Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111830 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oemar Hamalik, 1936-
Bandung: Sinar Baru, 2004
150.73 HAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhibbin Syah
Jakarta : Rajawali, 2010
370.152 3 MUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sismai Herni
"Indonesia sebagai negara berkembang, dalam era globalisasi pada abad 21 ini, mengalami berbagai persaingan baik dalam bidang ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam dunia pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan persaingan tersebut sangat dibutuhkan Sumber daya manusia yang betu|~betul berpotensi dan ahli di bidangnya, agar dapat bersaing dengan bangsa lain dalam membangun bangsa Sumber daya manusia yang berpotensi akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa, calon para ahli tersebut antara lain diperoleh dari anak berbakat, yang sekarang sedang da1am proses belajar di sekolah dan dikelompokkan di kelasl sekolah unggul. Khusus di Sumatera Barat proses tersebut dilaksanakan di kelas unggu1. Pelaksanaan pendidikan di kelas unggul tingkat SLTP ini sebagian besar baru dalam rangka pengelompokan, dan belum melakukan perlakuan sesuai kebutuhan anak berbakat, sehingga prosesnya sama dengan kelas reguler.
Anak berbakat itu adalah anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, merupakan aset nasional yang harus dipersiapkan sedini mungkin untuk meningkatkan sumber daya manusia yang akan berkiprah melaksanakan pembangunan bangsa. Berhubung Pedoman Khusus untuk pelaksanaan pendidikan di kelasl sekolah unggul tingkat SLTP ini belum ada secara tertulis,maka penulis ingin melihat bagaimana hubungan antara latar belakang orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul di SLTP N Padang, Padang Panjang dan Bukittinggi, Sumatera Barat.Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hubungan antara latar belakang keluarga dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul SLTPN. Padang, Padang Panjang dan Bukittinggi Sumatera Barat. Alasan pemilihan di kota ini adalah karena sistim kekeluargaan yang berlaku didasari oleh garis keturunan ibu (matrilineal), berbeda dengan sistem patrilinear di daerah lain di Indonesia dan dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dipengaruhi oleh adat istiadat.
Penelitian ini dilakukan pada 50 orang siswa dan orangtua anak berbakat pada tujuh SLTP N di kota Madya Padang, Bukittinggi dan Padang Panjang Sumatera Barat. Alat untuk mengidentiflkasikan siswa berbakat dengan memberikan tes TIKI-M Bentuk Pendek untuk mengukur intelegensi,TKV P 1 untuk mengukur kreativitas dan Task Commitment untuk mengukur keterlibatan diri terhadap tugas Kepada 338 orang siswa kelas 2 di delapan SLTP N.Penentuan siswa berbakat berpedoman pada konsep Renzulli, yaitu intelegensi di atas rata-rata, kreativitas dan task commitment tinggi. Penelitian ini juga menggunakan kuesioner tentang status sosial ekonomi , peranan dan sikap orangtua siswa berbakat dan daftar isian. Kesemua kuesioner ini diuji cobakan pada orangtua siswa berbakat di SLTP Lab School IKIP Jakarta dan orangtua siswa berbakat di SLTP Al-lzhar Pondok Labu Jakarta Selatan, serta telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dan daftar isian ini diberikan pada orangtua siswa berbakat melalui anak-anak mereka. Data tentang NEM ketika tamat SD dan prestasi siswa berbakat ketika kelas 1 SLTP diminta kepada Kepala Sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat; 1) gambaran siswa berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; 2) gambaran orangtua siswa berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; 3) hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi anak berbakat; 4) hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi anak berbakat; 5) hubungan antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 6) hubungan antara peranan orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 7) hubungan antara sikap orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 8) Hubungan antara pendidikan ayah,pendidikan ibu, tingkat status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 9) sumbangan dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua pada prestasi anak berbakat Ada tujuh hipotesis yang dikemukakan pada pe-nelitian ini yaitu: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar AB; 2) Terdapat hubungan yang bemuakna antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat, 4) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 5) Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap orangtua dengan prestasi belajar anak, berbakat; 6) Terdapat hubungan yang bermakna secara bersama antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 7) Terdapat sumbangan yang bermakna secara bersama-sama maupun secara masing-masing dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat. Untuk membuktikan hipotesis ini, data diolah dengan menggunakan SPSS versi 7.5. Pembuktian hipotesis satu sampai lima digunakan korelasi Multiple Regression, menguji hipotesis keenam, digunakan korelasi Partial dan pengujian hipotesis ketujuh digunakan Multiple Regression.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar anak berbakat dengan dengan r = .350, 2) Terdapat hubungan antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat dengan r = .329; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat dengan r = .309; 4) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat. Bila dilihat hubungan secara Parsial: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar anak berbakat, r = .353 dengan p = .013; 2) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat, r = .300 dengan p = .036; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat r = .308 dengan p = .031. Tetapi status ekonomi dan sikap orangtua tidak berhubungan secara bermakna.
