Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169302 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jayapura: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya, 1992
641.302 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zuraidah
"Prevalensi anemia gizi pada anak Sekolah Dasar (SD) yang sampai sekarang masih tinggi (sekitar 30 %), merupakan sasaran prioritas ketiga dalam penanggulangan anemia.
Dampak buruk yang diakibatkan oleh anemia gizi, khususnya bagi anak sekolah akan dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, malas, lemah, pasif, apatis dan sering terkena penyakit sehingga akhimya perkembangan dan pertumbuhannya akan terganggu.
Dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, produktif dan mempunyai inteligensia yang tinggi, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan bagi anak Sekolah Dasar (PMT-AS) dan tablet besi khususnya pada desa tertinggal di Indonesia.
Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder yang dikumpulkan pada pelaksanaan program PMT-AS dan tablet besi terhadap 189 orang anak SD yang berasal dari 5 SD pada 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan tablet besi terhadap perubahan status anemi gizi anak sekolah. Untuk itu, desain penelitian yang digunakan adalah Praeksperimental dengan perlakuan ulang, dengan intervensi berupa makanan tambahan yang terdiri dari 200 - 300 kalori dengan 10 - 12 gram protein yang dibenkan selama 4 (empat bulan), serta tablet besi dosis 120 mg sebanyak 90 buah tablet yang diberikan yang diberikan setiap hari selama 3(tiga bulan).
Variabel yang diteliti adalah status anemia gizi setelah intervensi (dependen) dan variabel independen adalah : status anemia gizi sebelum intervensi, status gizi , umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku gizi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi anemia gizi dan 87.3 % menjadi 21.2 % setelah diberikan intervensi. Sedangkan dari hasil analisis statistik secara multivariat diketahui bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap status anemia gizi setelah diberikan intervensi, berturut-turut adalah status anemia gizi awal, status gizi serta perilaku gizi anak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dalam pelaksanaan program penanggulangan anemia pada anak SD khususnya di desa tertinggal Propinsi Jawa Barat agar seluruh anak SD dibenkan tablet besi (blanket program), sedangkan secara individual perlu untuk mempnoritaskan anak yang menderita anemia serta mempunyai status gizi kurang yang kemungkinan besar tidak hanya terdapat di IDT. Disarankan pula agar dalam memberikan intervensi untuk penanggulangan anemia, untuk selalu dapat mengetahui kadar Hb anak dengan tepat sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi.

Effect of Iron Suplementation on Nutritional Anemia Status of Elementary School Children Recieving Suplementary School Feeding Package and Iron Tablets in Less Developed Villages, West Java 1995Up to now, the prevalence of nutritional anemia in school children is still high (± 30 %) and even though the third priority in nutritional anemia program.
Nutritional anemia has negative impact especially to school children. It will cause laziness, fatigue, less active, apathetic, and also decreasing learning capacity due to shortened attention span. So those would lower educational achievement, beside that anemic children are easily get sick which will affect their growth.
Healthy, productive and intelligent people are the goal of human resources development. The government especially Nutrition Development of the Ministry of Health conducts a supplementary school feeding and iron tablets. The target group is elementary school children of less developed villages in Indonesia.
This study used evaluative data on 189 children who received supplementary school feeding and Iron tablets in 5 elementary school in 5 districts in West Java which were collected In 1995. The objectives of the study are to find out the effect of supplementary feeding and iron tablets on the anemia status of children who received the package.
Study design was a pre-experimental designs which supplementary feeding and an iron tablet was given as intervention. The package consists of 200 - 300 calories and 10 - 12 gram protein per day were given for 4 months and 120 mg iron tablets was given daily for 3 months (90 tablets).
Nutrition anemia status alter intervention was the dependent variable while the independent variables were nutritional anemia status before intervention, nutritional status before intervention, age, sex, nutritional knowledge, attitude and practice on nutrition before intervention.
The result showed that after the intervention, the nutritional anemia status pevalence was decreased from 87.3 % to 21.2 %. Multivariate analysis showed that nutritional anemia status, nutritional status, and practices of nutrition before intervention were the variables that influence anemia status after intervention.
