Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tambunan, Taralan
"Untuk memahami profesionalisme dalam bidang pediatri terapeutik ada baiknya ditelusuri lebih jauh tentang profesionalisme kedokteran secara umum. Kita sudah lama mengenal istilah medicine is a science and art. Sadar akan perkembangan ilmu pengetahuan, para pakar kedokteran kemudian memahami bahwa medicine is an ever-changing science. Dalam buku teks Cecil Textbook of Medicine edisi ke 21 karangan Goldman (2000) pada bagian I pasal 1 dengan judul: Medicine as a learned and humane profession tertulis batasan ilmu kedokteran sebagai berikut: Medicine is not a science, but a profession that encompasses medical sciences as well as personal, humanistic, and professional attributes. Lebih jauh ditekankan bahwa profesionalisme dalam bidang kedokteran mencakup:
  • Komitmen atau tanggung jawab dalam praktik kedokteran dengan standar tertinggi dan dalam pengembangan dan peningkatan pengetahuan kedokteran
  • Komitmen dalam sikap dan perilaku yang dapat menopang kepentingan dan kesejahteraan pasien
  • Komitmen dalam aspek kebutuhan kesehatan di dalam masyarakat.
Profesionalisme kedokteran menginginkan altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas, pelayanan, kehormatan, integritas serta rasa saling menghargai. Dalam pengertian profesionalisme seperti di atas inilah kita memaknai arti profesionalisme dalam bidang pediatri terapeutik.
Pengembangan kemampuan profesional yang sekarang dikenal sebagai continuing professional development (CPD) mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan continuing medical education (CME) karena selain pengembangan ilmu kedokteran, juga aspek profesional lainnya yakni kompetensi (termasuk penalaran klinis dan keterampilan klinis), akuntabilitas, altruisme, kolegalitas serta etika turut ditingkatkan dan dikembangkan. Semua komponen profesialisme tersebut di atas terkait pula dengan aspek penanganan dan pengobatan penyakit. Peningkatan profesionalisme, khususnya peningkatan dalam penanganan dan pengobatan pasien sekaligus bertujuan agar seorang dokter, terutama klinikus, mempersiapkan diri terhadap rencana Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang mengusulkan dimasukkannya audit medik dalam hukum kedokteran. Audit medik perlu dilakukan sebagai upaya mengejawantahkan etika kedokteran dan melindungi pasien. Audit medik merupakan jalan menuju pelayanan kedokteran yang lebih rasional, dengan kata lain agar dokter lebih arif dan rasional dalam menuliskan resep bagi pasiennya.
Dalam elemen utama penataan klinis (clinical governance), audit klinis dan efektivitas klinis merupakan dua unsur utama yang terkait erat dengan pengobatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan penataan klinis di suatu rumah sakit, unsur terapi perlu dikuasai dan dijalani dalam kaitannya dengan audit klinis dan efektivitas pengobatan."
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0221
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Matodang, Corry Siahaan
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0236
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widhodho Titiet Karyomanggolo
"

Pada kesempatan ini saya memilih judul Pencitraan Diagnostik Pediatri dan Arah Perkembangannya dengan harapan dan keyakinan bahwa melalui uraian ini kedudukan Pencitraan Diagnostik Pediatri mendapat tempat yang lebih kokoh diantara subspesialisasi Ilmu Kesehatan Anak yang lain.

Pemilihan judul pidato saya ini berlandaskan pengaruh dari tugas akademik dan profesional saya selama ini di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ( Bagian IKA FKUI-RSCM) di Jakarta. Judul ini merupakan salah satu pokok bahasan panting yang berkaitan dengan upaya bangsa Indonesia mempersiapkan generasi penerus, dalam rangka melanjutkan Pembangunan Nasional. Pada judul tersebut tersirat makna Pencitraan Diagnostik Pediatri, yaitu secara prospektif dapat meningkatkan ketahanan hidup yang andal dari seorang anak agar ia dapat tumbuh kembang secara optimal dengan harapan akan menjadi manusia yang produktif.

Dipilihnya istilah Pediatri (Ilmu Penyakit Anak), dan bukan ilmu Kesehatan Anak (Child Health), karena yang ditelaah adalah diagnosis penyakit penyebab gangguan tumbuh-kembang pada anak (Sutedjo 1963). Sedangkan istilah Ilmu Kesehatan Anak, mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu Pediatri Klinik, Pediatri Sosial dan Pediatri Pencegahan ( Sutedjo, 1963; Mulyono, 1981). Istilah pencitraan (imaging) dipilih karena dewasa ini teknik pengungkapan dalam bentuk gambar (image) dari morfologi, faal organ dan proses penyakitnya diperoleh melalui bermacam teknik seperti radiologi kovensional, ultrasonografi, tomografi komputer, pencitraan resonansi magnetik dan kedokteran nuklir.

