Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berman, Pearls S
"about mental health counseling, psychotherapy, clinical competence"
New jersey: Lawrence erlbaum assossiates, 2005
616.891 4 BER i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sommers-Flanagan Rita
Hoboken, N.J.: John Wiley & Sons, 2009
616SOMC001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"The ability of adolescents to cope with stressful life events has not been well developed. Facing stressful situations might trigger them to engage in many dangerous and self-destructive behaviors. Life skills program in improving mental health of adolescents has been proven in many countries, as it has in Indonesia. In post disaster situation, there is rarely any community program which focuses on adolescent mental health. Life skills program is a psychological intervention to teach adolescents to improve their skill to cope with stress, develop self esteem, deal with peer pressure, think critically, communicate appropriately and act assertively. Teachers and local health professionals who have already been trained about life skills program apply this program in adolescents experiencing a stressful event, a natural disaster from the eruption of Mount Merapi in Yogyakarta-Indonesia. This study attempts to apply and evaluate the effectiveness of the program for adolescents who had survived a natural disaster in Yogyakarta Indonesia. Three weeks life skills training was conducted in 2012 on 40 junior and senior high school students, post Mount Merapi eruption in Yogyakarta and Magelang. Subjects were assessed for their self image using Rosenberg self image questionnaire, and their emotional behavioral problems and mental strength using Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), before and after the train-ing. SPSS was used for the statistical analysis. The average age of the subjects was 14.48 + 1.21 years old. There were significant differences on the self-esteem and mental strength aspects of the subjects before and after intervention. Score on low self-esteem was improved (p=0.005), negative self perception also became better (p<0.001), and prosocial behavior was increased (p=0.001). There were also decreasing difficulties and emotional behavioral problem score after intervention, and other aspects of self esteem such as instability and self consciousness. Life skills training has several positive effects in improving mental strength and self-image and decreasing emotional and behavioral problems of adolescents post disaster."
Depok: Directorate of research and community engagement Universitas Indonesia, 2017
300 AJCE 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Tri Anggraeni
"Pendahuluan: Stigmatisasi terhadap orang dengan gangguan jiwa cukup tinggi di kalangan penyedia layanan kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran. Penelitian ini menganalisis dampak promosi kesehatan jiwa terhadap stigma kesehatan jiwa pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan menggunakan data dari mahasiswa kedokteran tahun ketiga (N=132), dibagi menjadi kelompok intervensi (n=66) dan kontrol (n=66). Kelompok intervensi menerima satu kali webinar tentang kesehatan mental. Tingkat stigma dinilai menggunakan kuesioner MICA-4.
Hasil: Prevalensi stigma kesehatan jiwa dari kuesioner pre-test sebesar 18,94%, dengan cutoff-point 48. Tingkat stigma tertinggi pada post-test terdapat pada pertanyaan 6, faktor 2, dan faktor 3. Pada kelompok intervensi, skor MICA menurun dari median 42 menjadi 39 dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,001), sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,951) pada kelompok kontrol.
Kesimpulan: Stigma yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah terkait pengetahuan tentang penyakit jiwa, kesediaan untuk mengungkapkan penyakit jiwa sendiri, dan stigma terhadap anggota keluarga atau teman pasien psikiatri. Studi ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan mental melalui webinar menunjukkan penurunan yang signifikan dalam stigma kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Introduction: Stigmatization of people with mental illnesses is high among health care providers, including medical students. This study analyzes the impact of mental health promotion on mental health stigma in third-year medical students of the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.
Methods: The research is a quasi-experimental study using data from third-year medical students (N=132), divided into intervention (n=66) and control (n=66) groups. The intervention group received a one-time webinar about mental health. The stigma level was assessed using the MICA-4 questionnaire.
Results: The prevalence of mental health stigma from the pre-test questionnaire is 18.94%, with a cutoff point of 48. The highest stigma level on post-test was found on question 6, factor 2, and factor 3. In the intervention group, the MICA score decreased from median 42 to 39 with a statistically significant difference (p=0.001), while there was no significant difference (p=0.951) in the control group.
