Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hershey, Nathan
Rockville, Maryland: An Aspen Publ., 1982
362.110 683 HER h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shortell, Stephen Michael, 1944-
Ann Arbor, Mich.: Health Administration Press Perspectives, 1991
362.1 SHO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shortell, Stephen Michael, 1944-
Ann Arbor, Mich.: Health Administration Press, 1990
362.110 SHO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Purnama Sari
"

ABTRAK

Nama : Widya Purnama Sari
Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit
Judul : Analisis Keterlambatan Kenaikan Pangkat bagi Staf Medis
di Departemen Mata RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Tahun
2018
Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2000 Tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil disebutkan Kenaikan pangkat adalah
penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan terhadap Negara. Naik pangkat dapat menjadi dorongan kepada
Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya.
Karena kenaikan pangkat merupakan penghargaan dan setiap penghargaan memiliki
nilai apabila kenaikan pangkat diberikan tepat orang dan tepat waktu.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan
Rumah Sakit Pendidikan dimana memiliki tenaga medis subspesialistik yang beragam,
memiliki kompetensi dan masa kerja yang cukup lama. Berdasarkan data yang ada pada
Unit Sumber Daya Manusia (SDM) Departemen Mata tercatat 14 Dokter Spesialis
Mata yang berstatus Dodiknis dari 30 Dokter Spesialis Mata yang berstatus PNS
sehingga masih terdapat 16 Dokter yang belum melakukan inpassing dan 10 staf medis
belum memiliki jabatan fungsional pendidikan.
Diketahui Ketepatan kenaikan pangkat bagi staf medis di Departemen Mata
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang adalah variabel penilaian diri
sendiri dengan nilai p=0,015. Dilakukan analisis dengan wawancara mendalam kepada
staf medis dimana diperoleh informasi yang mempegaruhi keterlambatan kenaikan
pangkat bagi staf medis yaitu staf tidak mengerti proses inpassing dan belum memiliki
publikasi sehingga belum dapat mengurus kenaikan jabatan akademik dosen. Rumitnya
proses administrasi baik kenaikan pangkat ataupun proses inpassing membuat sebagian
staf lebih memilih untuk melakukan pelayanan dibandingkan melakukan penilitian.
Kata kunci:
Naik pangkat, staf medis, jabatan fungsional


ABTRACT

Name : Widya Purnama Sari
Program of Study : Hospital Administration Study
Title : Analysis of Delays in Promotion for Medical Staff in
Department of Ophthalmologi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo in 2018
In the government regulation of the Republic of Indonesia Number 99 of year
2000 concerning the Promotion of Civil Servants mentioned the promotion is an award
given for the work performance and dedication of the concerned Civil Servants to the
State. Promotion can be a boost to Civil Servants to further improve their work
performance and service. Because promotion is an award and each award has a value if
the promotion is given to the right person and on time.
Cipto Mangunkusumo Hospital is a Teaching Hospital where it has a variety of
subspecialty medical personnel, has competency and has a long working period. Based
on the data available at the Department of Human Resources (SDM), there were 14
Dodiknis Ophthalmologists from 30 Ophthalmologists who were civil servant status so
that there were still 16 Doctors who had not done inpassing and 10 medical staff did
not have functional educational positions.
It is known that the accuracy of promotion for medical staff at Department of
Ophthalmology is influenced by several factors, one of the factors is the selfassessment
variable with a value of p = 0.015. An analysis was conducted with in-depth
interviews with medical staff where information was obtained which affected the delay
in promotion for medical staff, staff did not understand the inpassing process and did
not have publications so that they could not take care of the increase in academic
lecturer positions. The complexity of the administrative process both promotion and
inpassing process makes some staff prefer to do service rather than doing research
Keywords: Civil servants, medical staf, fungtional structure

