Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Al. (Aloysius) Wisnubroto, 1967-
Jakarta: PIRAC, 2003
381.34 WIS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Jakarta: PIRAC, 2001
381.34 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Shofie
Jakarta: PIRAC, 2003
381.34 YUS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Keluhan konsumen di media masa akhir-akhir ini serta pengaduan yang masuk ke YLKI dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Dengan demikian masalah perlindungan konsumen seharusnya mendapat perhatian yang serius, namun sampai sekarang belum ada peraturan yang integral dan comprehensif. Terlepas dari belum adanya Hukum Perlindungan Konsumen yang memadai, tampaknya pendidikan masalah ini sudah saatnya mendapat perhatian dari kalangan akademisi dan sudah saatnya diajarkan di Fakultas Hukum. Pengetahuan dan pemahaman tentang masalah tersebut sangat diperlukan oleh seorang sarjana hukum apalagi dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi."
Hukum dan Pembangunan No. 1-3 Januari-Juni 1998 : 140-148, 1998
HUPE-(1-3)-(Jan-Jun)1998-140
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Sinta Dewi
"Periklanan adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan. Informasi tidak jarang digunakan oleh masyarakat tertentu atau negara tertentu untuk membuat opini publik. Opini yang dibangun dapat berupa opini yang menjurus kepada hal-hal yang positif dan ada pula yang menjurus pada hal-hal yang negatif. Masalah informasi ini jelas dibutuhkan oleh semua konsumen, karena hak konsumen antara lain adalah mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dibeli.
Hal tersebut merupakan indikasi baik buruknya kemauan pelaku usaha untuk bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan dan diperdagangkannya. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi, telah memperlancar ruang gerak anus transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi dan fenomena ini dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
Dari sekian banyak iklan produk di media massa elektronika yaitu televisi maka iklan rokok yang paling sering ditayangkan, khususnya produsen rokok papan atas. Pada dewasa ini, sering terlihat berbagai macam iklan rokok pada media televisi, pelaku usaha periklanan semakin gencar dalam membuat iklan dengan tujuan untuk menarik konsumen agar membeli produk yang diildankan. Namun dari banyaknya iklan-iklan tersebut masih terdapat iklan-iklan yang menyesatkan dan mengelabui konsumen, seperti halnya kasus pelanggaran iklan rokok yang digugat secara legal standing oleh Tim Advokasi Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Merokok terhadap PT. Djarum Kudus Tbk dan PT. HM. Sampoerna Tbk. Apabila konsumen tidak jeli dan kritis terhadap iklan, hal ini akan berakibat lemahnya posisi konsumen.
Menyadari pada masalah tersebut maka pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di mana dengan adanya piranti hukum yang melindungi konsumen itu tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha melainkan perlindungan konsumen justru dapat mendorong iklim berusaha yang sehat dan juga bertujuan melindungi konsumen secara integratif dan komprehensif agar dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen, diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada konsumen apabila mengalami kerugian, misalnya melalui proses beracara legal standing yang merupakan langkah tegas untuk menghadapi tindakan perildanan yang menyimpang dan melanggar aturan."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feliana Febiola
"Selama pemberlakuannya, beberapa kendala dialami BPSK, seperti lemahnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang terbatas, kurangnya kepercayaan masyarakat, keterbatasan dana operasional kegiatan, hingga kelemahan lain dalam UUPK sendiri, Kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap keberadaan BPSK dapat dibuktikan dengan cukup banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki BPSK di daerahnya masing-masing. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, langkah yang penulis lakukan ialah dengan menganalisis jurnal-jurnal terkait serta membandingkan peran dari BPSK dan BPKN itu sendiri dalam menjalankan tugasnya untuk melindungi hak konsumen. Kemudian untuk menjawab kedua rumusan masalah pada penulisan ini, penulis menggunakan metode wawancara. BPKN dan BPSK ini tidak memiliki garis putus-putus atau tidak memiliki garis koordinasi, sehingga BPSK dalam menjalankan tugasnya sendiri dan tidak dapat diintervensi oleh BPKN. Penggabungan BPKN dan BPSK merupakan langkah yang tepat untuk optimalisasi hak konsumen dalam mendapatkan hak penyelesaian sengketa yang patut, karena banyaknya permasalahan pada BPKN dan BPSK menyebabkan ketidakoptimalan BPKN dan BPSK dalam memenuhi hak konsumen khususnya pada penyelesaian sengketa konsumen. Bentuk dari rekonstruksi penggabungan BPKN dan BPSK ini adalah dengan menggabungkan BPKN dan BPSK dibawah satu nama BP2SK (Badan Perlindungan dan Penyelesaian Sengketa Konsumen), dengan formasi baru yang nantinya memiliki penguatan pada BPKN.

