Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tortoriello, Thomas R.
New York: MaGraw-Hill , 1978
658.45 TOR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
California: Sage, 1983
658.45 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Machin, John L.J.
New York: McGraw-Hill, 1980
658.45 MAC e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Daniels, Tom D.
New York: McGraw-Hill, 1997
6583.45 Dan p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
O`Hair, Dan
Jakarta: Kencana, 2009
658.45 OHA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New Yersey: Ablex Publishing Corporations, 1994
302.35 Org
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Orey, Maureen
"Summary:
"Communication Skills Training offers all the resources and tools needed to design engaging and highly effective training to help people develop the communication skills that drive performance. The innovative half-day, full-day, and two-day workshop programs can be tailored to your organization's business needs. Developed by seasoned practitioner of communication training Maureen Orey, this complete workshop guide delivers basic design, facilitation, and evaluation advice with a focus on quick, easy-to-use programs"--Back cover. "
Alexandria, VA: ATD Press, 2015
658.45 ORE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dewi Sri Ratna Sari
"ABSTRAK
Studi ini merupakan salah satu upaya mendeskripsikan perbandingan jaringan komunikasi formal dan informal di suatu organisasi / perusahaan serta melihat peran anggota jaringan. Tujuan studi ini adalah menggambarkan jaringan dan arus komunikasi baik formal maupun informal serta membandingkannya untuk mengetahui tingkat ketumpangtindihan antara jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Tipe penelitian studi ini mengarah pada tipe penelitian deskriptif dengan studi gabungan antara kualitatif dan kuantitatif.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan cara kuesioner dan observasi parsipatoris, sedangkan data sekunder diperoleh dari data atau dokumen yang dihasilkan oleh perusahaan. Data-data yang didapat kemudian diukur dengan menggunakan survei sosiometri dan indeks/matriks keterhubungan (connectedness index).
Pemilihan sampel dilakukan dengan desain "snowball sampling" dengan penarikan sampel secara sampel secara random (acak) dari empat jenjang jabatan, yakni Manager, Supervisor, Chief Leader dan Staff dengan 25 responden di tiap jaringan, baik formal maupun informal. PT. Tancho Indonesia, Tbk dan perusahaan distributornya PT. Tanesia dipilih sebagai lingkup penelitian berdasarkan pertimbangan terhadap ukuran dan tingkat kompleksitas yang cukup. Seluruh anggota perusahaan ini kemudian menjadi populasi dalam penelitian dengan jumlah sampel yang menjadi responden adalah karyawan-karyawati perusahaan tersebut dan total sampel keseluruhan adalah 88 orang.
Dalam menganalisa data digunakan dua bentuk, yakni tabel distribusi frekuensi untuk menganalisa data mengenai jaringan komunikasi yang berdasarkan pada karakteristik sosio-demografis responden dan mengetahui perbedaan jaringan komunikasi formal dan informal, serta bagan jaringan komunikasi formal dan informal.
Berdasarkan basil data sosio-demografis, terungkap bahwa pengetahuan para responden akan struktur organisasi perusahaan yang sedikit banyak merupakan rujukan dalam melakukan komunikasi hubungan formal sangat kurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya tingkat ketumpangtindihan (overlap) antara komunikasi formal dengan komunikasi informal dalam perusahaan. Rata-rata persentase tiap jenjang jabatan lebih dan 50%. Pada jenjang jabatan Manager adalah sebesar 72%; pada jenjang jabatan Supervisor sebesar 76%; pada jenjang jabatan Chief Leader sebesar 80% dan pada jenjang jabatan Staff sebesar 72%.
Analisis bagan jaringan komunikasi menunjukkan bahwa para responden yang menjadi star dalam jaringan komunikasi formal sebagian besar berasal dari departemen-departemen yang terkait dengan kegiatan produksi produk yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan para star dalam jaringan komunikasi informal cenderung berasal dari departemen tempat responder utama bekerja. Bagan juga memperlihatkan bahwa jenjang jabatan bukanlah faktor paling menentukan dalam menentukan jaringan komunikasi informal karena departemen tempat seorang karyawan bekerja lebih menentukan dalam berhubungan informal dengan rekan-rekan satu kantor.
Dan melihat tingginya minat karyawan terhadap isu seputar perusahaan, maka sebaiknya perusahaan berusaha lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang manajemen untuk meredusir rumor yang dapat berakibat fatal. Para karyawan baru juga sebaiknya diberi panduan tentang struktur organisasi agar tidak mencari-cari informasi melalui grapevine yang tidak dapat menjamin kebenaran informasi. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan para karyawan yang menjadi star dalam jaringan komunikasinya karena mereka dapat menjadi penghubung yang baik antara perusahaan dan para karyawan bila perusahaan sedang berada dalam situasi krisis untuk menjelaskan masalah yang dihadapi perusahaan maupun meluruskan berita.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Harmaningsih
"Penelitian tentang persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi ini menggunakan 2 latar belakang pengaruh yang diambil dari Krech dan Crutchfield yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional meliputi pengalaman. pengetahuan, dan hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor personal, sementara faktor struktural berasal dari lingkungan, antara lain network komunikasi. Keduanya saling berinteraksi dalam melakukan persepsi. Karena masing-masing individu memiliki latar belakang berbeda, maka persepsi tentang sesuatu obyek belum tentu sama. Dengan demikian persepsi bersifat individual, artinya dengan stimulus yang sama belum tentu semua orang memiliki persepsi yang sama pula.
Perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi diduga terkait dengan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan network komunikasi. Hal ini diuji dengan menggunakan One way Anova. Namun sebelumnya komponen-komponen iklim komunikasi, yaitu kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi diuji dengan teknik analisis faktor. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa:
Tidak ada perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi yang disebabkan latar belakang pendidikan. Artinya karyawan dengan pendidikan rendah(SLTP), sedang (SLTA), dan tinggi (Sarjana) memiliki persepsi sama terhadap iklim komunikasi organisasi. Artinya hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi harus ditolak.
Tidak ada perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi yang disebabkan latar belakang jenis pekerjaan (grade). Dalam hal ini jenis pekerjaan (grade) memiliki dimensi masa kerja dan kelas jabatan. Karyawan dengan masa kerja pendek, sedang dan lama mempunyai persepsi sama terhadap iklim komunikasi organisasi. Demikian pula pegawai yang memiliki kelas jabatan tinggi, sedang, dan rendah persepsinya tidak berbeda terhadap iklim komunikasi. Karena itu hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi harus ditolak.
Ada perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi yang disebabkan keterlibatannya dalam network komunikasi. Karyawan yang keterlibatannya tinggi dan sedang memiliki persepsi yang sama tentang iklim komunikasi organisasi. Tetapi persepsi yang berbeda terjadi pada karyawan dengan keterlibatan yang rendah dan sedang. Artinya hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi karyawan berdasarkan keterlibatannya dalam network komunikasi diterima.
Dari hasil penelitian dapat disarankan agar penelitian tentang persepsi iklim organisasi selain menggunakan kuesioner dilengkapi juga dengan indepth interview, dan observasi. selain itu penggunaan metode observasi partisipatif dan secara berkesinambungan akan memberikan hasil lebih baik dibandingkan menggunakan teknik one shot study.
Bagi institusi, pemahaman iklim komunikasi organisasi akan memberikan perluasan cakrawala tentang pentingnya komunikasi efektif, termasuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek psikologis karyawan yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan menentukan strategi perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Hasti Hasmira
"Penelitian komunikasi organisasi dari sudut pandang budaya mencakup lebih daripada penelaahan pertukaran resmi pegawai antara orang-orang yang terpilih yang memiliki status. Mengetahui budaya organisasi berarti mengetahui di lingkungan mana organisasi itu berada, di mana lingkungan tersebut mempengaruhinya sehingga menjadi ciri organisasi itu. Keadaan lingkungan suatu organisasi bisa dipahami melalui analisis terhadap segmen-segmennya, yaitu bagian-bagian dari lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku maupun performansi organisasi. Yang tidak kalah pentingnya adalah masyarakat sebagai lingkungan sosial yang potensial berhubungan atau berinteraksi dengan organisasi yang bersangkutan.
Propinsi Sumatera Barat, yang dikenal dengan Minangkabau, mempunyai tatanan kehidupan masyarakat yang berlandaskan falsafah "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabuillah, Syarak mangato, adat mamakai". Budaya Minangkabau, dilihat dari aspek kepemimpinan tigo tungku sajarangan sebagai budaya daerah memiliki pengaruh terhadap pemerintah daerah dilihat dari dimensi pengambilan keputusan dalam melaksanakan otonomi daerah. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh Kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan sebagai salah satu aspek budaya lokal daerah dalam pengambilan keputusan sebagai dimensi yang diamati dalam organisasi pemerintahan dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi budaya organisasi dari Piti sithi Amnuai dan Edgar H. Schein digunakan sebagai referensi utama. Sedangkan untuk melihat hubungan antara budaya macro dengan budaya micro, Penulis menggunakan teori dari Charles Hampden-Turner. Untuk melihat budaya masyarakat secara umum, Penulis menggunakan defenisi dari Kroeber dan Kluckhohn. Untuk melihat budaya Minangkabau, penulis menggunakan beberapa literatur tentang budaya asli Minangkabau. Sedangkan untuk melihat konsep otonomi daerah, Penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Obyek penelitian dalam studi ini adalah Pemda Kabupaten Solok, dengan narasumber para pimpinan di Pemerintah Daerah Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), wawancara mendalam (depth interview) dan penelaahan dokumen, hasil survei dan data apapun yang dapat menguraikan suatu kasus secara rinci.
Teknik analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis kualitatif yaitu teknik yang mendasarkan pada data kualitatif. Kualitatif analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca.
Dari hasil penelitian di dapat bahwa secara umum, budaya lokal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan di Pemerintah Daerah Kabupaten Solok. Lebih khususnya, terhadap badan eksekutif daerah ini tidak terpengaruh oleh budaya daerah, karena pengaruh pemerintahan sentralistik dan partai politik. Tidak demikian halnya dengan badan legislatif, ada beberapa produk hukum yang dihasilkan yang diwarnai oleh budaya lokal yang berlaku."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>