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T51791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Yunita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikinerjaDokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) sebagai staf pengajar oleh
peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo pada bulan Januari hingga Juni 2013 dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode Desain penelitian ini adalah potong lintang menggunakan
kuesioner yang sudah divalidasi, dengan responden peserta
PPDS di ruang rawat, poliklinik, dan instalasi gawat darurat
Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM pada bulan
Januari - Juni 2013.
Hasil Penelitian ini menghasilkan 131 kuesioner yang diisi oleh 40
peserta PPDS. Sebanyak 58.78% responden menyatakan
kinerja DPJP sebagai pembimbing sudah baik, sementara
46.56% menyatakan fungsi DPJP sebagai pendidik sudah
sangat baik. Terdapat hubungan antara lamanya DPJP
menjadi konsultan dengan kinerja DPJP, bahwa DPJP yang
menjadi konsultan kurang atau sama dengan 10 tahun
dinilaimemilikikinerja lebih baik. Terdapat hubungan yang
bermakna antara cara komunikasi langsungdan sering dengan
kinerja DPJP yang sangat baik. Faktor lain yang dinilai pada
penelitian ini, yaitu tahap PPDS, tempat penugasan DPJP,
dan jabatan DPJP tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna.
Kesimpulan Secara keseluruhan, dari ketiga fungsinya, kinerja DPJP
dinyatakan baik. Hasil ini dinilai dari 2 sisi yaitu dari faktor
DPJP maupun faktor PPDS, dan diketahui bahwa kinerja
DPJP dipengaruhi oleh lamanya menjadi konsultan, dan juga
intensitas dan cara diskusi dengan PPDS.

Objective To assess the performance of Doctors-In-Charge of Patients
(DICPs) as teaching staffby doctors enrolling in the Specialty
Doctor Education Program (PPDS) in The Department of
Obstetrics and Gynecology of Ciptomangunkusumo Hospital
during the period of January to June 2013 as well as to
explore the factors influencing their performance.
Study design It is a cross-sectional study using a validated-questionnaire.
Respondents of the study are doctors enrolling in the
Specialty Doctor Education Program (PPDS) or generally
referred to as residents in the inpatient rooms, outpatient
clinic and emergency department of the Department of
Obstetrics and Gynecology of Ciptomangunkusumo Hospital
(RSCM) on January - June 2013.
Results The study outcome was 131 questionnaires filled by 40
residents. The result showed that 58.78% of respondents
stated that the performance of DICP as a counselor had been
good, while 46.56% stated that DICP’s function had been
very good. There was a relationship between the duration of
DICP’s role as consultants with their performance, in which
DICPs who had been consultants for 10 years or less were
assessed to have better performances. There was also a
significant relationship between the communication
methodand frequency of DICPs and their performance. Other
factors assessed are resident’s level of PPDS education, point
of DICP’s assignment, and job position of DICPs did not
show significant relationship.
Conclusion Among its three functions, DICPs’ performance was
considered as good. The result was assessed from two sides,
including DICP factors and residents’ factors, and it was
known that the performanceof DICP was influenced by the
duration of their role as consultants; and their intensity of
interaction and way of discussions with their residents.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Sulistyowati
"Ketidakmerataan dokter spesialis masih tinggi di Indonesia. Pemberian
Bantuan Biaya Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) merupakan salah
satu cara untuk pemerataan distribusi dokter spesialis. Perlu dikembangkannya
sistem pendukung keputusan yang bertujuan untuk menentukan prioritas dalam
pemberian bantuan biaya pendidikan dokter spesialis dan menyaring
penempatannya pada provinsi, kabupaten/kota dan rumah sakit (RS) yang benarbenar
kekurangan. Telah dikembangkan sistem pendukung keputusan dengan
menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC). Sistem ini
merupakan komplemen dari sistem pendaftaran online PPDS. Penentuan batasan
RS dan spesialisasi dalam pemberian biaya pendidikan dokter spesialis telah
tersaring dan ditampilkan dalam option form pendaftaran online. Telah
tersusunnya basis data kebutuhan dokter spesialis di Indonesia dengan total
kekurangan dokter spesialis pada RS pemerintah tahun 2013 sebanyak 3888
dokter spesialis. Provinsi prioritas dalam pemberian biaya PPDS adalah Maluku,
Bengkulu, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.