At macro level it is suggested that the implementation of similar program should be covered all school children (blanket program) of less developed villages. While at individually level, it is suggested that priority should be given only to children who suffered from anemia and under nutrition not only in the less developed villages area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leila Sacdalan Africa
"[ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Katiadaan instrumen penilaian kompetensi yang valid
menyulitkan penilaian praktik konseling terhadap tenaga gizi desa (Barangay Nutrition
Scholars, BNS) yang mendapat pelatihan konseling pemberian makanan pada bayi dan
anak (infant and young child feeding, IYCF). Studi ini dirancang untuk mengembangkan
dan memvalidasi instrumen penilaian kompetensi BNS dalam memberikan konseling
IYCF.
METODE: Desain penelitian metodologi digunakan untuk mengembangkan dan validasi
instrumen pengukur kompetensi konseling IYCF meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, berdasarkan frekuensi, intensitas, dan aktivitas. Instrumen ini ditujukan
penggunaanya oleh BNS, supervisor, maupun klien. Uji coba dan revisi berdasarkan hasil
analisis item dilakukan pada 320 BNS dan dilanjutkan dengan uji lapangan terhadap 280
BNS. Validitas isi (content validity) dikaji oleh beberapa pakar, sedangkan konsistensi
internal (internal consistency) dan validitas konstruk (construct validity) diuji dengan
Cronbach?s alpha dan, exploratory dan confirmatory factor analysis. Distribusi bobot
pengetahuan, sikap dan keterampilan dan nilai titik potong kompetensi untuk tiap
construct dan instrumen ditetapkan berdasarkan sensitivitas dan spesifisitas menggunakan
ROC Curve.
HASIL: Instrumen yang valid terdiri dari: 1) 28 item terkait pengetahuan BNS dengan
tipe memilih benar atau salah suatu pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban singkat, dan
pilihan ganda; 2) 10 item terkait sikap BNS dengan Likert scale untuk menilai pandangan
pribadi, sikap terhadap implementasi, dan hambatan yang dirasakan saat konseling IYCF;
3) 18 item menggunakan 5 skala frekuensi penilaian BNS dalam mendengarkan,
memberikan support, dan praktik penilaian dan keterampilan; 4) 18 item dengan 4 skala
nilai untuk atasan BNS menilai intensitas proses konseling, penilaian dan penggunaan
materi IYCF; dan 5) 17 item berupa daftar tilik kegiatan untuk klien menilai pemberian
support, penilaian, dan praktik keterampilan. Gabungan item masing-masing menjadi
instrumen penilaian kompetensi KAS-WOR, KAS-SUP, KAS-MOM dan KAS-COM
dengan nilai titik potong masing-masing yaitu 75%, 50%, 80% dan 65%. Berdasarkan
pembobotan 20% untuk pengetahuan, 10% sikap, dan 70% keterampilan diperoleh 30%
BNS yang kompeten dalam konseling IYCF.
KESIMPULAN: Hasil pengembangan instrumen penilaian kompetensi BNS melakukan
konseling IYCF memiliki konsistensi internal dan tingkat validitas yang sedang sampai
tinggi.

ABSTRACT
BACKGROUND: The Barangay (Village) Nutrition Scholars (BNS) has been
trained to do infant and young child feeding (IYCF) counseling but the absence of a
validated competency instruments constrained the assessment of their competency to
do IYCF counseling to their client. This study was designed to develop and validate
the instruments to assess the competency of BNS on IYCF counseling and answer the
question: how valid and reliable were the developed instrument to measure the
competency of trained BNS on IYCF counseling?
METHODS: Methodological research design were used to develop and validate the
instruments to measure IYCF counseling competency based on knowledge, attitude
and skills in terms of frequency, intensity and activity designed for the BNS,
supervisor and client, respectively. The instruments were pilot-tested to assess 320
BNS. Item analyses results were used for revisions prior to field test to 280 BNS.
Experts checked the content validity; internal consistency and construct validity were
assessed using Cronbach?s alpha and exploratory and confirmatory factor analysis,
respectively. The weighting distribution for knowledge, attitude and skills and cut-off
score for each construct and instrument were established based on sensitivity and
specificity using ROC Curve to calculate the score and to identify competent BNS.
