diolah secara statistik dan didapatkan data pretes yang homogen pada kedua kelompok baik untuk nilai MBI-HSS maupun nilai HRV. Didapatkan hasil nilai post test yang heterogen pada kedua kedua kelompok baik pada nilai MBI-HSS dan HRV dan didapatkan perubahan nilai yang bermakna yang bermakna secara statistik pada data pre-post test MBI-HSS dan HRV di kedua kelompok, dimana nilai MBI-HSS mengalami penurunan dan nilai HRV mengalami peningkatan setelah pemberian terapi musik. Kesimpulan: Terapi musik dapat menurunkan nilai MBI-HSS dan meningkatkan nilai HRV pada tenaga kesehatan dengan Burnout Syndrome.

Background: Health workers are prone to experiencing psychological and physiological stress, including burnout syndrome (BOS). BOS can be measured using the Maslach Burnout Inventory (MBI) assessment, which assesses 3 dimensions of burnout and affects the function of the autonomic nervous system, one of which is heart rate variability (HRV). Music therapy is one of the BOS therapies in the recovery phase. The selection of traditional music is chosen taking into account individual preferences and culture. Methods: This research is a qualitative study and randomized control trial on health workers at Dr. Kariadi (RSDK) and Dr. Ciptomangunkusumo (RSCM). Burnout syndrome screening was performed on health workers, and subjects were selected according to the inclusion criteria. Subjects used as samples were selected by simple randomization. The selected subjects were divided into two groups, namely the intervention group and the control group, each consisting of 23 people. The intervention used virtual music therapy, which was given three times a week for one month. The instruments used were the MBI-HSS questionnaire and heart rate variability measuring devices for the pretest and posttest. Data normality analysis was performed with Shapiro-Wilk. If the data distribution is normal, an independent T-test data analysis is performed. If the distribution is not normal, use the Mann-Whitney test. Results: From the results of the literature study, music therapy training, FGDs, and arrangements, 10 types of music were obtained, which can be accessed at https://bit.ly/musikburnout. The results of the survey on the prevalence of burnout show that the prevalence of moderate burnout is 46%. The data were processed statistically, and we obtained pretest data that were homogeneous in both groups for both the MBI-HSS and HRV values. Heterogeneous post-test results were obtained in both groups on the MBI-HSS and HRV scores, and there were statistically significant changes in the values in the MBI-HSS and HRV pre-post test data in both groups, where the MBI-HSS values experienced a decrease and HRV values increased after giving music therapy. Conclusion: Music therapy can reduce MBI-HSS scores and increase HRV values in health workers with burnout syndrome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanatashya Tania
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 melibatkan berbagai sektor kehidupan yang berpeluang menimbulkan permasalahan yang menjadi sumber stress bagi masyarakat, salah satunya adalah perubahan metode pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi menjadi pembelajaran daring melalui media dan terhubung dengan jaringan (internet). Pembelajaran daring dengan beban akademis ditambah kewajiban untuk isolasi dapat berpengaruh terhadap berkurangnya interaksi sosial dan menjadi faktor risiko untuk fenomena academic burnout dan penurunan nilai kesehatan mental. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19, faktor internal, dan faktor eksternal terhadap academic burnout dan kesehatan mental mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021 dengan total population sampling berjumlah 372 mahasiswa pada bulan Juli hingga Agustus 2021. Kuesioner terdiri dari 39 pertanyaan. Digunakan uji korelasi melalui uji Spearman dengan melihat nilai p-value dan r (koefisien korelasi) untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji Spearman, terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara pembelajaran daring dengan academic burnout dan kesehatan mental, antara beberapa dimensi academic burnout dengan durasi pendidikan dan dukungan orang tua, dan antara beberapa dimensi kesehatan mental dengan dukungan orangtua dan dukungan peer group. Kesimpulan: Semakin baik persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran daring, maka semakin rendah nilai academic burnout dan semakin tinggi kualitas kesehatan mentalnya. Selain itu, mahasiswa masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai academic burnout di tingkat moderat dan tinggi, dan nilai kesehatan mental yang di bawah rata-rata. Kemudian, ditemukan bahwa durasi pendidikan dan dukungan sosial dari orang tua dan peer group memiliki hubungan dengan beberapa dimensi dari academic burnout dan kesehatan mental.

