Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grayson, Leslie E.
New York: John Wiley & Sons, 1981
333.823 2 GRA n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Beby Sundari
"ABSTRACT
Industri minyak dan gas bumi termasuk dalam indsutri pertambangan yang regulasinya diatur secara khusus karena karakteristik industrinya berbeda dengan industri pada umumnya. Demi menjaga amanat UUD 1945, pemerintah perlu mengatur secara khusus indikator pelaksanaan operasi pada sektor migas terutama regulasi perpajakannya. Pada akhir tahun 2010, pemerintah membentuk Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 yang mengatur terkait biaya operasi pada indsutri migas dan perlakuan pajak penghasilannya. Selanjutnya, pada tanggal 21 Juni 2017, pemerintah melakukan perubahan pada PP 79 Tahun 2010. Diantara perubahan tersebut terdapat perubahan biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan menjadi biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam penghitungan bagi hasil dan pajak penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan dilakukannya perubahan ketentuan tersebut dilihat dari azas perpajakan dan meneliti bagaimana implikasi perpajakan pada yang terjadi pada industri migas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilakukannya perubahan biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan menjadi biaya operasi yang dapat dikembalikan didasarkan atas pertimbangan azas keadilan (equity) dan azas kemudahan administrasi (easy of administration) yaitu azas kepastian (certainty) dan azas kenyamanan (convenience). Implikasi perpajakan yang terjadi pada penghitungan bagi hasil antara pemerintah dengan kontraktor yaitu cost recovery menjadi semakin besar yang menyebabkan Equity To Be Split menjadi semakin kecil. Sehingga, pajak yang dikenakan atas bagi hasil yang diterima kontraktor semakin kecil pula.

ABSTRACT
The oil and gas industry is included in the mining industry whose regulations are specifically regulated because the characteristics of the industry are different from the industry in general. In order to maintain the mandate of the 1945 Constitution, the government needs to specifically regulate the indicators of the implementation of operations in the oil and gas sector, especially its tax regulations. At the end of 2010, the government established Government Regulation Number 79 of 2010 which regulates the operational costs of the oil and gas industry and income tax treatment. Furthermore, on June 21, 2017, the government made changes to Government Regulation Number 79 of 2010. Among these changes there were changes in non recoverable costs to recoverable costs in the calculation of profit sharing and income tax. This study aims to find out the basis for considering the changes in the provisions according to the taxation principle and examines how the taxation implications occur in the oil and gas industry. This study uses descriptive qualitative methods. The results of this study indicate that the change of non recoverable costs to recoverable costs is based on the consideration of the principle of equity and the ease of administration principle, between certainty and convenience. The taxation implications that occur in calculating revenue sharing between the government and contractors are that the cost recovery becomes increasingly large which causes the Equity To Be Split become smaller. So, the tax imposed on the profit received by the contractor is also smaller."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Amerasian, 1972
665.5 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Shafa Nazihah
"Penelitian ini mengembangkan kerangka pelaporan keberlanjutan untuk PT Gagas Energi Indonesia dengan mengintegrasikan standar Global Reporting Initiative (GRI) dengan pendekatan Triple Bottom Line (TBL). Studi ini dimulai dengan mengidentifikasi kriteria dan sub-kriteria yang relevan dari GRI, yang kemudian disempurnakan menggunakan Content Validity Index (CVI) untuk mengeliminasi faktor-faktor yang tidak esensial. Faktor-faktor yang tersisa kemudian dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk membentuk hierarki prioritas. Setelah itu, elemen data diklasifikasikan guna mendukung penyusunan kerangka keberlanjutan yang aplikatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam pelaporan keberlanjutan, diikuti oleh aspek ekonomi dan sosial. Prioritas utama yang diidentifikasi mencakup emisi, keselamatan dan kesehatan kerja, serta anti-korupsi, yang mencerminkan fokus utama perusahaan dalam menyampaikan pelaporan keberlanjutan secara transparan dan berdampak.

