Ditemukan 3091 dokumen yang sesuai dengan query
Christaller, Walter
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1966
330 CHR c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yudelman, Montague
Cambridge, UK: Harvard University Press , 1975
330.109 YUD a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Kemalsyah Fadli Akbar
"Skripsi ini mengeksplorasi simbolisme ideologi Fasisme Jerman pada bangunan Die Neue Reichskanzlei yang terdiri atas simbolisasi arsitektural melalui skala beserta kualitasnya dan simbol non-arsitektural berupa lambang kenegaraan dan karya seni. Selain itu, skripsi ini juga mengeksplorasi simbolisme kejayaan arsitektur Yunani dan Romawi Kuno sebagai perpanjangan dari teori Ruin Value melalui pembedahan bagian-bagian bangunan berupa kolom, pintu, jendela, bracket dan lengkungan yang memiliki kemiripan dengan kedua elemen arsitektur tersebut. Skripsi ini berangkat dari masalah kurangnya literatur yang membahas hal-hal tersebut secara menyeluruh dengan tujuan pertama untuk mengetahui simbolisasi ideologi Fasisme Jerman dalam bentuk arsitektural dan non-arsitektural serta peran simbol-simbol tersebut terhadap persepsi manusia, identitas bangunan, dan kuasa dan tujuan kedua untuk memahami kemiripan antara bagian-bagian bangunan pada Die Neue Reichskanzlei dengan arsitektur klasik dari Yunani dan Romawi Kuno dalam menyimbolisasikan kejayaan kedua arsitektur tersebut. Penyelidikan dilakukan menggunakan metode kajian literatur untuk teori dan sejarah untuk kemudian digunakan saat pembahasan untuk mendapatkan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan hasil bahwa Die Neue Reichskanzlei menggunakan bentuk kuasa force, domination/intimidation, dan seduction yang kemudian terhubung dengan kuasa authority melalui persepsi manusia akan kebesaran bangunan yang terhubung dengan authority sehingga mampu meningkatkan citra dan legitimasi kuasa Adolf Hitler dengan Reich Ketiganya. Selain itu, bangunan juga cukup representatif terhadap arsitektur klasik Romawi dan Yunani Kuno.
This study explores the symbolism of German Fascism ideology in Die Neue Reichskanzlei, which consists of architectural symbolism through scale with its quality and non-architectural symbols. Additionally, this thesis explores the symbolism of Greek and Roman architecture’s glory as an extension of Theory of Ruin Value by breaking down building components that bear resemblance to elements from those two. The thesis stems from the lack of literature comprehensively discussing these topics with the primary aim to understand the symbolism of German Fascism ideology in both architectural and non-architectural forms, as well as their role on human perception, building identity, and power. The secondary aim is to understand the similarities between the building components Die Neue Reichskanzlei and Ancient Greek and Roman architecture in symbolizing the glory of both. The research was conducted using a literature review method for theory and history, which was then utilized in the discussion to reach conclusions. Based on the findings, it was concluded that the Die Neue Reichskanzlei utilized forms of power such as force, domination/intimidation, and seduction, which were then linked to authority through connection of human perception of the building’s grandeur to authority, thereby enhancing the image and legitimization of Adolf Hitler and his Third Reich’s power. Additionally, it was also concluded that the building is quite representative to Roman and Greek architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
FitzGerald, Robert David, 1902-
St. Lucia, Qld: University of Queensland Press, 1976
821 FIT o
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Louisiana : Louisiana State University
050 SO 28:1 (1992)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Asabell Audida
"Luna dipertemukan dengan cowok misterius yang punya dua kepribadian bernama Ara Pahlevi. Tidak hanya itu, Ara diam-diam suka menulis puisi dan diselipkan di laci meja Luna. Luna berpikir, pertemuannya dengan Ara bisa membawa warna baru bagi hidupnya yang kelabu. Luna yakin bahwa pilihannya untuk bersama adalah sesuatu yang tepat, sampai akhirnya sebuah kejadian mengubah segalanya. Lun, akan saya ceritakan padamu tentang sebuah kisah.Tentang apa?Tentang Bulan dan Matahari yang tak ingin terpisah.Nggak minat. Nggak suka ending-nya Memangnya apa?Sesuai dengan puisi yang kamu tulis, kan? Pada akhirnya, semesta hanya mempertemukan keduanya lewat gerhana. Tapi, tak membiarkan mereka bersatu selamanya Itu bukan akhir yang sebenarnya. Ada lanjutannya.Jadi, akhir yang sebenarnya seperti apa?Bulan dan Matahari memberontak, mereka tetap ingin bersatu. Melawan semesta dan seluruh aturannya.Serius?Iya, tapi Tapi, kenapa?Bulan dan Matahari harus menerima konsekuensi dari melawan takdir mereka.Konsekuensi seperti apa?Kita akan segera mengetahuinya."