RESULTS: The validated instruments included: 1) 28 items for BNS knowledge test
with true or false, fill-in-the-blanks and multiple-choice formats; 2) 10 items for BNS
attitude test with four scale Likert scale to assess personal view, attitude towards
implementation, and perceived barriers on IYCF counseling; 3) 18 items of five-scale
frequency instrument for BNS to assess listening, giving support, assessment and
action skills; 4) 18-item four-scale instrument for BNS supervisor to assess the
intensity in doing the counseling process, assessment and use of IYCF materials; and
5) 17-item activity checklist designed for client to assess giving support, assessment
and actions skills. These constructs were combined into competency assessment
instruments KAS-WOR, KAS-SUP, KAS-MOM and KAS-COM with 75%, 50%,
80% and 65% as cut-off score. Based on the 20-10-70 weighting distributions for
knowledge-attitude-skills competent BNS on IYCF counseling was about 30%.
CONCLUSIONS: The assessment instruments developed to measure the IYCF
counseling competency of BNS had relatively moderate to high internal consistency
and validity. This assures that the results of the tests can be relied upon for making
dependable judgments and interpretations.;BACKGROUND: The Barangay (Village) Nutrition Scholars (BNS) has been
trained to do infant and young child feeding (IYCF) counseling but the absence of a
validated competency instruments constrained the assessment of their competency to
do IYCF counseling to their client. This study was designed to develop and validate
the instruments to assess the competency of BNS on IYCF counseling and answer the
question: how valid and reliable were the developed instrument to measure the
competency of trained BNS on IYCF counseling?
METHODS: Methodological research design were used to develop and validate the
instruments to measure IYCF counseling competency based on knowledge, attitude
and skills in terms of frequency, intensity and activity designed for the BNS,
supervisor and client, respectively. The instruments were pilot-tested to assess 320
BNS. Item analyses results were used for revisions prior to field test to 280 BNS.
Experts checked the content validity; internal consistency and construct validity were
assessed using Cronbach?s alpha and exploratory and confirmatory factor analysis,
respectively. The weighting distribution for knowledge, attitude and skills and cut-off
score for each construct and instrument were established based on sensitivity and
specificity using ROC Curve to calculate the score and to identify competent BNS.
RESULTS: The validated instruments included: 1) 28 items for BNS knowledge test
with true or false, fill-in-the-blanks and multiple-choice formats; 2) 10 items for BNS
attitude test with four scale Likert scale to assess personal view, attitude towards
implementation, and perceived barriers on IYCF counseling; 3) 18 items of five-scale
frequency instrument for BNS to assess listening, giving support, assessment and
action skills; 4) 18-item four-scale instrument for BNS supervisor to assess the
intensity in doing the counseling process, assessment and use of IYCF materials; and
5) 17-item activity checklist designed for client to assess giving support, assessment
and actions skills. These constructs were combined into competency assessment
instruments KAS-WOR, KAS-SUP, KAS-MOM and KAS-COM with 75%, 50%,
80% and 65% as cut-off score. Based on the 20-10-70 weighting distributions for
knowledge-attitude-skills competent BNS on IYCF counseling was about 30%.
CONCLUSIONS: The assessment instruments developed to measure the IYCF
counseling competency of BNS had relatively moderate to high internal consistency
and validity. This assures that the results of the tests can be relied upon for making
dependable judgments and interpretations.;BACKGROUND: The Barangay (Village) Nutrition Scholars (BNS) has been
trained to do infant and young child feeding (IYCF) counseling but the absence of a
validated competency instruments constrained the assessment of their competency to
do IYCF counseling to their client. This study was designed to develop and validate
the instruments to assess the competency of BNS on IYCF counseling and answer the
question: how valid and reliable were the developed instrument to measure the
competency of trained BNS on IYCF counseling?
METHODS: Methodological research design were used to develop and validate the
instruments to measure IYCF counseling competency based on knowledge, attitude
and skills in terms of frequency, intensity and activity designed for the BNS,
supervisor and client, respectively. The instruments were pilot-tested to assess 320
BNS. Item analyses results were used for revisions prior to field test to 280 BNS.
Experts checked the content validity; internal consistency and construct validity were
assessed using Cronbach?s alpha and exploratory and confirmatory factor analysis,
respectively. The weighting distribution for knowledge, attitude and skills and cut-off
score for each construct and instrument were established based on sensitivity and
specificity using ROC Curve to calculate the score and to identify competent BNS.