This research develops a sustainability reporting framework for PT Gagas Energi Indonesia by integrating the Global Reporting Initiative (GRI) standards with the Triple Bottom Line (TBL) approach. The study begins by identifying relevant criteria and sub-criteria from the GRI, which are then refined using the Content Validity Index (CVI) to eliminate non-essential factors. The remaining factors are analyzed through the Analytical Hierarchy Process (AHP) to establish a prioritization hierarchy. Following this, the data elements are classified to support the construction of a practical sustainability framework. The results reveal that environmental factors hold the highest importance in sustainability reporting, followed by economic and social aspects. Among the top priorities identified are emissions, occupational safety and health, and anti-corruption, indicating the company’s key focus areas for transparent and impactful sustainability disclosures. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bartlett, Anderson G
Djakarta, : Tulsa [Okla.] Amerasian Ltd. , 1972
338.2 BAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Triyono Rakhmadi
"ABSTRAK
Minyak & gas bumi merupakan salah satu penentu neraca devisa negara
indonesia. Pertingkatan produksi migas selalu tidak seimbang dengan peningkatan
konsumsinya balk untuk penggunaan langsung maupun produk turunannya dalam
berbagai sektor industri. Premier Oil Indonesia (POI) adalah salah satu KPS (Kontraktor
Production Sharing) minyak dan gas bumi yang ada di Indonesia yang dalam operasinya
menggunakan teknologi tinggi dengan investasi yang cukup besar dan kecelakaan kerja
yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian bagi pekerja, perusahaan dan lingkungan.
Di POI, Occupational Health and Safoty Management System (OHSMS) menjadi bagian
dari keseluruhan sistem manajemen. Tujuan dan sasaran KJ terintegrasi dalam ~tiap
rencana, langkah kerja dan target spesitlk yang harus dicapai.
Selarna kuron waktu 6 (enam) tabun dari 2001 - 2006, ada sekitar 380 kasus
kecelakaan keija yang terjadi dan dilaporkan. Mulai awal tabun 2007 POI ingin lebih
meningkatkan kinerja KJLH-nya dengan memasukan kasus Higb Risk (High Potential)
Incident menjadi salah satu indikator K3LH seiain Incident Rate da1am KPI-nya (Key
Performance Indicator). Hal inilah yang memotivasi dan menarik untuk perlunya
dilakukan penelitian ini, guna menganalisa
Po Incident) yang te!jadi selama tabun 200 l - 2006 untuk mcngetabui kinerja basil usaha
K3 khususnya dalarn tingkat kecelakaan kerja.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik komparatit; untuk mengkaji kecelakaan
ke!ja (accident analysis) yang terjadi dan dilakukan penilaian resiko menggnnakan risk
assessment matrix (RAM) untuk mengetahui kecelakaru1 kelja yang berkategori Higb Risk
I Higb Potensial {HlPo Incident) dan membandingkannya dengan data lapnran kecelakaan
tahunan POI serta basil penelitian terdabulu.
Data yang digunakan adalab data sekunder kecelakaan kerja di POI yang tereatat
di Departemen K3LH dari tahun 2001 (kwartal ke empat tabun 2000 yang merupakan
awal penggnnaan database online di POI) sampai dengan tabun 2006. Karena pnnelitian
ini menggunakan
berdasarkan data laporan kecelakaan keija Kualitas laporan kecelakaan kerja yang ada
sangat menentukan hasil analisa pada penelitian ini.
Darl hasii penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Insiden yang terjadi se)ama periode 6 tahun terakhir mengalami fluktuasi khususnya
dari segi tingkat keparahan, tapi dari sisi jumlah maka dua tahwl terakhlr mengalami
peningk:atan yang signifikan. Tingginya prosentase kasus HiPo di tahun 2005
tercermin pada tingginya total kecelakaan kelja di tabun 2006, tapi tidak signifikan di
tahun 2002 - 2003. Berdasarkan analisa dari lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan
terlinggi, disimpulkan bahwa meningkat I banyaknya aktifitas berhubungan denga.i1
tingginya tingkat kecelakaan.
2. Primary cause (penyebab dasar) yang paling dorninan adalah Equipment (pernlatan)
yaitu Failure of lifting equipment dan Unsafe equipment due to defect. kemudian
human ( ornng) yaitu Lack of attention I care, twtuk root cause (penyebab langsung)
yang dominan adalah Failure to follow known job procedure, Inadequate ttaioing I
poor training standard, Inadequate supervision.
3. HiPo inciden yang tetjadl di POI terbanyak (41 %) merupakan kejadian hampir
celaka {near miss) dan tidak ada yang merupakan kasus keamanan I security. Dari
sisi awareness untuk melakukan pelaporan. hal ini merupakan cemrin bahwa
kepaduliannya cukup tinggi, kecelakaan dilaporkan bukan hanya karena korban yang
luka atau keparahannya yang berat.
4. Dari data HiPo inciden selama 6 tabun hampir 90% kasus serupa akan "MUNG KIN"
teljadi lagi ( dalam bal ini terrnasuk didalamnya 41% kasus san gat mungkin terjadi
lagi dan 14% hampir pasti terjadi kecelakaan lagi).