Medical specialists are distributed unequaly in Indonesia . Scholarship
program of medical specialist (PPDS) is one way to equal the distribution. The
need to developed decision support system for medical specialist scholarship and
placement distribution at the provincial, district/city, and hospital where lack of
specialists. The development of decision support system for medical specialist
scholarship and placement distribution is using the System Development Life
Cycle (SDLC) method. This system is a complement of the online registration
system for Scholarship Program of Medical Specialist (PPDS). The determination
of the list of the hospital where lack of specialists and available scholarship
program of medical specialist are displayed in the online registration form option.
The result of this thesis is a database of medical specialist needs in Indonesian
government hospitals in 2013, as many as 3888 specialists. Priority provinces for
Scholarship program of medical specialist (PPDS) are Maluku, Bengkulu, Maluku
Utara, and Nusa Tenggara Timur.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Yunita Apriane
"Skripsi ini membahas tentang kepuasan pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis terhadap remunerasi berbasis Competency Based Human Resource Management (CBHRM) di RSUD Pasar Rebo Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Sebanyak 134 kuesioner disebarkan dan hanya 107 kuesioner lengkap yang kembali. Responden pada penelitian ini adalah 107 pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis RSUD Pasar Rebo yang terbagi ke dalam 6 instalasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53,3% pegawai yang menyatakan tidak puas terhadap remunerasi yang diterima. Dalam penelitian ini diketahui bahwa lama kerja, pengetahuan pegawai mengenai sistem remunerasi, kepemimpinan, supervisi, kebijakan remunerasi, sosialisasi sistem remunerasi berhubungan dengan kepuasan pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis terhadap remunerasi berbasis CBHRM. Pihak rumah sakit perlu menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan evaluasi kembali terhadap remunerasi berbasis CBHRM serta meningkatkan sosialisasi sistem remunerasi di RSUD Pasar Rebo dengan melibatkan manajemen terkait serta pegawai dari setiap instalasi yang bersangkutan.

This study examines about the satisfaction of medical support affairs of non-civil servants of the remunerations based Competency Based Human Resource Management (CBHRM) in Pasar Rebo Hospital in 2011. This research is a cross sectional research using quantitative methods. The data was collected by filling questionnaires. A total of 134 questionnaires distributed but only 107 complete questionnaires are returned to the researcher. Respondents in this research are 107 medical support affairs of non-civil servants in Pasar Rebo Hospital which is divided into 6 installations. The result showed that there are 53.3 % officers who stated that they are not satisfied with the remuneration received. By this research, known that amount of time working, knowledge about remuneration system, leadership, supervision, remuneration policy, dissemination of remuneration system associated with satisfaction of medical support affairs of non-civil servants of the remunerations based CBHRM. The hospital needs to follow up these findings by evaluating remuneration and improve dissemination of the remuneration system in Pasar Rebo Hospital, involving relevant management and employees of related installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
McCullagh, Marie
Cambridge, UK: Cambridge university press, 2008
428.24 MCC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McCullagh, Marie
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2008
428.24 MCC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chaina Hanum
"