Dari lima variabel yang dikemukan, ditemukan sumbangan yang bermakna dari pendidikan ayah dan peranan orangtua pada prestasi betajar anak berbakat, sebesar 22,5%. Tetapi pendidikan ibu, tingkat status ekonomi, sikap orangtua tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Bita dilihat hasil analisis regresi setiap variabet, ditemukan bahwa pendidikan ayah memberikan sumbangan yang bermakna 12,2%, tingkat status ekonomi orangtua1O,8% dan peranan orangtua 9,5% pada prestasi belajar anak berbakat. Tetapi pendidikan ibu dan sikap orangtua tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat.
Saran yang diajukan adalah 1) Penempatan anak-anak di kelas unggul, perlu dilakukan dengan menggunakan tes TIKI M Bentuk Pendek, TKV Paralel 1, Task Commitment, dan NEM, agar diperoleh siswa yang betul-betul unggul dan berbakat sehingga kemampuannya dapat dikembangkan secara khusus dan optimal; 2) Pemerintah sudah saatnya membuat sekolah unggul tingkat SLTP di tiga kota madya ini, karena diperkirakan minimal ada 20 orang anak berbakat di kelas unggul SLTP N pada setiap kota madya karena NEM siswa tidak menjamin bahwa mereka berbakat dan unggul; 3) Perlu dibuat Kurikulum SLTP beserta petunjuk Teknis Pengelolaan Kelas/Sekotah Unggul, dimana dalam kurikulum ini,ditambahkan kerjasama antara sekolah dengan orangtua anak berbakat dan masyarakat; 4) Perlu pembinaan orangtua anak berbakat melalui pelatihan untuk orangtua anak berbakat agar dapat membantu anak dalam mengembangkan bakatnya di rumah. Hal ini karena peranan orangtua cukup banyak memberikan sumbangan pada prestasi belajar anak berbakat; 5) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dilihat dari aspek pengasuhan orangtua pada anak berbakat, konsep diri, motivasi dan emosi anak berbakat dihubungkan dengan prestasi belajarnya di kelas/sekolah unggul untuk semua tingkat sekolah.

Indonesia as a developing country, at the dawn of globalization in the 21st century finds various competitions in economy, law, science and technology as well as in education. lt also needs potential and competency human resources to develop its nation. They will be the future leaders. They are gifted students who are now in the process of leaming and are grouped in 'smart classes" which is particularly found in West Sumatera. These classes are still at a grouping stage, and are not yet given special treatment.
Gifted children are the ones who have extraordinary abilities and who are considered as a national asset. They should be prepared as early as possible to improve human resources in the developing of the country. Due to the lack of written guidelines to can'y out the education of these smart children, the author tries to see the correlation between the family background and the leaming achievement of gifted students in smart classes in Padang, Padang Panjang and Bukittinggi. The reasons in choosing these cities are based on the matrilineal system, which is different from patrilineal systems and traditions in other places in Indonesian.
The study was conducted at seven SLTPS N in Padang, Padang Panjang and Bukittinggi with a sample of 50 gifted children besides their parents. The instruments used in this study to identify gifted children, were TIKI-M Short Form to measure intelligence, TKV P 1 to measure creativity, and Task Commitment to measure self involvement to task. The tests were given to 338 students of grade two in eight SLTPNs.
RenzulIi's concepts were used to determine the above average intelligence, creativity and high task commitment. Questionnaires were also used for social economic status, roles and attitude of gifted' children's parents. These questionnaires had been tried out to the gifted children parents at SLTP Lab School of UNJ and Al-Azhar Pondok Labu to test the validity and reliability of instruments. These questionnaires were given to 50 parents of gifted children. NEM and Report were given and were asked when they were in grade 1 by principal of the school. The objectives of the research were to see: 1) the description of the gifted children in accordance with their family characteristics; 2) the description of the gifted children's parents in accordance with the gifted children?s family characteristics; 3) the correlation between father's education and gifted children leaming achievement; 4) the correlation between mothers education and gifted children leaming achievement; 5) the relationship between economic status of parents and leaming achievement; 6) the relationship between the roles of the parents and leaming achievement; 7) parents' attitude and leaming achievement; 8) the correlation between father's education, mothers education, economic status, parents' roles and attitude simultaneously and gifted children leaming achievement; 9) father's and mothers education contribution, economic status, parents roles and attitude toward the leaming achievement.