RESULTS: The validated instruments included: 1) 28 items for BNS knowledge test
with true or false, fill-in-the-blanks and multiple-choice formats; 2) 10 items for BNS
attitude test with four scale Likert scale to assess personal view, attitude towards
implementation, and perceived barriers on IYCF counseling; 3) 18 items of five-scale
frequency instrument for BNS to assess listening, giving support, assessment and
action skills; 4) 18-item four-scale instrument for BNS supervisor to assess the
intensity in doing the counseling process, assessment and use of IYCF materials; and
5) 17-item activity checklist designed for client to assess giving support, assessment
and actions skills. These constructs were combined into competency assessment
instruments KAS-WOR, KAS-SUP, KAS-MOM and KAS-COM with 75%, 50%,
80% and 65% as cut-off score. Based on the 20-10-70 weighting distributions for
knowledge-attitude-skills competent BNS on IYCF counseling was about 30%.
CONCLUSIONS: The assessment instruments developed to measure the IYCF
counseling competency of BNS had relatively moderate to high internal consistency
and validity. This assures that the results of the tests can be relied upon for making
dependable judgments and interpretations., BACKGROUND: The Barangay (Village) Nutrition Scholars (BNS) has been
trained to do infant and young child feeding (IYCF) counseling but the absence of a
validated competency instruments constrained the assessment of their competency to
do IYCF counseling to their client. This study was designed to develop and validate
the instruments to assess the competency of BNS on IYCF counseling and answer the
question: how valid and reliable were the developed instrument to measure the
competency of trained BNS on IYCF counseling?
METHODS: Methodological research design were used to develop and validate the
instruments to measure IYCF counseling competency based on knowledge, attitude
and skills in terms of frequency, intensity and activity designed for the BNS,
supervisor and client, respectively. The instruments were pilot-tested to assess 320
BNS. Item analyses results were used for revisions prior to field test to 280 BNS.
Experts checked the content validity; internal consistency and construct validity were
assessed using Cronbach’s alpha and exploratory and confirmatory factor analysis,
respectively. The weighting distribution for knowledge, attitude and skills and cut-off
score for each construct and instrument were established based on sensitivity and
specificity using ROC Curve to calculate the score and to identify competent BNS.
RESULTS: The validated instruments included: 1) 28 items for BNS knowledge test
with true or false, fill-in-the-blanks and multiple-choice formats; 2) 10 items for BNS
attitude test with four scale Likert scale to assess personal view, attitude towards
implementation, and perceived barriers on IYCF counseling; 3) 18 items of five-scale
frequency instrument for BNS to assess listening, giving support, assessment and
action skills; 4) 18-item four-scale instrument for BNS supervisor to assess the
intensity in doing the counseling process, assessment and use of IYCF materials; and
5) 17-item activity checklist designed for client to assess giving support, assessment
and actions skills. These constructs were combined into competency assessment
instruments KAS-WOR, KAS-SUP, KAS-MOM and KAS-COM with 75%, 50%,
80% and 65% as cut-off score. Based on the 20-10-70 weighting distributions for
knowledge-attitude-skills competent BNS on IYCF counseling was about 30%.
CONCLUSIONS: The assessment instruments developed to measure the IYCF
counseling competency of BNS had relatively moderate to high internal consistency
and validity. This assures that the results of the tests can be relied upon for making
dependable judgments and interpretations.]"
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cho, Young-Seon
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019
572.39 CHO w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin Parakkasi
Bandung: Angkasa, 1990
581.6 AMI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Komalasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26526
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Muljati
"Hingga saat ini KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia dan banyak diderita oleh anak balita dalam berbagai gradasi. PMT merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah.
Penelitian ini merupakan analisis data skunder dari penelitian Efektifitas Pemulihan KEP (Kurang Energi Protein) pada Batita di Masyarakat dengan menggunakan susu skim sebagai makanan tambahan. Penelitian dilakukan di desa Pagelaran, yaitu salah satu desa IDT di wilayah puskesmas Ciomas-Bogor. Dalam penelitian tersebut ketahanan gizi kurang pada batita selama mendapat PMT belum dianalisis.