Conclusion: The most common stigma found in this study is related to knowledge of mental illness, willingness to disclose their own mental illness, and stigma towards family members or friends of psychiatric patients. This study demonstrates that mental health promotion using webinar shows a significant reduction in mental health stigma among third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Meganingtyas Prabandari
"Perkembangan teknologi membantu aktivitas manusia pada saat ini. Salah satu dampak dari teknologi yaitu adanya layanan tele-counseling. Layanan tele-counseling yang masih terbilang baru ini masih perlu diperhatikan untuk melakukan inovasi berkelanjutan terhadap layanan dengan melihat faktor yang dapat memengaruhi intensi untuk menggunakan layanan tersebut. Penelitian ini berfokus pada peran kepercayaan sebagai mediator dalam pengaruh self-stigma terhadap intensi menggunakan tele-counseling, dengan menggunakan dasar teori kerangka Theory of Planned Behavior dari Ajzen. Penelitian ini dilakukan kepada 113 masyarakat umum Indonesia yang berumur 18 sampai 40 tahun dan pernah mendengar mengenai tele-counseling. Penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran Intentions to Seek Counseling Inventory – Online (ISCI), The Self Stigma of Seeking Help Scale – Online (SSOSH), dan Alat ukur kepercayaan yang diadaptasi dari Anwar dan Adidarma (2016). Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS dari Hayes dengan model 4, menunjukkan bahwa kepercayaan tidak memiliki efek mediasi yang signifikan pada pengaruh self-stigma terhadap intensi menggunakan tele-counseling (ab = -0.02, CI = [-0.20, 0.21]). Penelitian ini memberikan implikasi bagi penyedia layanan untuk melakukan inovasi ataupun perbaikan terkait layanan dengan melihat faktor lain selain self-stigma dan kepercayaan, dan juga meningkatkan psikoedukasi terkait isu kesehatan mental.

Technological developments help human activities at this time. One of the impacts of technology is the existence of tele-counseling services. This tele-counseling service, which is still relatively new, still needs attention to carry out continuous innovation of the service by looking at the factors that can influence the intention to use the service. This study focuses on the role of trust as a mediator in the influence of self-stigma on the intention to use tele-counseling, using the theoretical framework of Ajzen's Theory of Planned Behavior. This research was conducted on 113 Indonesian general public aged 18 to 40 years and had heard of tele-counseling. This study was measured using the Intentions to Seek Counseling Inventory – Online (ISCI) measurement scale, The Self Stigma of Seeking Help Scale – Online (SSOSH), and the confidence measuring instrument adapted from Anwar and Adidarma (2016). The results of the mediation analysis using Hayes' PROCESS model 4, showed that trust had no significant mediating effect on the effect of self-stigma on intentions to use tele-counseling (ab = -0.02, CI = [-0.20, 0.21]). This research provides innovation for service providers to make factors or improvements related to services by looking at other than self-stigma and beliefs, and also increasing psychoeducation related to mental health issues."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Prasetyo Ningrum
"Latar Belakang: Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang mengenai kesehatan mental remaja. Studi pedahuluan dari penelitian ini menemukan fakta bahwa masalah gejala kecemasan menduduki peringkat pertama prevalensi 84.9 , berdasarkan hasil tes skrining menggunakan subskala kecemasan Hopkins Symptom Check List ndash; 25 HSCL-25.
Tujuan: Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pada subskala kecemasan HSCL-25 dalam mengidentifikasi kecemasan jika dibandingkan dengan gold standard berupa wawancara diagnostik, serta mengidentifikasi nilai cut-off yang tepat dalam penggunaan subskala kecemasan HSCL-25 pada populasi remaja.
Metode: Membandingkan kecenderungan kecemasan berdasarkan hasil skrining HSCL-25 dengan hasil wawancara diagnostik menggunakan modul skrining Structured Clinical Interview for DSM-IV SCID sebagai acuan pembuatan gold standard. Proses penelitian menggunakan teknik double-blind dengan bantuan tim penelitian. Wawancara dilakukan kepada 40 orang remaja siswa SMA di wilayah DKI Jakarta, mengacu pada hasil skrining.
Hasil: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki nilai sensitivitas sebesar 0.50 dan nilai spesifisitas sebesar 0.50. Skor cut-off HSCL-25 sebesar 1.75 yang digunakan dalam penelitian ini kurang ideal dalam mengidentifikasi individu dengan masalah kecemasan pada populasi remaja.
Kesimpulan: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki kemampuan terbatas dalam mengidentifikasi kecemasan yang mengarah pada gangguan pada populasi remaja. Oleh sebab itu, HSCL-25 tidak disarankan sebagai alat skrining tunggal dalam mengukur kecenderungan gangguan kecemasan pada populasi ini. Terdapat pula kemungkinan bahwa gold standard yang dipilih dalam penelitian ini kurang sesuai sebagai pembanding HSCL-25. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempersingkat interval waktu antara proses skrining dan wawancara, serta mempertimbangkan pemilihan gold standard yang lebih sesuai.