Jakarta: Grasindo, 2022
813 ASA s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Salma Suci Auliya
"Kekalahan Jerman pada Perang Dunia II memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan negaranya. Dampak yang muncul diantaranya adalah denazifikasi, keharusan membayar ganti rugi, kesulitan ekonomi, serta ketidakberdayaan masyarakat. Kesulitan untuk melayangkan kritik pun membuat masyarakat Jerman terpaksa menerima kebijakan sekutu. Meski begitu, Jerman berusaha bangkit dari keterpurukannya ketika mengalami kekalahan perang untuk kedua kalinya. Melalui penelitian ini, penulis mendiskusikan bagaimana cerpen “Die schwarzen Schafe” digunakan oleh Heinrich Böll dalam menampilkan kondisi Jerman Barat saat kalah Perang Dunia II. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Böll mengisahkan kehidupan tokoh utama di dalam cerpen, seorang kambing hitam, sebagai sebuah metafora untuk menampilkan kondisi Jerman Barat tepat saat kalah Perang Dunia II. Böll menampilkan kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, dijauhkan dari lingkungan tempat tinggal mereka sendiri, dan nyaris kehilangan harapan akibat ketidakberdayaan mereka. Selain itu, perang tidak hanya berdampak pada masyarakat yang merasakan peperangan dan yang selamat setelahnya, tetapi juga akan berdampak pada generasi selanjutnya.
The defeat of Germany in World War II has had a negative influence on the country and society. Denazification, the necessity to pay reparations, economic hardships, and societal impotence are some of the consequences. The German people were also constrained to accept the Allies' policies since it was difficult to criticize them. Nonetheless, Germany attempted to recover from the agony of a second war defeat. Through this research, the author discusses how Heinrich Böll used the short story "Die schwarzen Schafe" to depict West Germany's condition after World War II. The qualitative descriptive method is used in this research, together with a sociology of literature approach. The findings reveal that Böll uses the life of the main character in the short story, a black sheep, as a metaphor for West Germany at the time it lost World War II. Through this short story, Böll depicts the condition of people who are experiencing economic difficulty, are alienated from their own environment, and have nearly given up hope due to their inability to defend themselves. Furthermore, war will have an impact not only on those who lived through the conflict and those who survived, but also on future generations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nairobi: United Nations Centre for Human Settlements (Habitat] , 1990
631.4 GUI
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andhia Nabilla Adib
"Fenomena dalam dunia pariwisata yang menjadi trend salah satunya adalah glamping. Gabungan dari kata 'glamorous' dan 'camping', glamping merupakan inovasi dari wisata berkemah dengan konsep yang memprioritaskan kenyamanan dan kemewahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi wisata glamping berdasarkan aspek site dan situation, serta hubungannya dengan pengalaman wisatawan pada tahapan berwisata (sebelum, sesudah, dan setelah wisata) berdasarkan motivasi, kegiatan, dan kepuasan wisatawan. Lokasi penelitian meliputi Provinsi Bali bagian tengah dan selatan, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan sebagai daerah tujuan wisata favorit dan paling populer di Provinsi Bali. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan serta menggunakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan antar variable karakteristik lokasi dan pengalaman wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik lokasi wisata glamping didominasi dengan kategori Glamping Mewah Alam Strategis dan mayoritas memiliki klasifikasi fasilitas mewah dengan atraksi utama bentang alam, dan berada pada lokasi dengan aksesibilitas cukup mudah, dekat dengan lokasi daya tarik wisata, dan memiliki penggunaan tanah yang bervariasi. Terdapat cukup hubungan antara karakteristik lokasi wisata glamping dengan motivasi dan kegiatan wisatawan, namun tidak terdapat hubungan antara karakteristik lokasi wisata glamping dengan kepuasan wisatawan.
Glamping is one of the trending phenomena in the world of tourism. Derived from two words, ‘glamorous’ and ‘camping,’ glamping is an innovation from camping for those who want to be surrounded by nature without sacrificing the concept of luxuries and conveniences. This research aims to analyze the characteristics of the location for glamping in terms of site and situation aspects and the relation to tourist experience on tourism stages (pre-travel, on-travel, and post-travel), which is tourist motivation, tourist activities, and tourist satisfaction. The research location includes the central and southern parts of Bali Province, such as Badung Regency, Bangli Regency, Gianyar Regency, and Tabanan Regency as the main favorite and popular tourist destinations in Bali Province. The method used is spatial comparison analysis and uses descriptive analysis to see the relationship between variables, which consists of location characteristics and tourist experience. The result shows that Strategic Luxury Nature Glamping dominates the glamping location characteristics. The majority has luxury facilities, nature as the main attraction, easy accessibility, close distance with other tourist attractions, and various land use. There is a relationship between location characteristics of glamping with tourist motivation and tourist activities, whereas there is no relation between location characteristics with tourist satisfaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cowan, James
East Roseville: Simon & Schuster, 1991
291.35 COW
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library