Jenis penelitian ini adalah longitudinal selama 12 minggu. Subyek yang dianalisis sebanyak 102 batita gizi kurang (<-2Z_Skor)-(-3Z_Skor) BB/U dan terbagi dalam dua kelompok secara sistematik random sampling. Kelompok batita yang diberi susu skim 150 gram/minggu sebanyak 52 orang (kelompok perlakuan) dan sebanyak 50 orang lainnya adalah kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol pemberian susu skim ditunda dan diberikan segera setelah penelitian berakhir.
Analisis ini menggunakan metoda kaplan Meier, bertujuan untuk menentukan peluang ketahanan gizi kurang pada batita. Sedangkan Analisis Multivariat Regresi Cox digunakan untuk menentukan besar resiko batita gizi kurang untuk pulih menjadi gizi baik setelah secara bersama-sama dikontrol oleh faktor lain.
Hasil menunjukkan bahwa ketahanan gizi kurang pada batita dari kelompok perlakuan 19% dengan median ketahanan pada minggu ke 4. Sedangkan pada kelompok kontrol, peluang ketahanan gizi kurang 74% dengan median ketahanan gizi kurang pada minggu 12. Batita gizi kurang yang berumur ≥12 bulan memiliki risiko pulih menjadi gizi baik 0.547 kali dibandingkan kelompok umur 7-11 bulan, 95% CI (0.29:1.01).
Batita gizi kurang yang berasal dari rumah tangga dengan pengeluaran biaya rumah tangga kategori mampu memiliki ketahanan gizi kurang 34% dan median ketahanan pada minggu ke tujuh. Sedangkan batita dan rumah tangga kurang mampu memiliki peluang ketahanan gizi kurang 58% namun median ketahanan gizi kurang pada kelompok ini tidak diketahui. Batita gizi kurang dari keluarga kurang mampu memiliki risiko untuk pulih menjadi gizi baik 0.547 kali dibandingkan keluarga mampu, 95% CI (0,317;0.947).
Secara bivariat konsumsi energi dan protein berhubungan dengan ketahanan gizi kurang. P= 0.0169 (energi awal), p=0.0098 (energi akhir) dan p=0.0022 (protein akhir).
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa pemberian susu skim pada batita gizi kurang memiliki kontribusi terhadap perbaikan gizi pada batita gizi kurang. Pengeluaran biaya rumah tangga per-bulan merupakan determinan waktu pemulihan pada batita gizi kurang yang mendapat susu skim, sebagai makanan tambahan.
Batita gizi kurang yang mendapat susu skim memiliki risiko pulih menjadi gizi baik 1,2 kali pada minggu ke empat, 6,7 kali pada minggu ke delapan dan 37 kali pada minggu ke 12 dibandingkan dengan batita gizi kurang yang tidak mendapat susu skim setelah dikontrol dengan umur anak dan pengeluaran biaya rumah tangga tangga per-bulan. Namun kontrol terhadap sumbangan kalori dan protein sehari-hari terbatas pada recall selama 24 jam.
Tepung susu skim dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif makanan tambahan untuk PMT pemulihan pada batita gizi kurang. Disamping itu perlu dikembangkan suatu model (paket pemulihan) pada batita gizi kurang yang dapat dilakukan di posyandu atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi) sehingga dapat diadopsi dalam skala nasional.

The Effect of Skimmed-Milk Supplementary Feeding on the Recovery of Underweight Children Under Three Years Old (A Case Study in Desa Pagelaran, Ciomas, Bogor)
Protein Energy Malnutrition (PEM) among children under five is still one of main nutrition problem in Indonesia. Evidently 26.4 percent of children with less than -2 SD of weight for age (W/A) index, who underweight-weight-for-age Indicator (W/A), 8.2 percent are affected in severe grade (Z-scores -3 SD or less).
This thesis exercises data set from longitudinal study (12 weeks) of skimmed-milk supplementary feeding to improve nutrition status of children under three years old. The study was conducted in the village of Pagelaran, Ciomas, Bogor in 1999 to find out hazard risk of underweight child. Underweight children (Z-scores-W/A from >-3.0 SD to -2.0 SD) were enrolled in the study, and a total 102 participants of the study then were divided into two groups, namely treatment group composed of 52 children and control groups composed of 50 children. Each child in the treatment group was given 150 grams of skimmed milk weekly for a period of 12 weeks. The milk was delivered by health volunteers under the supervision of midwives and investigator. The children in controlled group received the same amount of skimmed milk after study was completed. Survival analysis-Kaplan Meier Survival analysis and Cox Multivariate regression analyses-Cox methods were applied.