Background: This study is part of a longitudinal study about adolescent's mental health. A preliminary study of this study found that anxiety symptoms were ranked first prevalence 84.9, based on screening using Hopkins Symptom Check List 25 HSCL 25 anxiety subscale.
Objective: To determine the sensitivity and specificity of the HSCL 25 anxiety subscale compared to the diagnostic interview as a gold standard, as well as identifying appropriate cut off score for HSCL 25 anxiety subscale in adolescent's population.
Methods: Comparing HSCL 25 anxiety score with the results of diagnostic interview using the Structured Clinical Interview for DSM IV SCID screening module as the gold standard. This study was conducted using double blind technique, and the blinding process was assisted by the research team. Interviews were conducted to 40 high school students in DKI Jakarta, based on screening results.
Results: Anxiety subscale of HSCL 25 has a 0.50 sensitivity and 0.50 specificity. The cut off score used in this study 1.75 is less than ideal in identifying individuals with anxiety problems in adolescent populations.
Conclusion: The anxiety subscale of HSCL 25 has limited ability to identify anxiety disorder in adolescent populations. Therefore, it is not recommended as a single screening tool in measuring the anxiety disorder trends in this population. It is also possible that the gold standard chosen in this study is less suitable as a comparison of HSCL 25. Further research is expected to shorten the time interval between the screening process and interviews, as well as consider more appropriate gold standard selection.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Hapsari Massarapa
"Latar Belakang. Frekuensi kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) cukup sering dijumpai, sehingga menimbulkan permasalahan baik saat mereka berada dalam perawatan di rumah sakit ataupun saat mereka kembali ke komunitas. Dengan adanya suatu instrumen yang dapat menilai faktor-faktor risiko terjadinya kekerasan di masa mendatang serta diberikannya manajemen risiko dan tata laksana yang adekuat dapat mengurangi timbulnya risiko perilaku kekerasan atau kebeberbahayaan, serta menimbulkan rasa aman dan nyaman baik bagi ODGJ itu sendiri, keluarga atau pelaku rawat, komunitas serta tenaga medis. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan handal dalam menilai risiko kekerasan atau keberbahayaan di masa mendatang serta rencana tata laksananya terutama pada seting klinis, yakni Historical Clinical Risk Management Scale 20 Version 3 (HCR-20V3) versi Bahasa Indonesia. Metode. Penelitian ini melibatkan 103 pasien dengan riwayat perilaku kekerasan yang datang ke Poli Jiwa Dewasa dan Unit Rawat Inap Departemen Psikiatri RSCM sejak bulan November 2018 dan berusia 18-59 tahun. Uji kesahihan yang dilakukan antara lain uji kesahihan isi dengan meminta pendapat dari 10 orang pakar di bidang Ilmu Kesehatan Jiwa, serta uji kesahihan konkuren yang membandingkan skala klinis pada instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia dengan instrumen standar yang telah divalidasi sebelumnya yakni PANSS dan OAS. Uji keandalan konsistensi internal dilakukan dengan melihat nilai Cronbach s Alpha. Hasil. Uji kesahihan isi menunjukkan nilai content validity index for items (I-CVI) sebesar 0.97 dan nilai content validity index for scales (S-CVI) sebesar 0.80 yang menunjukkan bahwa butir-butir pada instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia memiliki relevansi terhadap penilaian risiko kekerasan/keberbahayaan pada seseorang. Uji kesahihan konkuren menunjukkan korelasi positif dan signifikan jika dibandingkan dengan instrumen PANSS dan OAS. Nilai koefisien Cronbach s Alpha diperoleh hasil sebesar 0.758 yang menunjukkan hasil baik pada uji keandalan konsistensi internal. Simpulan. Penelitian ini menghasilkan instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai risiko perilaku kekerasan atau keberbahayaan.