During its implementation, BPSK experienced several obstacles, such as weak human resources, limited facilities and infrastructure, lack of public trust, limited operational funds for activities, and other weaknesses in the UUPK itself. The lack of attention and support from regional governments for the existence of BPSK can be sufficiently proven. Many regions in Indonesia do not yet have BPSK in their respective regions. To answer the first problem formulation, the step the author took was to analyze related journals and compare the roles of BPSK and BPKN themselves in carrying out their duties to protect consumer rights. Then, to answer the two problem formulations in this writing, the author used the interview method. BPKN and BPSK do not have a dotted line or no line of coordination, so that BPSK carries out its own duties and cannot be intervened by BPKN. The merger of BPKN and BPSK is the right step to optimize consumer rights in obtaining appropriate dispute resolution rights, because the many problems with BPKN and BPSK cause BPKN and BPSK to be suboptimal in fulfilling consumer rights, especially in resolving consumer disputes. The form of reconstruction of the merger of BPKN and BPSK is by combining BPKN and BPSK under one name BP2SK (Consumer Protection and Dispute Resolution Agency), with a new formation which will later have strengthening of BPKN."
2024: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Adi Nugroho
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011
343.071 SUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Aufadhia Ilanoputri
"Tesis ini membahas mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagai lembaga penyelesaian sengketa konsumen melalui Alternative Dispute Resolution (ADR) di Indonesia yang masih mengalami berbagai kendala dalam melaksanakan peranannya. Selain Indonesia, terdapat beberapa negara yang memiliki lembaga tersendiri yang menerapkan penyelesaian sengketa konsumen alternatif atau ADR, salah satunya adalah negara Jepang melalui National Consumer Affairs Center (NCAC). Rumusan masalah yang akan dibahas adalah mengenai perbandingan penyelesaian sengketa konsumen yang dilakukan oleh BPSK dan NCAC, kendala yang dihadapi oleh BPSK dan ketentuan NCAC yang dapat diterapkan oleh BPSK. Metode penelitian yang digunakan pada tesis ini adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder dan wawancara sebagai sumber pendukung. Kemudian, penelitian tesis ini juga menggunakan pendekatan komparatif (comparative approach) yang dalam hal ini akan dilakukan perbandingan antara lembaga penyelesaian sengketa konsumen di Indonesia dan Jepang. Permasalahan yang dihadapi oleh BPSK diantaranya berkenaan dengan kelembagaan, pendanaan, peraturan, kurangnya sosialisasi dan rendahnya tingkat kesadaran konsumen dan perkembangan era digital. Berdasarkan perbandingan tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa ketentuan NCAC yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan BPSK dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya seperti mengatur secara jelas dan rinci terkait proses beracara penyelesaian sengketa konsumen dan pelaksanaan putusan BPSK, mengatur mengenai penyelesaian sengketa konsumen lintas batas melalui kerjasama dengan lembaga perlindungan konsumen di luar negeri, membentuk suatu sistem seperti PIO-Net untuk menunjang struktur hubungan kerjasama antar lembaga perlindungan konsumen di Indonesia dan penggunaan SiPENA yang dapat dijadikan solusi untuk memberikan perlindungan konsumen, penyelesaian sengketa konsumen dan pemberian edukasi serta sosialisasi bidang perlindungan konsumen.

This thesis discusses the Consumer Dispute Settlement Agency known as BPSK as a consumer dispute resolution agency through Alternative Dispute Resolution (ADR) in Indonesia which is still experiencing various obstacles in carrying out its role. Besides Indonesia, there are several countries that have their own institutions that implement alternative consumer dispute resolution or ADR such as Japan through the National Consumer Affairs Center (NCAC). The problem to be discussed is regarding to the comparison of consumer dispute resolution carried out by BPSK and NCAC, the obstacles faced by BPSK and NCAC provisions that can be applied by BPSK. The research method used in this thesis is a normative legal research method which is carried out by examining library materials or secondary materials and interviews as supporting sources. Then, this thesis research also uses a comparative approach, in which case a comparison will be made between consumer dispute resolution agencies in Indonesia and Japan. The problems faced by BPSK include institutions, funding, regulations, lack of socialization and low levels of consumer awareness and the development of the digital era. Based on this comparison, it is known that there are several NCAC provisions that can be adapted to the needs of BPSK in supporting the implementation of its duties and functions, such as regulating clearly and in detail related to the consumer dispute resolution process and implementing BPSK decisions, regulating cross-border consumer dispute resolution through cooperation with consumer protection agencies overseas, establish a system such as PIO-Net to support the structure of cooperative relations between consumer protection agencies in Indonesia and the use of SiPENA which can be used as a solution to provide education and socialization in the field of consumer protection."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>