Dalam sejarah kedokteran, berbagai peristiwa seperti kemajuan dalam bidang medik, sosioekonomi, pelayanan kesehatan dan teknologi kedokteran (Luce, 1979), merupakan picu pembentukan suatu bidangprofesi baru atau spesialisasi. Rosen (1944) dalam monografnya yang berjudul Specialization in Medicine menyebutkan adanya dua macam proses terjadinya suatu bidang baru. Pertama ialah akibat proses segmentasi, dalam hal ini suatu bidang spesialisi yang telah mantap membagi diri dan yang kedua karena proses penambahan, dalam hal ini dua bidang melakukan penggabungan (merger). Biasanya kedua proses ini terjadi secara simultan. Pencitraan Pediatri merupakan penggabungan (merger) Pediatri dengan Ilmu Fisika Radiologi, Teknik dan Pengelolaan Pencitraan dengan tujuan mendiagnosis penyakit penyebab gangguan tumbuh-kembang pada anak dari sejak konsepsi sampai akil balik.

Dalam pidato ini akan disampaikan sejarah perkembangan Pencitraan Diagnostik Pediatri, ruang lingkupnya, cara penguasaan dan tujuannya dan bahasan mengenai arah perkembangannya.

Pada waktu Rontgen menemukan sinar - X pada bulan Januari 1896, Pediatri di Amerika Serikat (AS) masih merupakan Ilmu yang diragukan eksistensinya. Pada permulaan abad ke-20 ini AS hanya memiliki 50 dokter yang berminat pada pediatri dan mereka berada di kota-kota besar saja. Baru pada tahun 1912 suatu klinik khusus untuk anak telah dibuka dalam Rumah Sakit Johns Hopkins. Klinik khusus ini terbukti berguna terutama dalam bidang pelayanan kesehatan, penelitian dan pendidikan dalam Pediatri. Berdasarkan alasan ini kemudian secara bertahap dibuka sejumlah Rumah Sakit Khusus Pediatri dan Klinik Pediatri dalam Rumah Sakit Umum di sejumlah tempat di AS. Dalam Rumah Sakit Khusus Pediatri dan Klinik Pediatri ini tidak terhindarkan lagi terjadinya konsentrasi dokter anak. Mereka dengan mudah bertemu baik formal maupun informal sehingga terjadiah tukar menukar informasi, baik mengenai ilmu maupun teknik baru untuk menjawab berbagai tantangan yang belum dapat terpecahkan. Kemudian mereka sadar bahwa seorang anak bukanlah sekedar wujud seorang dewasa yang kecil.Seorang anak mempunyai suatu ciri khas, yaitu kemampuan untuk tumbuh-kembang. Sifat inilah yang membedakan seorang anak dengan orang dewasa. Karena itu anak mempunyai masalah medik dan sosial yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga keduanya memerlukan penanganan yang juga berbeda.;Pada kesempatan ini saya memilih judul Pencitraan Diagnostik Pediatri dan Arah Perkembangannya dengan harapan dan keyakinan bahwa melalui uraian ini kedudukan Pencitraan Diagnostik Pediatri mendapat tempat yang lebih kokoh diantara subspesialisasi Ilmu Kesehatan Anak yang lain.

Pemilihan judul pidato saya ini berlandaskan pengaruh dari tugas akademik dan profesional saya selama ini di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ( Bagian IKA FKUI-RSCM) di Jakarta. Judul ini merupakan salah satu pokok bahasan panting yang berkaitan dengan upaya bangsa Indonesia mempersiapkan generasi penerus, dalam rangka melanjutkan Pembangunan Nasional. Pada judul tersebut tersirat makna Pencitraan Diagnostik Pediatri, yaitu secara prospektif dapat meningkatkan ketahanan hidup yang andal dari seorang anak agar ia dapat tumbuh kembang secara optimal dengan harapan akan menjadi manusia yang produktif.