Background: The COVID-19 pandemic involves various sectors of life that may cause many problems that become a source of stress for the community, one of which is the change in the method of conventional learning in universities to online learning through media and connected to the internet. Online learning with an academic load and obligation to social distancing during a COVID-19 pandemic can affect reduced social interaction and be a risk factor for the phenomenon of academic burnout and mental health decline. Objective: To determine the relationship of online learning during the COVID-19 pandemic, internal and external factors to academic burnout and mental health of undergraduate Undergraduate Dental Students University of Indonesia in 2021. Methods: Cross- sectional study in the form of online questionnaires for undergraduate dental students with a total population sampling of 372 students from July to August 2021. The questionnaire consists of 39 questions. The correlation test is used through the Spearman test by looking at the p-value and r (correlation coefficient) for statistical analysis. Results: Based on the Spearman test, there was a significant relationship (p<0.05) between online learning and academic burnout and mental health, between several dimensions of academic burnout and the duration of education and parental support, and between several dimensions of mental health and parental support. peer group support. Conclusion: The better the student's perception of the quality of online learning, the lower the academic burnout value and the higher the quality of mental health. In addition, there are still many students who have moderate and high academic burnout scores, and mental health scores that are below average. Then, it was found that the duration of education and social support from parents and peer groups was associated with several dimensions of academic burnout and mental health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Pratami Septiara
"ABSTRAK
Latar Belakang: Luka bakar adalah kerusakan dan kehilangan jaringan akibat suhu yang sangat tinggi atau rendah. VEGF-A adalah faktor pertumbuhan yang berperan penting dalam proses angiogenesis dan mempertahankan permeabilitas pembuluh darah. Angiogenesis sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka karena pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan yang rusak, membawa sel-sel imun, dan mempersiapkan area luka untuk regenerasi dan perbaikan jaringan. Penggunaan hADSC dalam collagen gel diharapkan menghasilkan ekspresi mRNA VEGF-A dan jumlah pembuluh darah yang lebih tinggi.Metode: Penelitian ini menggunakan 20 tikus jantan Spargue Dawley, dibagi menjadi empat kelompok hari pengamatan hari ke 7, 14, 21 dan 28 . Setiap tikus menerima tiga luka dengan perlakuan berbeda kontrol, hADSC dalam collagen gel dan collagen gel . Pembuatan luka bakar deep dermal dilakukan dengan menempatkan pelat logam dengan suhu 250 C selama 15 detik di dorsal. Pengukuran ekspresi mRNA VEGF-A dilakukan dengan dengan metode qRTPCR. Jumlah pembuluh darah dihitungan dari jaringan luka bakar dengan pewarnaan hematoksilin-eosin.Hasil: Pada hari ke 7, tingkat ekspresi mRNA VEGF-A pada luka yang diberikan oleh hADSC dalam collagen gel berbeda signifikan dibandingkan kelompok collagen gel dan kontrol (p<0,05), sedangkan kelompok scaffold collagen gel dengan kontrol tidak berbeda signifikan. Pada hari ke-14, 21, dan 28 tidak terdapat perbedaan signifikan ekspresi mRNA VEGF-A di ketiga perlakuan. Terjadi penurunan ekspresi mRNA VEGF-A pada hari ke-7 sampai hari ke-28 di semua perlakuan. Jumlah pembuluh darah tidak berbeda signifikan diantara ketiga perlakuan, namun terjadi peningkatan jumlah pembuluh darah sampai hari ke-21. Kesimpulan: Pemberian hADSC dalam collagen gel meningkatkan ekspresi mRNA VEGF-A di awal proses penyembuhan luka dibandingkan kelompok tanpa hADSC.