The study revealed that the underweight children recovered to be normal during four weeks treatment with skimmed milk. Sensor of underweight children in the treatment group is 19 percent with median survival at week IV, while sensor of children in the control group is 74 percent with median survival at week XII. Underweight child aged 7-11 months has the risk to be normal 1.83 times compared to older underweight child (age 12 or more). Underweight child comes from wealthy family, as measured by expenditure proximation, has sensor 34 per cent with median survival at week VII; on the other hand sensor of non wealthy family is 58 percent.
Event for underweight child misagregated by energy and protein consumption relative to consumption in recommended dietary allowances (RDA) have also been calculated. Skimmed milk, as food supplement, has no cumulative effect on the improvement of nutritional status of the child. The household total expenditure is a determinant factor for length of recovery. The risk to be normal in a child who receives skimmed milk as food supplement increase as time recovery, namely 1.2, 6.7 and 37 times at week IV, VIII and XII respectively compared to child who do not receive skimmed milk. This analysis has been controlled by child age and household total expenditure.
It is important to note that skimmed milk is recommended to be food supplement for underweight children at least five weeks. Besides that it is necessary to develop nutrition promotion model that could be implemented in Nutrition Centre."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustina Sofia
"ABSTRAK
Sejarah pembangunan dan kemajuan di segala bidang yang dicapai umat manusia selama berabad-abad, menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang didasari oleh usaha-usaha penelitian. Sering pula terjadi bahwa suatu basil penelitian menimbulkan akibat seperti : terjadinya perubahan-perubahan besar dalam kehidupan manusia, memungkinkan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cara yang lebih efektif dan efisien, serta memudahkan manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Hal-hal tersebut terjadi pula dalam bidang kesehatan dan gizi. Karya tulis basil penelitian dalam bidang kesehatan dan gizi merupakan masalah yang dicakup oleh skripsi ini. Kegiatan penelitian gizi dan makanan di Indonesia berkembang sejak PELITA I tahun 1969. Di bidang kesehatan, pembinaan dan pelaksanaan penelitian serta pengembangan gizi diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Puslitbang Gizi berfungsi : melaksanakan...

"
1984
S15283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya
"Tesis ini pertama-tama beranjak dari pendapat Roedjito, Harper, Staveren dan den Hartog yang mengemukakan bahwa bagi masyarakat pedesaan faktor ekonomi dan keadaan lingkungan geografis merupakan faktor kunci yang menentukan status gizi mereka. Dalam kata lain, apabila kedua faktor tersebut tidak menunjang, maka warga komunitas bersangkutan terutama bayi-balita sebagai kelompok rentan gizi akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi. Pendapat mereka itu, didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat pedesaan memperoleh dan memenuhi kebutuhan makanannya melalui jalur pembelian dan dengan cara memproduksi langsung dari lingkungan alamnya.
Apabila asumsi ahli gizi tersebut dikontekstualisasikan dengan keadaan kehidupan masyarakat nelayan Bajo, maka dapat dikatakan bahwa bayi-balita Orang Baja akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi dibandingkan dengan yang keadaan gizinya normal. Dikatakan demikian, sebab Orang Baja yang mata pencaharian utamanya sebagai nelayan tidak berbeda keadaan sosial ekonominya dengan nelayan lainnya yang berada di Indonesia; yakni lebih miskin dari petani dan pengrajin. Keadaan itu tentu saja menyebabkan daya belinya terhadap beragam jenis bahan makanan relatif terbatas. Hal itu kemudian tidak ditunjang oleh keadaan lingkungan geografis mereka. Sebab mereka membangun pemukiman mereka di pesisir pantai di atas permukaan taut; karena itu, mereka tidak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam bahan makanan di sekitar rumah mereka dan juga tidak dapat melakukan kegiatan beternak.