Dibarapkan dengan basil penelitian hti maka pihak perutabaan disarankan untuk
waspada terhadap kinerja statistik kecelakaan yang ada, menjadikan HiPo Incident
sebagai KPI di tabun 2007 merupakan langkah yang lepat asalkan dibarengi dengan
peningkatan pengetahuan semua karyawannya. lnvestigasi keceiakaan harus
mengidentifikasi penyebab hingga mendapatkan root cause-nya dan tindak lanjut dari
rekomendasi keeelakaan untuk tindakan perbaikan dan peneegahan harus benar-henar
menjawab kausal yang ada, karena hampir semua kasus kecelakaan HiPo yang dllaporkan
mempunyaj potensi untuk teruiang kembali terjadi dan menimbuJkan akibat atau kerugian
yang lebih serius, hal ini jika kondisi masih sama dengan periode 6 tahun tersebut atau
dengan kata lain manajemen POI tidak melalrukan perubahan yang signifikan dari
keadaan khususnya di 2 tahun terakhir yang mempunyai data paling signiftkan.
Kehamsan mengikuti prosedur kerja yang ada, ttaining yang efektif dan efisien
sesuai persyaxatan kompetensi setiap karyawan, perlunya peningkatan fungsi pengawasan
terhadap kinerja bawabannya, dengan perlu adanya inapeksi langsung pada pekeljaan dan
mengawasi serta memberikan saran-saran apabila ada kesalahan dalam pekeljaan atau
kemungkinan munculnya potensi babaya. Intesifikasi semua usaha yang Ielah ada : HSE
Meeting, Safety Inspection, PASS, Hazard Reprot, STOP dan Jain sebagainya untuk
penanggulangan dan pencegahan kecelakaan kerja HSE Manual, Prosedur, Task
Instruction yang telah ada dan tersedla hams diyakinkan terimplementasi dengan
maksimal secarn balk dan benar, dittaioingkan ke semua karyawan yang hams terlibat
agar berkompeten dan diawasi pelaksanannya oleh Supervisor tericait untuk mengurangi bias implementasi serta dilakukan peoinjauan ulang secarn berkala untuk meyakinkan
kesesuaian terbadap hazard dan risk yang herkembang.

ABSTRACT
Product increase Oil and gas always incommensurate to make-up of its consumption to
direct usage and also its generation product in so many industrial sector. Premier Oil
Indonesia ( POI) is one of the CPS ( Contractor Production Sharing) gas and oil exist in
Indonesia which in its operation use high technology with big enough investment, and
accident work that happened surely win generate Joss to worker, environment and
company. In POI, Occupational Health Safety Management System and ( OHSMS)
become the part of the overall of management system. And HSE target integrated in each
plan. work activity and specific goals which must reach.
During range of 6 year from 2001 -2006, there is about 380 work accident that
happened and reported. Start early year 2007 POI wish more is improving of HSE
performance with High Risk ( High Potential) Incident become one of the HSE indicator
besides Incident Rate in KPI ( Key Perfomance Indicator). This matter motivate and
draw to the importance of done by this research, analyze work accident data which have
high risk criterion ( HiPo Incident) that happened during year 2001 - 2006 to know the
performance result of effort HSE specially in level of accident .
This research character is analytic descriptive of comparability, to study accident
that happened (accident analysis) and assessment of risk by use risk assessment matrix (
RAM) to know accident of job which categorize High Risk I High Potential ( HiPo
Incident) and comparing it v.ith annual accident report data of POI and also result of
former research.
The research data used secondary data from acddent data which noted in HSE
Department POI from year 200 l ( quarter four in year 2000 representing early usage of
online database in POI) up to year 2006. Because this research use secondary data,
accident data validity only pursuant to work accident report data. Quality of accident
report existing very determining result of analysis at this research.
From result of this research indicate that:
1. Incident that happened during period the last 6 year very fluctuate specially
from severity level. but from amount of hence at the last two year is make-up of
which is significant. Percentage of HiPo case in year 2005 resulted at total height
of accident work in year 2006, but do not significant in year 2002 ~ 2003.
Pursuant to analysis from time and location the happening of highest accident~
conclude that increasing activity relate to number of accident.
2. Primary Cause which most dominant is Equipment that is failure of lifting
equipment and unsafe equipment due to defect, then human that is Lack of
attention I care, fur the root of cause dominant is Failure to foliow known job
procedure, inadequate training I poor training standard. inadequate supervision.
3. HiPo Incident that happened in POI majority ( 41 %) representing near miss and
nothing that represent security case. From awareness side to do reporting, this
matter represent that its high enough on awareness, accident reported not merely
because wounded victim or its severity of injury.