Background. The frequency of violence in people with mental disorders is quite common, causing problems when they are in hospital care or when they return to the community. An instrument that can assess risk factors for future violence and provide adequate risk management can reduce the risk of violence or dangerous behavior, and create a sense of security and comfort for people with mental disorder, their families, the community and medical personnel. Aim. This research was conducted to obtain a valid and reliable instrument, namely the Indonesian version of the Historical Clinical Risk Management Scale 20 Version 3 (HCR-20V3), in assessing the risk of future violence or harm and its management, especially in clinical settings. Methods. The study involved 103 patients with a history of violent behavior who had come to the Adult Psychiatry Outpatient Unit and RSCM Department of Psychiatric Inpatient Unit since November 2018 until March 2019 and aged 18-59 years. Validity tests included the content validity test by collecting the opinions of 10 experts in the field of Mental Health, as well as concurrent validity test that compare the clinical scale of the Indonesian version of the HCR-20V3 instrument with the previously validated standard instruments, Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) and Overt Agression Scale (OAS). Reliability testing of internal consistency was done by defining the value of Cronbach s Alpha. Results. The content validity index for items (I-CVI) was 0.97 and the content validity index for scales (S-CVI) value was 0.80, indicating that the items in the Indonesian version of the HCR-20V3 instrument are relevant for asssessing risk of violent behavior. Concurrent validity test showed a positive and significant correlation when compared with PANSS and OAS instruments. The Cronbach s Alpha coefficient value was 0.758 which showed good result on the internal consistency reliability test. Conclusion. The Indonesian version of HCR-20V3 is a valid and reliable instrument for assessing risk of violent or dangerous behavior."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nashwa Syafiqa
"Skripsi ini menganalisis mengenai penerapan layanan psikologi klinis daring berdasarkan hukum kesehatan, khususnya mengenai kedudukan dan pelindungan hukum bagi klien, serta pertanggungjawaban etika, disiplin, dan hukum bagi psikolog klinis. Skripsi ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal dan tipe penelitian deskriptif. Pada mulanya, perhatian hukum kesehatan lebih dominan pada aspek fisik. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa telah berkembang secara signifikan. Maka dari itu, terbentuklah layanan psikologi klinis daring sebagai salah satu upaya pemerataan kesehatan jiwa di berbagai daerah. Munculnya layanan psikologi klinis daring memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk menangani masalah kesehatan jiwa di negara berkembang. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa perkembangan ini tetap tidak mengabaikan hak-hak yang seharusnya diberikan kepada klien serta ketaatan psikolog klinis terhadap kode etik dan peraturan hukum yang berlaku. Dalam praktiknya, layanan psikologi klinis daring telah terbukti efektif untuk mengatasi ketidakmerataan jumlah psikolog klinis di berbagai daerah. Namun, masih terdapat tantangan dan celah hukum yang harus dibenahi, terutama dari segi regulasi dan pengawasan oleh lembaga yang berwenang. Hal tersebut perlu dikaji kembali guna mewujudkan kepastian hukum serta progresivitas jumlah jiwa yang sehat di negara Indonesia secara merata. Maka dari itu, masyarakat perlu untuk mencari tahu mengenai kompetensi dan kewenangan psikolog klinis daring yang dipilihnya agar tidak terjadi sengketa di masa mendatang. Selain itu, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia dapat berkolaborasi untuk membuat regulasi dan pedoman khusus mengenai layanan psikologi klinis daring serta bersinergi dengan pihak-pihak jejaring internet untuk dapat memperluas pengawasannya terhadap layanan psikologi klinis daring.

This thesis explores the legal framework governing online clinical psychology services in Indonesia, with a particular focus on the legal standing and protection of clients and the ethical, disciplinary, and legal responsibilities of clinical psychologists. With doctrinal research methodology and a descriptive-analytical approach, this thesis underscores the paradigm shift in health law from an emphasis on physical health to a growing acknowledgment of the importance of mental health. The advent of online clinical psychology services represents a significant effort to address disparities in access to mental health care across Indonesia. These services demonstrate considerable potential to mitigate mental health challenges in developing countries by bridging regional disparities in the distribution of clinical psychologists. Ensuring these developments safeguard clients’ rights is imperative while guaranteeing clinical psychologists’ adherence to established ethical standards and legal regulations. While online clinical psychology services have proven effective in alleviating the unequal distribution of clinical psychologists, they remain fraught with challenges, including regulatory deficiencies and a lack of adequate oversight by competent authorities. Resolving these gaps is essential to achieving legal certainty and advancing the equitable realization of mental health improvements across Indonesia. Public awareness regarding the qualifications and authority of clinical psychologists is crucial to prevent future legal disputes. To this end, a collaboration between the Ministry of Health and the Indonesian Clinical Psychologists Association to promulgate specific regulations governing online clinical psychology services and to foster teamwork with internet service providers to ensure effective implementation. This thesis advocates for establishing a robust legal framework to support the equitable and legally sound delivery of online clinical psychology services in Indonesia, thereby advancing mental health law and policy."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiger, Donald E.
"Buku ini berfokus pada model dalam intervensi krisis dan teknik untuk berbagai potensi situasi krisis."
New Jersey: John Wiley & Sons,Inc., 2003
616.890 2 WIG e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1996
362.2 BEH (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>