The hypotheses in this study are: 1) there is a significant correlation between father's education and leaming achievement: 2) there is a meaningful relationship between mothers education and leaming achievement; 3) there is a meaningful correlation between the parents economic status and leaming achievement; 4) there is a meaningful correlation between the roles of the parents and leaming achievement; 5) there is a meaningful correlation between the parents' attitude and leaming achievement; 6) there is a meaningful relationship between fathers? and mothers? education, economic status, the rules and attitude of parents simultaneously and leaming achievement; 7) there is a meaningful contribution of fathers' education, mothers' education, economic status. the rules and attitude of parents to learning achievement To prove this hypothesis the computer SPSS version 7.5 was used. Multiple Regression was used to prove hypothesis 1-5, Partial Correlation was used to test hypothesis 6 and Multiple Regression was used to test hypothesis 7.
The results of the research reveal that: 1) there is a meaningful correlation between the education of the father and leaming achievement with r = .350; 2) there is a meaningful relationship between the parents' economic status and learning achievement with r = .329; 3). There is a meaningful relationship between the parents roles and learning achievement with r = .309; 4). But there is no meaningful correlation between mothers? education, attitude of parents and leaming acchlevement. Viewed from Partial simultan Correlation; 1) there is a significant correlation between the fathers' education and leaming achievement of gifted children with r = .353 an p = .013; 2) there is a meaningful relationship between mothers education and leaming achievement with r = .300 and p = .036; 3) there is a meaningful relationship between the role of the parents and leaming achievement with r = . 308 and p = .O3?l. But there is no significant relationship between the economic status and attitude of parents and leaming achievement.
It is found that, there is a meaningful contribution of the parents? role and contribution of the fathers' education 22,5%, yet mothers' education, economic status, and attitude of parents do not give meaningful contributions to the leaming achievement of gifted children in smart class. lf each variable is analised it is found there is a meaningful contribution of father education 12,2%, the economic status 10,8 % and role of parent 9.5 %. But mothers? education, attitude of parents do not give meaningful contribution to leaming achievement of gifted children in smart classes. Some suggestions are as follows: 1) It is necessary to use TlKl-M Short Form Test, TKV-P1, Task Commitment and NEM to place the children in a "smart class", so that we will get the real smart and gifted children whose abilities can be particularly and optimally developed; 2) lt is time for the govemment to establish -?i smart- classes 'finthe cities mentioned above; 3) lt is necessary to create a curriculum and guidance for this kind of class to manage technically and cooperatively with the school principals,parents and society; 4) It is also necessary to guide the parents to help their children at home in developing their talents; 5) lt would be better to have a further study on this matter viewed from other aspects to improve the potential human resources.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T37854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adang Ismail
Yogyakarta: Pilar Media, 2016
372 AND e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
"Setiap bangsa dan negara selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk maksud tersebut diselenggarakan sistem pertahanan keamanan negara. Agar pelaksanakan sistem pertahanan keamanan dapat terlaksana dengan baik, maka setiap warga negara harus memiliki kesadaran, hak, kewajiban dan tanggung jawab. Salah satu cara menumbuhkan kesadaran, hak, kewajiban dan tanggung jawab kepada setiap warga negara, yang paling efektif ialah melalui jalur pendidikan, yang disebut sebagai "Pendidikan Pendahuluan Bela Negara".
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama, diberikan sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Tingkat Atas. Sedangkan tahap lanjutan diberikan di Perguruan Tinggi dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.
Proses penanaman nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme dikalangan mahasiswa akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, apabila mereka bersikap "favorable" terhadap Pendidikan Kewiraan. Guna mengetahui apakah mahasiswa bersikap "favorable" atau tidak terhadap Pendidikan Kewiraan, maka diperlukan pengukuran sikap mereka terhadap Pendidikan Kewiraan.