4. From HiPo inciden data during 6 year almost 90% of similar case v.-ill "
POSSIBLE" happened again ( in this case include 41% of case very possible
happened again and 14% most certainly happened accident again).
Expected with result of this research hence company suggested to alert to statistica1
performance of existing accident, making Hi Po Incident as KPI in year 2007 representing
a step in the right direction so long as with improvement of knowledge all its employees.
Investigation of accident have to identify cause till get root cause and fOllow-up from
accident recommendation for the action of prevention and correction have to really is
replying of existing causa11 because most of all case accident reported HiPo have potency
to recurred again happened: and generate more serious loss or effect, this matter if
condition stili is: equal to 6 years period or mean POI management do not make a
significant change from existing situation specially in the Jast 2 year having data most
significant.
Compulsion follow existing working procedure. efficient and effective training
according to each employees competence requirement, the importance of improving of
supervisory function to its subordinate performance, direct observe and inspection at
work and also give suggestion if there is mistake in or possibility of potential hazard.
Intensification aH effort which have there are ; HSE Meeting. Safety Inspection, PASS,
Hazard Report, STOP and others for support focus in the accident prevention. HSE
Manual, Procedure, Task Instruction which have there is and available have to be assured
by implementation maximally and correctness, trained to all employees which must
involve to be have competence to and supervised by its by related/relevant Supervisor to
lessen implementation diffraction is and also done by periodical review to assure
according to risk and hazard expanding."
2007
T32494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bret-Rouzaut, Nadine
Paris, France: Editions Technip, 2011
338 BRE o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dhafin Rizanda Aqilazka
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan guna mengidentifikasi aset internasional yang paling sesuai bagi strategi ekspansi global Pertamina Hulu Energi. Latar belakang penelitian ini menyoroti meningkatnya kompleksitas industri minyak dan gas global, di mana merger dan akuisisi (M&A) menjadi strategi utama untuk pertumbuhan di tengah fluktuasi pasar energi dan risiko geopolitik. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan pendekatan dua fase. Fase pertama mengevaluasi tiga negara—Aljazair, Irak, dan Malaysia—berdasarkan kriteria politik, teknikal, dan finansial untuk menentukan lokasi yang paling menguntungkan. Fase kedua berfokus pada penilaian aset spesifik di setiap negara terpilih menggunakan sub-kriteria seperti 2P Reserves, 2C Resources, Remaining Net Present Value (NPV), Produksi, dan Break-Even Point (BEP). Data dikumpulkan melalui penilaian para ahli yang melibatkan profesional industri dari unit bisnis hulu Pertamina, kemudian diproses menggunakan perbandingan berpasangan dan uji konsistensi dalam AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aljazair menempati peringkat tertinggi di antara negara-negara tersebut, sementara Lapangan Hassi Messaoud serta Blok 404a & 208 diidentifikasi sebagai aset paling menjanjikan berdasarkan volume cadangan dan imbal hasil finansialnya. Studi ini menyimpulkan bahwa pendekatan AHP dua fase secara efektif memprioritaskan aset internasional strategis dan memberikan metodologi terstruktur untuk pengambilan keputusan ekspansi di masa mendatang.

This study aims to develop a decision-making framework to identify the most suitable international asset for Pertamina Hulu Energi’s global expansion strategy. The background highlights the increasing complexity of the global oil and gas industry, where mergers and acquisitions (M&A) serve as key strategies for growth amid fluctuating energy markets and geopolitical risks. The research adopts the Analytical Hierarchy Process (AHP) in a dual-phase approach. Phase one evaluates three countries—Algeria, Iraq, and Malaysia—based on political, technical, and financial criteria to determine the most favorable location. Phase two focuses on assessing specific assets within each selected country using sub-criteria such as 2P Reserves, 2C Resources, Remaining Net Present Value (NPV), Production, and Break-Even Point (BEP). Data were collected through expert judgment involving industry professionals from Pertamina’s upstream business unit, processed using pairwise comparisons and consistency checks in AHP. The results showed that Algeria ranked highest among the countries, while the Hassi Messaoud Field and Block 404a & 208 were identified as the most promising assets based on their reserve volumes and financial returns. The study concludes that the dual-phase AHP approach effectively prioritizes strategic international assets and provides a structured methodology for future expansion decisions. Further research may incorporate dynamic market variables and broader stakeholder perspectives to enhance decision robustness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hussein, Saddam
Baghdad: Ath-Thawra House, 1973
338.27 HUS o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Flavin, Christopher
Washington, DC: Worldwatch Institute, 1985
665.5 FLA w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>