Dengan keadaan sosial ekonomi dan lingkungan geografis yang demikian itu, menyebabkan mereka sangat sulit menghadirkan makanan empat sehat lima sempurna di rumah mereka. Akan tetapi, sungguhpun keadaan ekonomi dan lingkungan geografis orang Bajo tampaknya tidak menunjang pemenuhan kebutuhan gizi mereka terutama kebutuhan gizi bayi-balita namun pada kenyataannyalebih banyak bayi-balita yang keadaan gizinya normal. Ini berarti bahwa sebagian besar orang Bajo telah berhasil mengantisipasi kendala ekonomi dan ekologis yang dihadapinya, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan bayi-balita mereka. Kemampuan antisipatif tersebut termanifestasikan pada kebiasaan makan yang dikembangkannya.
Berdasar dari uraian itulah, maka tesis ini mengkaji mengenai kebiasaan makan orang Baja, terutama kebiasaan makan ibu dan bayi-balita. dengan mengkaji kebiasaan makan ibu dan bayi-balita arang Baja tersebut, maka dapat diungkapkan mengenai kontribusi kebiasaan makan terhadap adanya sebagian bayi-balita yang keadaan gizinya normal dan sebagian lainnya yang keadaan gizinya kurang.
Upaya untuk mengungkap kebiasaan makan tersebut, dilakukan penelitian lapangan selama kurang lebih enam bulan lamanya. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan survey dan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Penelitian survey dilakukan dalam rangka mendapatkan data-data dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih komprehensif berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka bayi-balita yang keadaan gizinya normal disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (i) kehadiran juragang yang selain berperan sebagai pihak yang menadah dan mendistribusikan basil tangkapan nelayan, juga selalu siaga memberikan bantuan pinjaman kepada nelayan yang memerlukan bantuannya; (ii) adanya kebiasaan saling memberi bahan makanan (reciprocity) di antara Para nelayan, khususnya sayur-sayuran dan ikan; (iii) pengolahan ikan dilakukan dengan Cara yang beragam dan salah satu di antaranya yang tidak melalui proses perapian. Variasi pengolahan ikan yang demikian itu, selain dapat merangsang selera makan setiap individu juga kondusif untuk memenuhi kebutuhan protein.
Demikian juga ikan yang diolah tanpa melalui proses perapian selain mempunyai kandungan protein yang tinggi juga mengandung vitamin A, C, dan D; (iv) umumnya keluarga prang Bajo tidak membedakan antara orang dewasa dan anak-anak dalam hal pendistribusian makanan. Konsekuensinya adalah memungkinkan bagi setiap anggota keluarga, terutama anak-anak, mendapatkan porsi makanan yang dibutuhkannya; (v) ibu hamil dan menyusui mengkonsumsi makanan yang lebih banyak dan lebih bervariasi dibandingkan dengan ketika is tidak dalam keadaan hamil dan menyusui; (vi) semua ibu menyusui yang kondisi kesehatannya baik senantiasa memberikan ASI kepada bayi-balitanya hingga berusia antara 1 s.d 3 tahun; dan (vii) umumnya bayi-balita mendapatkan makanan tambahan sejak berumur antara 3 s.d. 6 bulan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah disesuaikan dengan usia bayi-balita; yakni dimulai dengan makanan lunak dan kemudian makanan semi-padat serta akhirnya disamakan dengan makanan orang dewasa.
Sementara itu, bagi bayi-balita yang keadaan gizinya kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya (i) semasa bayi-balita itu masih dikandung ibunya menderita penyakit tertentu; (ii) ibu menyusui menderita penyakit tertentu sehingga is tidak dapat memberi ASI kepada bayibalitanya secara konsisten dan juga tidak dapat merawat bayi-balitanya secara baik; (iii) bayi-balita itu sendiri yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit balakiangi, doko ana', dan kasiwiang. Janis penyakit itu ditanggapi oleh orang Bajo sebagai penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh praktisi medis tradisional, dan proses penyembuhan itu dilakukan dengan memantangkan kepada penderita mengkonsumsi jenis makanan tertentu; dan (iv) bayibalita kurang mendapatkan perhatian dan perawatan, terutama dalam hal pemberian makanan. Ini terjadi di antaranya disebabkan oleh besarnya jumlah anak, ibu itu sendiri yang menangani semua urusan rumahtangganya, dan ibu itu bersikap mesa bodoh terhadap bayi balitanya."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>