Pendahuluan: Kolaborasi penalaran klinis merupakan salah satu bagian penting dalam kolaborasi interprofesi, yaitu kolaborasi berbagai profesi kesehatan dalam menyusun sebuah kerangka berpikir mengenai masalah pasien dan manajemen tatalaksananya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan sebagai kerangka pengelolaan masalah kesehatan adalah Integrated Care Pathway (ICP). Salah satu metode pembelajaran dalam program pendidikan interprofesi kesehatan (IPE) tahap lanjut yang diselenggarakan Rumpun Ilmu Kesehatan UI adalah case-based discussion, yaitu diskusi dengan menggunakan kasus pemicu dan kerangka ICP untuk menyusun rencana pengelolaan kesehatan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi proses kolaborasi penalaran klinis dalam diskusi kasus tersebut, menggali berbagai faktor yang memengaruhi proses kolaborasi penalaran klinis, serta pemanfaatan ICP yang digunakan sebagai kerangka pengelolaan masalah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan metode maximun variation sampling pada kelompok interprofesi yang mengikuti program IPE RIK UI. Sebanyak empat observasi diskusi dan empat FGD dilakukan untuk mengeksplorasi proses kolaborasi penalaran klinis dan pemanfaatan kerangka ICP. Empat wawancara mendalam terhadap tutor diskusi dan telaah dokumen terhadap empat kerangka ICP yang telah diisi dilakukan untuk triangulasi data. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi penalaran klinis dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap individu dan tahap kelompok, dengan menerapkan seluruh kompetensi kolaborasi terutama kompetensi terkait peran dan tanggung jawab, serta kerja sama tim. Dalam diskusi kolaborasi penalaran klinis, kerangka ICP dapat digunakan sebagai panduan pengelolaan masalah kesehatan individu, namun kurang optimal digunakan dalam pengelolaan masalah kesehatan komunitas. Proses pembelajaran tersebut didukung oleh beberapa faktor, seperti pengalaman kerja praktik dan kolaborasi, dan usia anggota kelompok interprofesi yang relatif sebaya. Beberapa tantangan pemanfaatan kerangka ICP dalam pembelajaran kolaborasi penalaran klinis antara lain kasus pemicu yang digunakan, prior knowledge mengenai ICP, dominasi profesi dan peran tutor dalam proses diskusi interprofesi. Simpulan: Pembelajaran kolaborasi penalaran klinis dengan menggunakan kerangka ICP bermanfaat utk membantu peserta didik dalam menyusun pengelolaan masalah kesehatan dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap berbagai kompetensi kolaborasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan penggunaan kerangka ICP dalam pembelajaran kolaborasi penalaran klinis diantaranya perbaikan kasus pemicu dan kerangka pengelolaan masalah kesehatan, yang disusun secara komprehensif dengan mempertimbangkan keilmuan dan cakupan kompetensi seluruh profesi kesehatan yang akan terlibat dalam pembelajaran tersebut. Kata kunci: kolaborasi penalaran klinis, pendidikan interprofesi kesehatan, kompetensi kolaborasi, kerangka Integrated Care Pathway, case-based discussion

 


Introduction: Collaborative clinical reasoning is an important part of interprofessional collaborative practice, in negotiating patients problem and its management. Integrated Care Pathway (ICP) can be used as a framework in developing comprehensive patient care. Interprofessional education program held by Health Science Cluster Universitas Indonesia implemented case-based discussion as one of the learning methods, to discuss a clinical problem within an interprofessional team using ICP framework. This study aims to explore the collaborative clinical reasoning process in undergraduate interprofessional team, and the use of integrated care pathway framework as a guidance in discussing patient problem and its comprehensive management. Method: This research is a qualitative study with phenomenology design. The selection of respondents was conducted using maximum variety sampling method. A total of four observations and four focus group discussions were conducted to explore the collaborative clinical reasoning process using the ICP framework. In-depth interviews with the tutors of the discussions and document analysis were also conducted as triangulation processes. Result: This study shows that the collaborative clinical reasoning was held in two stages, individual and group stages. All of the collaboration competency domains were applied during the interprofessional discussion, especially roles and responsibilities and teams and teamwork. ICP framework could be used as a guidance in collaborative clinical reasoning process to discuss the patients management and discharge plan. The influencing factors were experience in clinical clerkship and previous exposure to IPE, and the similarities of the team members age. This study also shows few challenges in this learning process, including the clinical case used in the discussion, the need of prior knowledge about the framework, domination during the discussion, and the role of tutor. Conclusion: The interprofessional education on collaborative clinical reasoning using ICP framework could help students discussing clinical problem and developing comprehensive and collaborative care plan. To optimize the process of the discussion and the interaction among interprofessional team members, clinical case used in the discussion should be prepared thoroughly and consider the competency and scope of knowledge of all health profession involved in the IPE program. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>