Penelitian dilakukan pada awal Maret hingga akhir Mei 1997 di wilayah DKI Jakarta. Responden utama dalam penelitian ini ialah mahasiswa Jakarta, dengan sampel 100 mahasiswa, yang berasal dari 1 Perguruan Tinggi Negeri, 1 Sekolah Tinggi Kedinasan, dan 3 Perguruan Tinggi Swasta; yang dilakukan secara "non-probability sampling". Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dan selanjutnya dianalisis dengan teknik "Chi-Square" dan "Contingency coefficient", dengan taraf signifikan 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan secara kuantitatif 74 % mahasiswa Jakarta bersikap "favorable" dan yang bersikap "unfavorable" hanya 26% saja. Secara kualitatif sikap mahasiswa Jakarta terhadap Pendidikan Kewiraan tergolong "favorable" dengan "intensitas lemah", dengan nilai sikap rata-rata 85,49 ± 25,39, sedangkan estimasi terhadap populasi jangka panjang 80,02 < µ < 90,47. Tes hipotesis menunjukkan; motivasi dan perasaan sebagai faktor internal--mempunyai korelasi positif dengan sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan. Sedangkan faktor eksternal yang mempunyai korelasi positif dengan sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan ialah . Pertama, dosen, mencakup : Penampilan dosen, kemampuan dosen, dan keterbukaan dosen.Kadua, pemahaman (pengetahuan) anggota keluarga tentang Pendidikan Kewiraan.
Mengingat jumlah mahasiswa Jakarta yang bersikap "favorable" terhadap Pendidikan Kewiraan lebih banyak dari pada yang bersikap "unfavorable", maka Pendidikan Kewiraan dapat memberikan dampak positif terhadap ketahanan nasional.
Sekalipun demikian--secara kualitatif sikap mahasiswa Jakarta terhadap Pendidikan Kewiraan intensitasnya masih tergolong lemah, sehingga perlu ditingkatkan. Karena sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan sangat berkaitan dengan faktor dosen Kewiraan dan materi Pendidikan Kewiraan, maka perlu adanya peningkatan dalam kualitas maupun kuantitas dosen Kewiraan serta perlu adanya kaji ulang terhadap materi Pendidikan Kewiraan secara terus menerus."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Roekayah, T.
"Mata pelajaran IPA dewasa ini merupakan pe1ajaran
yang diidea1kan agar murid-murid mampu memanfaatkannya
sebagai beka1 menghadapi kehidupan dan landasan i1mu
pengetahuan dan tekno1ogi. Guru-guru merupakan faktor
penge1o1a dan pengenda1i pembelajaran IPA, oleh karena
itu sebagian terbesar keberhasi1an dan kegaga1an murid
sangat tergantung pada kemampuan dan kebijakan mereka.
Tujuan utama pene1itian ini ada1ah mempero1eh gamba-
ran sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA di Jayapu-ra, ditinjau dari jenis ijazah yang mereka mi1iki, kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-a1at IPA, juga lama mengajar, banyaknya penataran yang mereka ikuti, jenis ke1amin, dan asa1 daerah guru-guru tersebut.
Dari Studi kepustakaan baik teori maupun pene1itian-pene1itian sebetulnya, yang berkaitan dengan sikap, 1atar belakang pendidikan, kemampuan penguasaan materi, keterampilan penggunaan alat-a1at IPA, dipero1eh informasi bahwa rata-rata sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA da1am kriteria ragu-ragu atau dengan skor sikap rata-rata 3,083.
Pene1itian ini mengajukan empat hipotesis. Hipotesis pertama berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif sorta
bermakna antara 1atar be1akang pendidikan dan sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA", diterima; yang kedua
berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna
antara kemampuan penguasaan materi dan sikap guru-guru SD
terhadap pe1ajaran IPA", dito1ak; yang ketiga berbunyi:
"Terdapat hubungan yang positif Serta bermakna antara
keterampi1an penggunaan alat-a1at dan sikap guru-guru SD
terhadap pe1ajaran IPA", ditolak; dan yang keempat berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna
antara kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-alat, dan sikap guru-guru SD terhadap pelajaran
IPA", dito1ak.
Metode penelitian untuk menguji keempat hipotesis tersebut adalah non-eksperimenta1. Sebagai sampe1 pene11tian
yaitu guru-guru IPA SD, ke1as IV, V, dan VI di kecamatan
Abepura, Jayapura, Irian Jaya. Teknik pengambi1an sampe1
adalah "purposive samp1ing".