ABSTRACT
Introduction Burn injuries are damage and loss of tissue with very high or low temperatures. VEGF A is growth factor that plays important role in the angiogenesis and maintains the permeability of blood vessels. Angiogenesis is indispensable to the wound healing because the blood vessels carry oxygen and nutrients to the damaged area, carry immune cells, and prepare the wound area for tissue regeneration and repair. The use of hADSC in the collagen gel is expected to result higher level of mRNA VEGF A expression and large number of bloodvessels.Methods This study used 20 male Spargue Dawley rats, divided into four groups of observation days day 7, 14, 21 and 28 . Each rat received three wound with different treatments control, hADSC in collagen gel and collagen gel . The making of deep dermal burn injury on the dorsal by placing metal plate with 250 C for 15 seconds. Expression level of mRNA VEGF A measurement with qRTPCR methode. The number of blood vessels calculated from the burn tissue with hematoxylin eosin staining.Results At day 7, the expression level of mRNA VEGF A in the wound treated by hADSC in collagen gel was significantly different from the collagen gel and control (p<0.05), whereas the collagen gel with the control group were not significantly different. On days 14, 21, and 28 showed no significant expression of mRNA VEGF-A between the three treatments. There was decrease in mRNA VEGF-A expression on day 7 to day 28 in all treatments. The number of blood vessels did not differ significantly between the three treatments, but there was increase the number of blood vessels to day 21.
Conclusion: The provision of hADSC in collagen gel increased the expression of mRNA VEGF-A at the beginning of the wound healing process compared to the group without hADSC. The number of blood vessels increased to the 21st day."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Ardani
"Burnout Syndrome (BOS) adalah kumpulan gejala akibat stres fisik maupun psikis akibat beban dan stresor pekerjaan yang tinggi. BOS memengaruhi tubuh dalam aspek psikis, neuroautonom, imunologi, maupun endokrin (PNIE). Terapi musik terbukti dapat membantu mengatasi stres psikis dan fisik. Musik tradisional dapat digunakan untuk terapi musik karena sesuai dengan latar budaya masyarakat Indonesia.
Studi I merupakan penelitian kuantitatif untuk menentukan nilai baseline pada kelompok tidak burnout. Studi II merupakan studi kualitatif dengan teknik clinical expert judgement untuk menentukan model terapi musik. Studi III desain RCT dengan intervensi terapi musik pada tenaga kesehatan dengan BOS selama 4 minggu. Skor Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS), Heart Rate Variability (HRV), endorfin, kortisol dan IgA saliva, dan kadar T-Regulator (FOXP3) serum dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-2, ke-4, dan ke-6. Analisis data menggunakan SPSS 20, dengan nilai kemaknaan < 0,05.
Pada studi I, didapatkan nilai baseline HRV sebesar 51,153 ms2 , endorfin sebesar 503 pg/mL, kortisol saliva sebesar 5,55 ng/mL, IgA saliva sebesar 0,44 mg/mL, dan FOXP3 sebesar 4%. Pada Studi II, didapatkan aransemen 20 jenis musik bergenre tradisional untuk terapi, uji coba musik terapi di laboratorium musik dan model terapi sebanyak 3 kali per minggu, durasi 10–15 menit setiap sesi, diberikan selama 4 minggu. Pada studi III didapatkan peningkatan bermakna skor MBI-HSS (p 0,022), HRV (p < 0,0001), dan kadar FOX-P3 (p 0,035) setelah intervensi terapi musik dibanding dengan kontrol. Didapatkan persistensi terapi musik terhadap skor MBI-HSS.
Terapi musik terbukti memperbaiki BOS melalui jalur PNIE, sehingga dapat diaplikasikan dalam praktik sebagai terapi supportif. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai manfaat terapi musik dengan frekuensi dan durasi yang lebih panjang, serta kombinasi dengan modalitas terapi lain.

Burnout Syndrome (BOS) is a collection of symptoms due to physical and psychological stress due to high workload and stressors. BOS affects the body in psychological, neuroautonomic, immunological, and endocrine (PNIE) aspects. Music therapy has been proven to help overcome psychological and physical stress. Traditional music can be used for music therapy because it is in accordance with the cultural background of Indonesian society.
