Ditemukan 6610 dokumen yang sesuai dengan query
Callahan, Parnell Joseph Terence
New York: Oceana Publications, 1970
346.016 6 CAL l
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ali, Maulana Muhammad
Pakistan: The Ahmadiyan Anjuman Isha'at-i-Islam, 1949
297.431 ALI i
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
O`Shaughnessy, Kate
London: Routledge, 2009
306.89 OSH g
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Toose, Paul
Australia: The Law Book Company Limited, 1968
346.016 6 TOO a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Singla, Devinder Kumar
New Delhi: Deep and Deep Publication , 1992
346.54 SIN j
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Endah Hartati
"Disertasi ini membahas mengenai Alimentasi Anak Pascaperceraian yang berlaku di Indonesia dalam Perspektif Hukum Perdata, Hukum Islam dan Hukum Adat. Alimentasi anak pascaperceraian atau pemberian nafkah anak setelah perceraian kedua orang tua merupakan hal yang utama yang harus diperhatikan, mengingat keberlangsungan hidup anak harus tetap terjamin pascaperceraian kedua orang tuanya. Terdapat pengaturan yang berbeda untuk masyarakat yang tidak memeluk agama Islam dan pemeluk agama Islam. Untuk yang tidak beragama Islam, pengaturan yang berlaku tentang alimentasi anak pascaperceraian di Indonesia ini terdapat dalam Pasal 41 Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-undang Perkawinan dan untuk yang beragama Islam mengacu pada Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam, serta hukum adat juga masih digunakan untuk menyelesaikan perkara-perkara masyarakat adat yang tidak diakomodir oleh peraturan yang dibuat oleh negara. Walaupun konsep pengasuhan anak di Indonesia dari ketiga sistem hukum tersebut berbeda-beda (hukum perdata, hukum Islam dan hukum adat), tetapi semuanya memiliki kesamaan tujuan yaitu agar anak-anak tetap terjamin dalam segala aspek kehidupannya, walaupun kedua orang tuanya telah bercerai. Tidak adanya unifikasi di bidang hukum perkawinan khususnya hukum alimentasi anak pescaperceraian menyebabkan perbedaan putusan-putusan tentang alimentasi anak di Indonesia. Pengaturan yang ada juga tidak mengatur secara rinci perihal hak dan kewajiban kedua orang tua pascaperceraian terhadap anak-anak mereka. Saran dari disertasi ini adalah perlunya perbaikan pengaturan pemberian alimentasi atau nafkah anak pascaperceraian yang memasukkan ketentuan-ketentuan yang lebih rinci seperti kondisi-kondisi yang mempengaruhi hak pengasuhan anak diberikan kepada siapa, batas usia pemberian alimentasi dan pengecualian atas kondisi-kondisi tertentu, penghitungan biaya alimentasi. Penyelesaian sengketa alimentasi anak diluar pengadilan dan lembaga eksekusi atas kewajiban alimentasi diluar pengadilan merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan agar kepentingan anak terjamin walau kedua orang tua telah bercerai.
This dissertation discusses post-divorce child alimony that applies in Indonesia from the perspective of civil law, Islamic law and customary (adat) law. Post-divorce child alimony or providing child support after the divorce of the parents is the main thing that must be considered, considering that the child's survival must remain guaranteed after the divorce of the parents. There are different arrangements for people who do not embrace Islam and those who adhere to Islam. For those who are not Muslim, the applicable regulations regarding post-divorce child alimony in Indonesia are contained in Article 41 Number 16 of 2019 concerning Amendments to the Marriage Law and for those who are Muslim it refers to Article 105 of the Compilation of Islamic Law, and customary law is also still usedto resolve cases of indigenous peoples that are not accommodated by regulations made by the state. Even though the concept of child care in Indonesia from the three legal systems is different (civil law, Islamic law and customary law), they all have the same goal, namely that children remain secure in all aspects of their lives, even though their parents are divorced. The absence of unification in the field of marriage law, especially the law on alimony for children of divorce, has led to differences in decisions regarding child alimony in Indonesia. The existing arrangements also do not regulate in detail the rights and obligations of both parents after divorce towards their children. The suggestion from this dissertation is the need to improve the arrangements for granting alimony or post-divorce child support which include more detailed provisions such as conditions that influence who child custody rights are given to, the age limit for granting alimony and exceptions to certain conditions, calculating alimentation costs. Settlement of child alimony disputes outside of court and institutional execution of alimony obligations outside of court are alternatives that need to be considered so that the child's interests are guaranteed even though the parents are divorced."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
King, C. Judson
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1982
660.284 KIN s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
King, C. Judson
New York: McGraw-Hill, 1980
660.284 2 KIN s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Rizal Saepuloh
"Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia mewadahi persoalan-persoalan hukum Islam termasuk yang menyangkut cerai ke dalam kompilasi hukum bernama Kompilasi Hukum Islam. Alih-alih menjadi solusi bagi umat muslim, nyatanya hukum tersebut memunculkan persoalan baru karena kebanyakan aturan yang ada di dalamnya menimbulkan ketidakadilan gender. Itu terjadi karena Al-Qur’an yang menjadi sumber rujukannya ditafsirkan dengan menggunakan metode klasik yang mengabaikan konteks sehingga tafsir yang dihasilkan tidak relevan dengan situasi sekarang ini. Dengan menggunakan metode hermeneutika feminis, artikel ini mengedepankan tafsir berkeadilan gender. Artikel ini menyimpulkan bahwa hukum perceraian berbasis syariat islam di dalam KHI sudah tidak relevan karena masih menggunakan tasir klasik yang bias gender. Untuk mencapai tujuan tersebut, artikel ini menggunakan metode deskripsi analitis untuk menjabarkan ketidakadilan gender yang terkandung pada hukum perceraian dan dilanjutkan dengan menggunakan metode hermeneutika feminis untuk menafsirkan ayat-ayat mengenai perceraian. Penggunaan metode hermeneutika feminis dalam penafsiran Al-Qur’an akan menghasilkan tafsir tanpa bias gender yang berpotensi untuk dapat mengatasi permasalahan ketidakadilan gender pada hukum Islam.