Dipilihnya istilah Pediatri (Ilmu Penyakit Anak), dan bukan ilmu Kesehatan Anak (Child Health), karena yang ditelaah adalah diagnosis penyakit penyebab gangguan tumbuh-kembang pada anak (Sutedjo 1963). Sedangkan istilah Ilmu Kesehatan Anak, mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu Pediatri Klinik, Pediatri Sosial dan Pediatri Pencegahan ( Sutedjo, 1963; Mulyono, 1981). Istilah pencitraan (imaging) dipilih karena dewasa ini teknik pengungkapan dalam bentuk gambar (image) dari morfologi, faal organ dan proses penyakitnya diperoleh melalui bermacam teknik seperti radiologi kovensional, ultrasonografi, tomografi komputer, pencitraan resonansi magnetik dan kedokteran nuklir.

Dalam sejarah kedokteran, berbagai peristiwa seperti kemajuan dalam bidang medik, sosioekonomi, pelayanan kesehatan dan teknologi kedokteran (Luce, 1979), merupakan picu pembentukan suatu bidangprofesi baru atau spesialisasi. Rosen (1944) dalam monografnya yang berjudul Specialization in Medicine menyebutkan adanya dua macam proses terjadinya suatu bidang baru. Pertama ialah akibat proses segmentasi, dalam hal ini suatu bidang spesialisi yang telah mantap membagi diri dan yang kedua karena proses penambahan, dalam hal ini dua bidang melakukan penggabungan (merger). Biasanya kedua proses ini terjadi secara simultan. Pencitraan Pediatri merupakan penggabungan (merger) Pediatri dengan Ilmu Fisika Radiologi, Teknik dan Pengelolaan Pencitraan dengan tujuan mendiagnosis penyakit penyebab gangguan tumbuh-kembang pada anak dari sejak konsepsi sampai akil balik.

Dalam pidato ini akan disampaikan sejarah perkembangan Pencitraan Diagnostik Pediatri, ruang lingkupnya, cara penguasaan dan tujuannya dan bahasan mengenai arah perkembangannya.

Pada waktu Rontgen menemukan sinar - X pada bulan Januari 1896, Pediatri di Amerika Serikat (AS) masih merupakan Ilmu yang diragukan eksistensinya. Pada permulaan abad ke-20 ini AS hanya memiliki 50 dokter yang berminat pada pediatri dan mereka berada di kota-kota besar saja. Baru pada tahun 1912 suatu klinik khusus untuk anak telah dibuka dalam Rumah Sakit Johns Hopkins. Klinik khusus ini terbukti berguna terutama dalam bidang pelayanan kesehatan, penelitian dan pendidikan dalam Pediatri. Berdasarkan alasan ini kemudian secara bertahap dibuka sejumlah Rumah Sakit Khusus Pediatri dan Klinik Pediatri dalam Rumah Sakit Umum di sejumlah tempat di AS. Dalam Rumah Sakit Khusus Pediatri dan Klinik Pediatri ini tidak terhindarkan lagi terjadinya konsentrasi dokter anak. Mereka dengan mudah bertemu baik formal maupun informal sehingga terjadiah tukar menukar informasi, baik mengenai ilmu maupun teknik baru untuk menjawab berbagai tantangan yang belum dapat terpecahkan. Kemudian mereka sadar bahwa seorang anak bukanlah sekedar wujud seorang dewasa yang kecil.Seorang anak mempunyai suatu ciri khas, yaitu kemampuan untuk tumbuh-kembang. Sifat inilah yang membedakan seorang anak dengan orang dewasa. Karena itu anak mempunyai masalah medik dan sosial yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga keduanya memerlukan penanganan yang juga berbeda.

"
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0105
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Mardjanis Said
Jakarta: UI-Press, 2006
PGB 0222
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Grant, James P.
Jakarta: UNICEF, 1994
305.23 GRA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizla Syabanni
"Stunting merupakan keadaan status gizi anak yang ditandai dengan tinggi badan yang pendek dan nilai TB/U < -2 SD. Prevalensi stunting di Indonesia terbilang cukup tinggi dan berstatus masalah menurut batasan WHO. Untuk menurunkan prevalensinya perlu mengetahui faktor risiko yang mungkin. PHBS merupakan serangkaian perilaku yang mempengaruhi status kesehatan setiap anggota keluarga, khususnya status gizi seorang anak yang masih bergantung pada orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan uji chi-square ini bertujuan untuk mengetahui hubungan PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk. Sampel penelitian ini berjumlah 97 pasangan ibu dan balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan p>0.05, ?=0.05 . Perlu untuk dikembangkan kembali cara penilaian pelaksanaan PHBS yang baku dan asupan nutrisi balita terhadap kejadian stunting perlu untuk diteliti pada penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UNICEF, 1990
649.1 UNI c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>