A1at pengumpu1 data berupa: (1) Kuesioner, yang disusun
o1eh penulis; (2) Ska1a Sikap tipe Likert, disusun penu-
11s; (3) Tes kemampuan penguasaan materi; dan (4) Tes
keterampiian penggunaan a)alat-a1at IPA
Untuk nomor (3) dan (4) dipinjam dari Pus1itbangdikbud (Jakarta). '
Data yang dipero1eh dio1ah me1a1ui ana1isis frekuensi,
uji-perbedaan, uji-kore1asi, dan regresi ganda.
Ditinjau dari besarnya kontribusi antara tiga (3)
variabe1 bebas dan satu (1) variabel terikat, ternyata
variabe1 jenis pendidikan memberi kontribusi yang dominan
terhadap sikap guru terhadap pe1ajaran IPA, kemudian
diikuti oleh variabe1 kemampuan penguasaan materi dan
keterampilan penggunaan a1at-a1at IPA.
Temuan 1ain yang perlu mendapat perhatian adalah
banyaknya penataran yang pernah dipero1eh mempunyai
dampak positif terhadap kemampuan penguasaan materi. O1eh
karena itu kesempatan da1am pemerataan mengikuti pena-
taran wajib menjadi bahan pertimbangan demi peningkatan
mutu guru.
Saran yang diutarakan antara 1a1n bagi peneliti yang
akan datang, hendaknya memperhatikan dan me1ibatkan
aspek-aspek yang berkaitan dengan pribadi guru yaitu:
potensi belajar, motivasi berprestasi, disiplin diri, dan
minat para guru yang mengajar IPA, juga diupayakan agar
sampe1 bervarias1, wi1ayah sampe1 diper1uas, agar pene1itian yang berhubungan dengan upaya peningkatan mutu guru
pendidikan dasar (SD) mendapat wawasan yang 1ebih luas
dan tepat."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T37849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Santi Nurani
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini banyak perdebatan di kalangan para pemerhati pendidikan
prasekolah (TK) tentang perlu tidaknya memberikan kemampuan belajar membaca,
menulis dan berhitung pada anak TK, sementara kebutuhan anak yang utama adalah untuk
melakukan aktivitas bermain. Pemberian kemampuan membaca, menulis dan berhitung
tersebut didorong oleh timbulnya suatu trend baru dalam masyarakat yang menghendaki
anak-anak usia prasekolah dapat menguasai kemampuan-kemampuan tersebut sebagai
bekal untuk masuk sekolah dasar. Akibatnya tidak sedikit TK yang memberikan kegiatan
belajar membaca, menulis dan berhitung yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud
dalam GBPKB-TK 1994, walaupun ada juga sebagian TK yang tetap melaksanakan aturan-
aturan tersebut dengan patuh. Dengan demikian timbul dan kecenderungan kegiatan belajar
mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, yaitu kegiatan belaiar mengajar
yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranil afektii
sertakegiatan belajar mengjar yang lebih menekankan kegiatan belajar dan sasaran hasil
belajar dalam ranah kognitif. Kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan
bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranah afektifvadalah kegiatan-kegiatan di TK yang
memberikan kebebasan bagi anak untuk bermain sambil belajar dalam suasana yang
menyenangkan, dengan tujuan utama menimbulkan sikap positif dan peraasaan suka terhadap
dunia sekolah. Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan
belajar dan sasaran hasil belajar dalam ranah kognitif adalah kegiatan-kegiatan di TK yang
memfokuskan perhatian pada pengajaran kemampuan-kemampuan tertentu, dengan tujuan
utama adalah agar anak menguasai kemampuan-kemampuan tersebut.
Bagaimana sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil
belajar yang berbeda tersebut ?. Hal itu akan diungkap dalam penelitian ini. TK yang
dijadikan sampel penelitian adalah dua TK yang memiliki karaktersitik berbeda, disebut
sebagai TK ?Ideal? dan TK ?Tidak Ideal?. TK 'Ideal' adalah TK yang melaksanakan
aturan-aturan Depdikbud dengan sebagaimana mestinya, sedangkan TK ?Tidak Ideal?
adalah TK yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud. Adakah perbedaan sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil
belajar dalam dua TK tersebut?.Hal inilah yang akan diungkap melalui penelitian ini.
Instrumen yang digunakan adalah skala Likert dengan subdimensi kegiatan
belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam
rumah afektif (bermain/afektif), serta kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan
kegiatan belajar dan sasaran hasil belajar dalam rumah kognitif (belajar/kognitif).