Having Muslim population as majority, Indonesia accommodates Islamic law’s issues, including divorce law, into a legal compilation called KHI or Kompilasi Hukum Islam (Compilation of Islamic Law). Instead of being a solution for Muslims, the law raises new problems because most of the rules in it causing gender injustice. This happens because the Qur’an, the source of KHI, is being interpreted using classical methods that ignore the context in the process of interpretation which leads to irrelevant interpretation with the current situation. By using the feminist hermeneutic method, this article puts forward an interpretation of gender justice. In order to achieve this goal, this article uses the analytical description method to describe the gender inequality contained in the divorce law and continues by using the feminist hermeneutic method to interpret verses about divorce. The use of the feminist hermeneutic method in the interpretation of the Qur'an will result in an interpretation without gender bias that has the potential to overcome the problem of gender inequality in Islamic law."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Richard Daniel
"Perceraian yang merupakan salah satu penyebab dari putusnya suatu hubungan perkawinan ini berdampak kepada masing-masing pihak yang terikat dalam suatu hubungan perkawinan khususnya dalam kondisi ekonomi. Dari berbagai banyak kasus perceraian yang ada, istri lebih sering sekali mengalami kesulitan dalam kondisi ekonomi, yang mana sebelumnya selama terikat dalam hubungan perkawinan diberikan nafkah oleh suami. Maka dari itu untuk mencengah terjadinya ada salah satu pihak yang mengalami kesusahan pasca perceraian diperlukan pengaturan yang jelas mengenai tunjangan pasca perceraian. Dalam skripsi ini membahan mengenai pengaturan tunjangan pasca perceraian di Indonesia dan membandingkan pengaturan tersebut dengan pengaturan tunjangan pasca perceraian yang ada di Malaysia. Dalam menulis skripsi ini dilakukan dengan penelitian yuridis normatif yang mengutamakan penggunaan bahan pustaka berupa norma-norma hukum tertulis dalam membandingkan pengaturan tunjangan pasca perceraian di Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan penelitian, mengenai tunjangan pasca perceraian di Indonesia masih diatur dalam beberapa peraturan yang berlaku secara tidak menyeluruh dan sama rata untuk Warga Negara Indonesia, maka diperlukan tindakan dari pemerintah sebagai pemegang kewenangan untuk mengubah dan melengkapi khususnya tunjangan pasca perceraian agar dapat diberlakukan dengan jelas dan sama rata.
Divorce, one of the many causes of the end of a marital relationship, brings an impact towards the parties bound in the marital relationship, specifically in the economic conditions.Of the many divorce cases present, the wife in the relationship more often experiences economic hardships, due to the fact that their livelihood during the marriage was provided by the husband. Hence, to prevent condition whereas one of the former spouses being burdened because of divorce, it is necesarry to have defined law regarding spousal maintance after divorce. This thesis discusses the law of spousal maintance in Indonesia and compares it with the law of spousal maintance in Malaysia. This thesis is weritten using the normative juridical research approach tha prioritizes the use of library materials in the form of written legal norms in comparing post-divorce alimony arrangements in Indonesia and Malaysia. Based on research, post-divorce alimony agreement in Indonesia is still not chomprehensively and unequally regulated in several regulations that apply for Indonesian citizens. An action from the government as the holder of authority is needed to change and complete the post-divorce alimony agreement regulation so that they can be applied clearly and equally for everyone.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library