Study I is a quantitative study to determine the baseline value in the non-burnout group. Study II is a qualitative study using clinical expert judgment techniques to determine the music therapy model. Study III RCT design with music therapy intervention in health workers with BOS for 4 weeks. Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS) scores, Heart Rate Variability (HRV), endorphins, cortisol and salivary IgA, and serum T-Regulator (FOXP3) levels were carried out at the beginning of the study, weeks 2, 4, and 6. Data analysis using SPSS 20, with a significance value of < 0.05.
In study I, baseline HRV values were obtained at 51.153 ms2, endorphin at 503 pg/mL, salivary cortisol at 5.55 ng/mL, salivary IgA at 0.44 mg/mL, and FOXP3 at 4%. In study II, arrangements of 20 types of traditional music genres for therapy were obtained, music therapy trials in a music laboratory and therapy models were carried out 3 times per week, with a duration of 10–15 minutes per session, given for 4 weeks. In study III, there was a significant increase in MBI-HSS scores (p 0.022), HRV (p < 0.0001), and FOX-P3 levels (p 0.035) after music therapy intervention compared to control. A retention effect of music therapy on MBI-HSS scores was obtained.
Music therapy has been shown to improve BOS through the PNIE pathway, so it can be applied in practice as a supportive therapy. Further research is needed to assess the benefits of music therapy with longer frequencies and durations, as well as in combination with other therapeutic modalities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nur Asmita Rahma
"Dampak pademi COVID-19 hampir dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia tidak terkecuali profesi perawat. Perawat sering menghadapi stresor tinggi dalam usaha menyelamatkan pasien, melakukan pekerjaan rutin, berada di ruang kerja yang dirasa padat, frekuensi jumlah pasien yang tinggi, serta melakukan tindakan yang cepat untuk merespon kebutuhan pasien. Perawat profesional juga dituntut untuk bisa memberi layanan paripurna kepada klien. Kondisi yang kompleks ini dapat menimbulkan risiko burnout. Tujuan penelitian adalah untuk mengAnalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Burnout Perawat Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 di Kota Pekanbaru Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode obsevasional analitik dengan rancangan cross- sectional dengan populasi sebanyak 245 perawat puskesmas di Kota Pekanbaru dan melalui metode cluster random sampling dan total sampling diperoleh sampel 6 puskesmas dengan 71 perawat. Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan faktor demografi mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan lama masa kerja serta organizational effort factor tidak berpengaruh terhadap burnout. sedangkan, individual effort factor dan work environtment berpengaruh terhadap burnout pada perawat. Didapatkan juga hasil 80,3% perawat di Kota Pekanbaru berada pada tingkat rendah berada pada kondisi burnout selama pandemi COVID-19, sedangkan 19,7% nya berada pada tingkat sedang. Menurunkan angka kejadian burnout dapat dilakukan dengan mempertahankan dukungan dari atasan, dukungan rekan kerja dan dengan mempertahankan suasana kerja yang nyaman serta tetap memperhatikan kemampuan individu perawat puskesmas dan memberi ruang lebih bagi perawat untuk berpikir kreatif, menyampaikan pikiran positif.

The impact of the COVID-19 pandemic has been felt of the all people in the world, including the nursing profession. Nurses often face the high stressors in an effort to save patients, doing routinity, a workspace that feels crowded, the high frequency of patients, and have taking quick action to respond to patient needs. Professional nurses are also required to be able to provide best treatment to the clients. This complex condition can pose a risk of burnout. This study aim to analyze the factors that influenced the burnout of nurses in public health center during the COVID-19 pandemic in Pekanbaru City. This study used an analytical observational method with a cross-sectional design with a population of 245 nurses in nurses in public health center at Pekanbaru City and used cluster random sampling method and a total sampling to get 6 public health center with the 71 nurses. The data was analyzed with univariate, bivariate, and multivariate tests with multiple logistik regression. The results showed that demographic factors include age, gender, education level, marital status, and length of service and organizational effort factors have no effect on burnout. Meanwhile, individual effort factor and work environment affect burnout in nurses. Reducing the incidence of burnout can be solve by increasing organizational effort factor and can provide more space for nurses to think creatively and positive thoughts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>