Sedangkan komponen sikap yang digunakan adalah komponen afektif; kognitif dan konasi.
Kemudian perbedaan sikap antara kedua kelompok dinyatakan dalam uji perbedaan mean
dengan menggunakan t test.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap
kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, antara orang tua
yang menyekolahkan anaknya di sekolah TK ?Ideal? dengan orang tua yang menyekolahkan
anaknya di sekolah TK ?Tidak Ideal?. Orang tua memiliki harapan agar anak dapat
menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung sejak di TK, karena kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi orang tua juga
menghendaki kegiatan bermain sebagai kegiatan utama di TK, agar kebutuhan bermain
dalam diri anak dapat tersalurkan dengan baik.
Dengan demikian, pemberian kegiatan belajar membaca, menulis dan berhitung
pada anak TK itampkanya menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi dalam tuntutan
zaman yang semakin tingi, walaupun sebaiknya tetap dilakukan melalui kegiatan bermain.
Saran yang dapat diberikan sehubungan hasil penelitian ini adalah agar guru TK lebih
memperhatikan perancangan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam kemampuan
membaca, menulis dan berhitung agar tidak mengesampingkan kebutuhan bermain pada diri
anak. Untuk itu mungkin perlu diadakan penataran khusus untuk guru kelas, dalam
kelompok-kelompok kecil denga seorang instruktur sebagai pelatih."
1998
S2898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyono Gandadiputra
"

Perkenankanlah saya pertama-tama memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah SWT atas kurnia dan rahmat-Nya meridhoi kita untuk hadir berkumpul di sini dan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam mata pelajaran Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Gagasan saya untuk memilih judul pidato yang berbunyi "Psikologi dan pembentukan kepribadian yang terintegrasi" timbul pertama-tama dari pengenalan saya sebagai seorang tenaga pengajar dalam bidang yang bersibuk diri dengan permasalahan hidup manusia dalam suatu negara berkembang yang sedang membangun. Seorang tenaga pengajar dari suatu universitas di negara ini hidup dalam dunia pendidikan. Ia memperoleh beban tugas untuk mendidik mahasiswa sebagai manusia muda dalam masyarakat yang sedang berkembang dengan dasar-dasar pendidikan tertentu dan arah tujuan yang tertentu pula. Tugas ini tentu akan terasa sangat berat bila pandangan diarahkan pada sifat manusia yang kompleks dan hidup dalam masyarakat yang kompleks pula.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya mengemukakan pandangan-pandangan tentang asumsi-asumsi mengenai manusia, tentang pendidikan, dan tentang prospek pendidikan psikologi di Indonesia. Pandangan-pandangan yang saya kemukakan ini beranjak dari bahan-bahan bacaan, pembicaraan-pembicaraan dalam berbagai forum dan dari pengalaman pribadi selama ini.

Psikologi dewasa ini telah dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dilihat dari sudut metodologi penelitian dan sifat keilmiahannya serta dianggap sebagai salah satu ilmu yang perlu bekerja sama dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya dalam menelaah obyek studinya yang dikenal kompleks, yaitu manusia. Di samping itu, psikologi dewasa ini telah dianggap sebagai teknologi yaitu menggunakan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk menolong manusia mengatasi permasalahan-permasalahan hidup yang dihadapinya. Dewasa ini banyak sarjana yang nafkahnya tergantung pada bidang psikologi atau salah satu bidang daripadanya. Karenanya, psikologi dewasa ini telah dianggap pula sebagai suatu profesi.

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang bersibuk diri dengan manusia. Berbagai macam teori telah diciptakan untuk menggarap kemampuan akal dan penggunaannya dalam kehidupan manusia, misalnya teori Spearman (1927), teori Piaget (1952), teori Guilford (1956) dan lain lain. Pribadi manusia juga merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Sejak dari Aristoteles sampai pada Bloom, bahkan sampai dengan sekarang ini orang telah mengetahui bahwa secara teoritis semua potensi manusia dapat dikategorikan pada apa yang disebut : (1) Cognitive Psychomotor Domain (Kawasan Psiko-Gerak) yang dalam percakapan Domain (Kawasan Akal), (2) Affective Domain (Kawasan Perasaan), dan (3) kita sehari-hari barangkali sejalan dengan apa yang disebut cipta, rasa, karsa.

"
Jakarta: UI-Press, 1982
PGB 0394
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Winkel, W.S.
Jakarta: Grasindo, 1991
370.15 WIN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>